Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makanan itu
Ia mempercepat langkahnya. Selama ini, ia sudah memantau kondisi kos, mulai dari kegiatan para Mahasiswa, dan juga kebiasaan mereka sehari-harinya.
Pria itu melihat jendela dapur yang terbuka. Ia tahu, jika kompor tepat berada dibawahnya.
Dengan langkahnya yang dipercepat, ia menuju jendela. Dan taraaaaa, pucuk dicinta, ulam pun tiba. Begitulah pepatah yang saat ini sedang dirasakannya.
Ia mendapatkan situasi yang sangat sesuai ekspektasinya.
Gulai daun pucuk singkong dalam belanga berukuran penuh, yang saat ini tidak tertutup oleh apapun, membuatnya tersenyum lebar.
Ia mebolakan kedua matanya. Lalu mengangkat jemari tangannya sejajar dengan belanga, melalui jendela dapur.
Lalu dengan sebuah gerakan yang cepat, ia menjentikkan jemari telunjuknya yang didorong oleh jempol tangannya.
ia tersenyum lebar, lalu pergi dengan cepat, menuju balik pohon kelapa, lalu menghilang dengan cepat, setelah mendengar suara langkah dari arah ruang tengah.
Langkah kaki tersebut menuju dapur. Seorang gadis yang mengenakan kerudung hitam segitiga, terlihat sangat lapar. Ditambah lagi setelah mandi, membuatnya tak sabar untuk segera menyantap makan siangnya.
Apalagi ia yang memasaknya, maka tau rasa lemak dari gulai tersebut.
Ia melihat belanga yang terbuka tanpa penutup. Ternyat penutupnya disamping meja kompor. "Kak, Fit," panggilnya pada gadis berkerudung putih yang saat ini sedang berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mempersiapkan materi pembelajaran untuk anak-anak nantinya.
"Ya," sabutnya singkat, dari dalam ruangan tengah.
"Belanga kenapa tidak ditutup? Kalau dipipisin cicak kan bahaya," omelnya dengan wajah kesal, sebab sayang sekali, gulai sebanyak itu, dan bisa untuk makan mereka hingga sore, harus terkontaminasi dengan kotoran cicak yang suka buang hajat sembarangan.
"Astaghfirullah, maaf, Dik. Aku lupa." sahutnya dengan rasa sesal, dan beranjak menuju dapur.
"Ada dikotori cicak gak?" ia ikut menghampiri belanga, dan memeriksa kondisi gulai, untuk melihat kotoran berwarna hitam putih dari hewan melata tersebut.
"Syukurnya gak ada, sih. Ya sudahlah. Aku juga lapar." jawabnya, lalu mengambil piring, dan menyendokkan nasi dalam magic com, lalu gulai daun singkong, ditambah sambal teri dan kacang tanah.
"Kakak minta maaf, ya," ucap Fitri, dengan rasa bersalah. Sesaat pandangannya tertuju pada kelebatan seseorang yang berada dikejauhan, menggunakan pakaian hitam.
"Udah, gak apa, kok." sahut Yayuk. Lalu duduk dilantai dapur..
"Bismillahirahmanirrahiiim..." ucapnya, lalu menyuapkan nasinya, dengan kuah gulai yang melimpah ruah.
Rasanya sangat nikmat, dan ditambah perutnya yang lapar, membuat ia sangat lahap, sedangkan Fitri kembali ke ruang tengah, untuk menyiapkan tugasnya.
Tak berselang lama, suara mesin motor milik Darmadi terdengar memasuki halaman rumah, dan bersama dengan Yudi, mereka baru saja pulang dari mesjid.
"Masak apa mereka hari ini," ucap Yudi, dengan rasa tak sabar, dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Waktu sudah memperlihatkan pukul hampir dua siang, dan mereka terlambat pulang karena bertemu dengan Pak Kades, untuk membahas pelaksanaan MTQ yang akan dilaksanakan, sembari memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Kok sepi? Kemana yang lain?" tanya Yudi, yang baru saja selesai mengucapkan salam, lalu menggantungkan kopiahnya disebuah paku dinding.
"Andana, Kak Emy, dan Yuli ke pengajian ibu-ibu, sedangkann Yayuk dibelakang, baru siap makan siang, kami mau ke mushola, mengajar anak-anak mengaji," sahut Fitri, yang masih sibuk mem-print pekerjaannya.
"Assalammualaikum," ucap Darmadi, lalu memasuki rumah kos.
"Waalaikum salam," sahut keduanya.
"Uhhhuk..!" terdengar suara Yayuk terbatuk. Ia baru saja menyelesaikan makan siangnya.
