Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.
Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#13
Hari Sabtu, Asha ingin tampil rapi, cantik, segar dan wangi. Dia sudah selesai membersihkan diri, merapikan rumah memasak untuk sarapan dan makan siang untuk mertuanya. Jam dinding menunjukkan angka 10:30, Asha ingin memanggil suaminya yang berada di ruang tamu sedang menonton televisi agar cepat cepat bersiap untuk ke rumah Umi dan Abi. Asha memendam rindu dan sekaligus ingin bercerita kejadian yang dia alami selama satu Minggu ini.
Semalam dia juga mencium bau hangus dan selalu mendegar atau melihat kaleng cat tempat wudhu jatuh, saat dia ingin ke kamar mandi di pagi dini hari. Rasa kuatir yang melanda dia coba tepis agar ras takut itu tak akan muncul kembali.
" Mas, ko belum rapi. Katanya mau ke rumah Abi ?"
Fajar hanya melirik Asha, lalu bersender dan memeluk bantal kursi.
" Mas, katanya hari Sabtu mas mau anterin aku ke rumah Abi ? Mau jam berapa mas berangkat ?"
" Nanti aja. Kan masih pagi."
" Terus jam berapa kesananya ?"
Fajar hanya terdiam dengan gerak gerik menggosok gosokkan telinga kanannya agar tak mendengar ocehan Asha.
" Mas," Asha menggoyang goyangkan paha Fajar.
" Apa mas gak mau Asha ke rumah Abi. Itukan orang tua Asha, Mas. Asha ingin ketemu mereka, kangen." Fajar pura pura tak mendengar dia masih terus menonton televisi.
" Kalau gitu. Aku berangkat sendiri ya," merajuknya
Karena mendengar suara perdebatan, Sriati yang dari luar halaman menyela, " kamu tidak boleh keluar rumah dulu."
" Looh, kenapa Bu ? Saya cuman mau pulang sebentar ?"
" Sebentar lagi ada ruwetan jadi kamu tidak boleh pergi."
" Kan acara ruwetannya masih lama Bu. Aku pulang hanya sebentar, nanti sore juga pulang."
" Sejengkal pun kamu gak boleh keluar rumah ini !" Sriati marah dan menunjuk nunjuk ke arah wajah Asha.
" Bu ! sudahlah. Jangan bertengkar. Tidak enak di dengar pekerja dan tetangga," geram Fajar.
" Kamu ya Jar ! Sudah di beritahu Ibu ! Masih aja ngeyel !" dengus Sriati.
" Iya Bu. Fajar minta maaf," ucap Fajar melunak.
" Sudah Ibu bilang, seharusnya kamu sama Laras ! Bukan sama dia !" tekan Sriati.
Asha terkejut dan menutup mulutnya dengan ketiga jari. Dia benar benar tak tahu siapa Laras ? Dan kenapa mertuanya menyebut nama gadis lain ? Dan kenapa mas Fajar tak membantah atau membelaku ? Siapa Laras itu ?
Dengan perasaan sakit hati. Asha ingin kembali ke kamar. Namun, kakinya seperti mem-batu tak dapat bergerak walau se-inchi pun.
Setelah mengatakan nama gadis lain. Sriati seperti lega karena sudah mengucapkan penyesalan yang ada di hatinya. Lalu, dia menatap Asha dengan sinis dan pandangan tak suka.
Akhirnya Asha tahu kenapa mertuanya tak suka dengannya dan kenapa setiap perbuatan baik yang Asha lakukan tak bisa mengambil hati mertuanya ? 'Ternyata ada gadis lain yang seharusnya menikah dengan mas Fajar bukan gadis seperti aku ini.'
Fajar mengikuti Asha dari belakang yang menuju ke kamar.
" Asha. Jangan dengerin ucapan ibu."
" Yang mana yang tidak boleh aku denger ? Yang Laras atau tidak boleh ke rumah Abi. Yang mana mas !" Asha mendorong sedikit tubuh Fajar yang berdiri di depannya.
" Asha, aku sama Laras itu hanya masa lalu."
" Oh. Berarti yang Laras. Yang tidak boleh aku denger."
" Bukan begitu ... Mas hanya menjelaskan kepadamu yang sebenarnya."
" Kalau mas tidak ada hubungan apa apa ataupun tidak ada perasaan. Mas tidak perlu menjelaskan!" Asha menitihkan air mata.
" Asha ... Mas sangat mencintaimu. Buat apa yang lain, kalau ada kamu di hati mas."
" Kalau mas mencintaiku. Kenapa Mas tidak pernah bercerita tentang Laras. Dan kenapa Mas tidak cerita. Kalau ibu tidak suka denganku."
" Untuk apa aku cerita tentang Laras. Kan Mas sudah bilang bahwa itu masa lalu. Untuk Ibu, kita pasti bisa meluluhkan hatinya."
Fajar berhenti sebentar menarik napas panjang. Lalu. "Maka nya Mas masih belum bolehin kamu untuk pulang. Bukan mas melarang, tapi kita harus bisa mengambil hati ibu," harapan Fajar agar pernikahan mereka di restui oleh orang tuanya.
