Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Koma
Satu minggu kemudian …
Alex menarik napas dengan begitu berat sambil menatap ke balik kaca di depannya. Sakit yang begitu mendalam menggerogoti hatinya saat dia menatap adiknya, Ava, yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur rumah sakit.
Tubuhnya yang dulu penuh semangat kini terkulai lemah, dipenuhi mi selang infus dan alat monitor yang terus berbunyi dengan nada monoton.
"Ava … i’m so sorry …," suara Alex serak, tangan gemetar mendekap erat tubuhnya sendiri.
Kenangan melintas di benaknya—Ava yang tersenyum lebar saat mereka kecil, Ava yang selalu membelanya ketika ayah mereka marah, Ava yang dengan polosnya percaya bahwa Alex bisa melindunginya dari segala bahaya.
Tapi sekarang? Sekarang Alex telah gagal menjaganya. Amanah dari sang ayah untuk menjaga Ava tak terpenuhi.
Dokter bilang kondisinya kritis. Cedera di kepala dan perdarahan internal membuatnya terperosok dalam koma. Dan semua ini karena kesalahan Alex.
Karena Don Vittorio.
Genggamannya mengeras, kuku menancap di lengan kokohnya. Ia menatap wajah pucat Ava di dalam sana, lalu berbisik pelan, "Aku janji, Ava. Kalau kau bangun … aku tak akan pernah membawamu kembali ke sana. Cukup aku saja yang menjadi budak Vittorio. Kau … kau harus bebas. Aku yang akan membebaskanmu.”
Suara langkah mendekat dari belakang. Alex tak perlu menengok untuk tahu siapa itu. Bau parfum mahal yang menyengat, serta bau tembakau, sudah cukup membuat perutnya mual.
"Alex," suara itu dalam, penuh wibawa.
Alex menahan napas sebelum akhirnya berbalik. Di depan pintu kamar, berdiri Don Vittorio dengan jas hitamnya yang selalu rapi.
Matanya tajam, dingin, seakan bisa menembus jiwa Alex. Di belakangnya, dua orang tubuhnya yang kekar bersiap, tangan di dalam saku jaket dan Alex tahu mereka selalu membawa senjata.
"Don Vittorio," Alex mengangguk, berusaha menahan getar di suaranya.
Vittorio melirik ke arah Ava, lalu kembali ke Alex. "Aku juga sedih melihatnya seperti ini. Dan ini semua karena para polisi brengsek itu!”
Alex menggeretakkan giginya. Sedih? Ini lebih dari sekadar kesedihan. Ini adalah neraka baginya. Tapi dia tak bisa berkata apa-apa pada pria tua penuh kuasa itu.
"Aku akan membawanya ke rumah sakit di luar negeri untuk menyembuhkannya. Kau jangan khawatir. Ava adalah salah satu asetku yang paling berharga. Aku juga tak mau kehilangan dia, Alex.”
“A-apa? Aku ingin merawatnya di sini saja.”
Vittorio mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya dengan tenang sebelum menjawab. "Di sini tak aman. Pasti polisi sedang mencarinya. Kau harus kembali bekerja. Besok. Aku yang akan mengurus Ava.”
Alex menatap Ava lagi. Tubuhnya yang lemah, wajahnya yang tak lagi bersinar. Alex tak punya pilihan demi menjaga kehidupan adiknya untuk saat ini, setidaknya sampai dia kembali sadar.
"Baik, Don," Alex akhirnya menjawab, suaranya begitu kosong dan hampa.
Vittorio tersenyum. Ia menepuk bahu Alex seperti seorang ayah pada anaknya, lalu berbalik pergi. Tapi sebelum benar-benar keluar, dia berhenti.
"Dan Alex …"
Alex menengok.
"Kalau Ava bangun, aku pasti akan langsung memberitahumu dan dia akan kembali seperti semua.”
Tapi Alex sudah berjanji.
‘Tidak lagi. Jika dia sadar, aku akan membawanya pergi jauh darimu.’
Alex mengangguk, tapi di dalam hatinya, api pemberontakan mulai menyala.
*
*
Malam itu, Alex duduk di samping tempat tidur Ava, memegang erat tangannya.
"Kau harus cepat sadar, Ava," bisiknya. "Aku punya rencana. Kita akan pergi nanti. Jauh dari sini. Maka, cepatlah sadar agar kita bisa pergi bersama."
Tapi Ava tetap diam. Alex menarik napas . Ia tahu, untuk melarikan diri dari Vittorio, dia butuh persiapan dan rencana yang benar-benar matang. Butuh uang, butuh koneksi, butuh cara untuk menghilangkan jejak.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