NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13_Teka Teki Dari Kavin

Aya bangun lebih awal pagi ini. Matanya yang terbuka perlahan menangkap sosok wajah tampan yang berada tepat di depannya. Aya enggan untuk bersuara, matanya melirik pada mata, hidung, rahang dan berhenti pada bibir tebal milik suaminya yang selalu memanjakannya. Tangannya terulur menyentuh luka di sudut bibir Ramon yang mulai mengering.

" Morning!" Aya memainkan poni Ramon yang mulai memanjang, nafasnya teratur dan terlihat tenang dengan wajah yang damai.

Wanita itu bangkit merubah posisinya menjadi bersandar pada kepala ranjang. Matahari masih malu malu menampakkan dirinya, terlihat dari langit yang masih terlihat gelap. Aya turun dari tempatnya, menggulung asal rambutnya dan membiarkan anak rambutnya berjatuhan.

Setelah membersihkan diri Aya berinisiatif membuatkan sarapan untuk Ramon. Entah makanan itu akan dimakan atau tidak mengingat Aya yang selalu memasak makanan instan.

Sepertinya Aya memang benar-benar bangun awal. Bahkan di dapur pun belum ada maid satupun yang beraktivitas disana. Tapi wanita itu tidak mempermasalahkannya, karena itu tandanya tidak ada orang yang menghalanginya untuk memasak pagi ini.

Di mulai dengan mencuci beras dan sayur sayuran. Aya akan mencoba membuat bubur untuk Ramon. Mulai berkutat dan membiasakan diri, hampir satu jam dia berada di sana dan langit masih terlihat gelap.

" Apa matahari libur hari ini?" Ucapnya bermonolog " Tapi mana bisa matahari libur dari pekerjaannya?" Merasa ada yang aneh Aya pun bergegas pergi ke ruang tamu dan matanya membulat saat melihat jarum kecil yang menunjuk ke angka empat.

Aya menepuk jidatnya " sepertinya aku memasak utuk makan sahur," Dia kembali mengumpat dengan kaki yang kembali melangkah kearah dapur.

" Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Dia berjalan, mundar mandir seperti setrikaan " Bagaimana jika buburnya dingin?"

" Tinggal dihangatkan lagi bukan?" Aya seperti tengah berdebat, berargumen dengan dirinya sendiri.

" Apa aku bangunkan Mondy saja?" Tanyanya pada dirinya lagi.

" Tidak," Kepalanya menggeleng cepat  " Dia butuh istirahat jangan membangunkannya."

" Tapi...."

" Tidak. Kamu tidak boleh membangunkannya!" Tegas dirinya yang lain.

" Nasib bubur ku? Hiks!" Raya memanyunkan bibirnya  merajuk entah pada siapa. Daripada terus di dapur meratapi nasib buburnya Aya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti saat ber pas pasan dengan Kavin saat hendak menaiki anak tangga.

" Kavin," Pria itu menoleh karena terlalu fokus pada ponselnya.

" Wanita Apel,"

" Aisss!" Aya mendesis tak suka saat Kavin memanggilnya seperti tadi " Namaku Kanaya bukan wanita Apel."

" Maaf tapi aku lebih suka memanggilmu wanita Apel."

" Tapi aku yang tidak suka!" Balas Aya ketus " kau mau pergi?" Tanya Aya pada Kavin karena pria itu membawa koper miliknya.

Kavin mengangguk lalu berjalan melewati Aya " aku akan tinggal di apartemenku."

" Kenapa? Apa kamu tidak nyaman tinggal disini?"

" Ini mansion suamimu bukan mansion ku."

" Aku tahu. Maksudku mansion ini terlalu besar untuk kami tinggali. Masih banyak kamar yang kosong dan kamu bisa menempatinya."

" Wah sepertinya kamu berusaha menahan ku untuk tetap tinggal disini," Kavin meringis saat luka di sudut bibirnya kembali terbuka saat dirinya tak sengaja terkekeh pelan tadi.