" Kamu tahu kan. Mas, sekarang anak laki laki satu satunya di keluarga ini. Mas harus bisa menjaga keluarga, martabat keluarga, harga diri. "
" Emang kamu berapa bersaudara ?"
" Kita tiga bersaudara. Aku punya saudara laki laki dan dia meninggal. Ibu sangat terpukul dan Bapak meninggal setelah Masku tidak ada."
" Kenapa kamu tidak pernah cerita ? Ternyata ... Begitu banyak hal yang aku tidak tahu, " lontar Asha dengan kesedihan yang mendalam.
" Kamu bohong mas ... Kamu tidak jujur."
" Aku tidak jujur apanya !" kesal Fajar.
" Semuanya ! Seharusnya kamu dulu cerita sama aku."
" Apa bedanya dulu sama sekarang. Sama saja kan, Aku pasti ceritakan."
" Astaghfirullah haladzim, " tandas Asha dengan mengelus dada. " Kamu tidak akan cerita. Jika ibu tidak bilang nama Laras," gumamnya.
" Sudahlah. Lebih baik kita lupakan pertengkaran ini ... Bagaimana kalau kita bikin anak," pinta Fajar merayu.
Karena masih ada rasa dongkol di hati. Asha membelakangi Fajar yang dari tadi berdiri di depannya.
" Sayang ... " Fajar memeluk Asha dari belakang.
" Kamu gampang sekali ya Mas. Untuk melupakan masalah."
" Masalah apa ? Itu bukan masalah Asha, hanya salah paham."
" Terus, kalau salah paham. Menurut mas bukan masalah !"
Fajar menghentakkan kaki dan membelakangi Asha.
" Mas marah, benci, kesel atau sebel. Kenapa menghentakkan kaki dan membelakangi aku. "
" Bukan ... Udah ! Terserah ! Terserah kamu ! " Fajar kembali ke tempat tidur dengan posisi tidur membelakangi Asha.
" Mas, sudah berapa kali kamu tidur ! Setiap kita menghadapi masalah jalan keluarmu selalu tidur ! Kamu tahu waktu aku datang ke sini bagaimana keadaanku !"
Karena tak di dengarkan oleh Fajar. Asha berdiri di depannya yang sedang memejamkan netra.
" Aku mengalami hal hal aneh mas di rumah ini. Ada sesuatu yang aneh dengan rumahmu ? Apa kamu tidak merasakannya ?"
Fajar bangkit dari posisi berbaring kemudian duduk di pinggir ranjang. " Aku sudah 27 tahun tinggal di sini. Tidak ada sedikitpun hal hal yang aneh, makhluk halus atau kesurupan. "
Asha duduk di sebelah fajar, menghela napas sejenak. Dia tak mungkin menceritakan kejadian di sumur dekat gudang. Tak mungkin juga dia cerita kejadian saat ada mahluk yang mengeluarkan bau gosong. Tak mungkin juga dia cerita saat buang sampah, orang orang meleleh seperti lilin.
Dia pernah mengatakan ini kepada suaminya. Namun, suaminya tak mengerti, dengan apa yang dia ceritakan. ' apabila aku cerita, nanti akan di bilang bohong seperti waktu lalu.'
" Tapi Mas ... Izinin Asha ke rumah Abi ya hari ini. Antarkan Abi ya." Netra Asha berbinar dia memohon.dan mengiba agar Fajar memenuhi keinginannya.
" Mas , akan antar tapi sesuai tradisi di sini. Tiga Minggu lagi ada acara ruwetan agar segala macam hal buruk tidak akan terjadi lagi."
" Tapi, aku baik baik saja Mas."
" Orang yang datang pertama kali ke desa ini harus seperti itu. Asha. Apalagi kamu menantu di rumah ini. Sabar ya." Setelah memberi pengertian kepada istrinya, Fajar pun beristirahat kembali.
Pikiran Asha melambung jauh, apabila dia tak bisa ke rumahnya sendiri. Dia harus menelpon Abi, hal seperti ini tak bisa terulang kembali. 'Abi pasti punya solusinya. Agar aku tidak di bayang bayangin oleh makhluk itu.'
Asha menoleh ke arah suaminya yang sudah tertidur pulas. Lalu, Dia berjalan berjinjit, menuju ke gantungan pakaian yang ada di belakang pintu. Untuk mencari ponsel suaminya yang selalu dia taruh di saku celana.
Saat membuka ponsel polifonik itu, dia cek pulsa data yang tersedia tinggal 200 rupiah. Asha mengambil dompet dan pergi ke luar rumah mencari warung isi pulsa.
Dia berjalan cepat ke arah kanan mencari dari ujung ke ujung tapi tak ada warung sedikitpun yang ada malah sebuah makam kuno yang di tutupi kain putih hitam kotak kotak dan ada pohon beringin tua yang akarnya keluar dari tanah dan ranting ranting pohon menjuntai. Asha terbengong melihat kesekeliling. Dia terlalu jauh berjalan.