"Kenapa, Yuk? Batuk, dikomik aja," celetuk Yudi, sembari bercanda, menirukan sebuah iklan ditelevisi, tentang produk obat batuk.
"Huuuuuueeek." Yayuk memuntahkan darah dalam jumlah cukup banyak, dan mengotori lantai dapur.
Sontak saja itu mengejutkan Yudi yang baru saja mencandainnya.
Ia bergegas menuju dapur, menatap bingung dengan apa yang terjadi. Sedangkan Darmadi dan Fitri, ikut berlari menuju dapur.
"Astaghfirullah, Yayuk?" Fitri merasa pitam, saat melihat muntahan darah dalam jumlah yang cukup banyak, ditambah lagi dengan gumpalan-gumpalan yang berupa serpihan mirip hati.
"Santau! Apakah ada yang datang kemari saat tadi?" tanya Darmadi.
"Gak ada, tapi tadi ada seperti orang berpakaian hitam dibelakang sana." tunjuknya pada barisan pohon kelapa.
Darmadi bergegas membuka pintu belakang dapur. Ia melihat ada jejak kaki seseorang, yang mana baru saja terjadi, dan membuat rerumputan itu rata dengan tanah.
Ia kembali masuk. "Tadi belanganya tidak tertutup?" tanyanya dengan penuh selidik.
"Ya, aku lupa," sahut Fitri dengan lemah.
Tanpa mengatakan apapun, Darmadi mengangkat belang, lalu membuang seluruh isinya kebelakang.
"Kenapa dibuang?" tanya Yudi keheranan, sembari membantu Yayuk untuk pergi ke tempat yang lebih bersih.
"Gulai itu ada racun santaunya. Kita bawa Yayuk ke rumah Atok Hasyim, ayo, cepat!" titahnya pada Fitri, dan membuat Yudi bengong sendirian.
"Yud, kamu tolong bantu bersihkan darahnya, kalau lapar, makan pakai sambal yang itu saja." tunjuknya pada piring yang ditutup oleh piring juga.
Pemuda itu hanya bengong, dan menganggukkan kepalanya.
Yudi melihat muntahan darah itu seperti tak percaya. Bagaimana ada sesuatu yang sangat mengerikan seperti itu.
Ia terpaksa membersihkan muntahan tersebut, dan menutupnya dengan pasir terlebih dahulu, sebelum nantinya ia pel.
Ketiganya menuju rumah Atok Hasyim, dengan terburu-buru. Darmadi menambah laju motornya agar cepat sampai.
Saat bersamaan, terlihat Atok Burhan sedang berjalan memasuki rumahnya.
"Yang tadi aku lihat dibawah pohon pisang, kok mirip dengan Atok itu, ya, pakaiannya juga," gumamnya dalam hati.
Darmadi terus menambah laju motornya, seolah ingin berkejar dengan waktu. Rumah Atok Hasyim sudah terlihat, dan hatinya sedikit lega, karena melihat pria sepuh itu baru saja pulang dari mesjid.
Melihat kehadiran tiga mahasiswa, yang wajahnya terlihat penuh kecemasan, membuat ia harus bersikap tenang.
Darmadi memarkirkan motornya, dan dengan dibantu Fitri, mereka membawa Yayuk kerumah pria berwajah teduh tersebut.
"Atok, tolonglah, kawan kami terkena santau," ucap Darmadi dengan penuh harap.
"Bawa masuk ke dalam rumah," pintanya dengan tenang.
"Assalammualaikum," ucap keduanya. Sedangkan Yayuk sudah sangat lemah, dan ia hanya diam pasrah.
"Waalaikum salam," jawab pria itu, lalu melangkah masuk. "Duduk dan sandarkan," titahnya, pada kedua mahasiswa tersebut.
Keduanya mengangguk patuh, lalu menyandarkan tubuh Yayuk, dengan kakinya yang berselonjor.
"Dimana dia terkenanya?" tanya pria itu.
"Dirunah, Tok," sahut Fitri.
"Astaghfirullah..." ia beristighfar. "Orang dekat rumah pun diganggunya," ucapnya dengan nada kesal. Ia sangat menyayangkan tindakan sosok itu, yang mana mengganggu orang yang tak bersalah, dan tidak mau bertaubat.
Tidak cukupkah, kedua istrinya yang meninggal karena racun itu, dan juga anak-anaknya yang juga meninggal karena terkena racun, yang mana cara kerjanya bersekutu dengan iblis, dan membuat kerusakan pada tatanan kehidupan sosial.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...