Aya mendekat, menyipitkan matanya karena kurangnya pencahayaan " wajahmu... wajahmu juga terluka? Sini," Aya menuntun Kavin untuk ikut dengannya setelahnya mereka duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

" Tidak perlu, aku bisa sendiri." Tolak Kavin saat Aya ingin mengobatinya

" Jangan bertingkah seperti anak kecil. Kamu dan Mondy sama saja!"

Kavin mencekal tangan Aya saat ingin mengobati luka pada wajahnya. Mata Kavin terlihat lebih menyala dan tajam dengan Rahang yang tiba tiba mengetat " Jangan pernah samakan Aku dengan suamimu, karena kami berbeda."

" Itu.... maksudku ...."

" Sudahlah, lebih baik kamu pergi ke kamarmu. Aku bisa mengobati diriku sendiri." Aya merasakan kejanggalan, dia sempat terdiam sesaat berusaha mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi.

" Kamu.... kamu bertengkar dengan Mondy?" Tanya Aya hati hati. Kavin menghentikan gerakan tangannya lalu menatap pada Aya.

" Ya kami bertengkar,"

" Kenapa?"

" Kenapa?" Ulangi Kavin setelahnya dia kembali terkekeh pelan " Benar juga kenapa dia memukulku? Apa gara -ara aku menciummu?"

" Apa? Mondy memukulmu gara-gara itu? Bukankah sudah ku katakan padanya jika aku pun sempat menamparmu, kenapa bisa seperti ini?"

" CK. Kamu benar seharusnya dia tidak bersikap berlebihan seperti ini. Harusnya aku yang lebih dulu memukulnya. Seharusnya aku juga yang marah padanya. Tapi kenapa? Kenapa dia yang seolah olah benar dan tersudutkan atas situasi ini? Bukankah aku korbannya?"

" Korban? Kavin aku tidak meng.....

" Aya," Ucapan Aya terhenti karena Kavin lebih dulu memanggilnya " bisakah kamu menerima Ramon setelah mengetahui kebenarannya?"

" Bisakah kamu tetap bertahan disisinya?"

" Kavin... kamu bicara apa? Sungguh aku tidak meng....

" Dan bisakah kamu memaafkannya?"

" Cukup" Aya mengangkat tangannya meminta Kavin untuk berhenti membicarakan omong kosong yang membuatnya bingung saat ini " Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan? Jangan membuat teka teki seperti ini."

Mata itu menatap lekat pada Hazel hitam milik Aya. Aya terdiam saat Kavin mengacak gemas rambutnya " aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Azka kakakmu, sehingga dia memutuskan untuk menikahkan adiknya yang polos ini bersama sepupu brengsek ku. Aku harap kamu bahagia bersama dia."

" Tunggu," Aya mencekal tangan Kavin saat pria itu ingin pergi " apa tujuanmu berbicara seperti itu? Kenapa kamu membuatku bingung? Tolong jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya?"

" Aku tidak berhak. Karena masih ada orang yang lebih pantas untuk menjelaskan semuanya. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik!" Aya diam di tempat mengejar untuk menuntut penjelasan pun percuma karena Kavin akan tetap pada pendiriannya.

Berargumen kembali antara hati dan logikanya perkataan Kavin membuat kepala Aya ingin pecah. Memikirkan hal itu saja membuat Aya tak sadar jika kini matahari sudah mulai berani menampakkan dirinya.

" Kamu disini?" Aya tersentak kaget saat seseorang menyentuh bahunya, dan tangan itu milik suaminya Caramondy.

" Kamu sudah bangun?" Ramon mengangguk " Kemarilah," Aya menuntun Ramon menuju meja makan. Selagi dia menghangatkan bubur yang sudah di buatkannya, Aya membuat teh hangat untuk suaminya itu.

" Kamu masak?" Tanya Ramon menyelidiki " Sudah ku katakan jangan pergi ke dapur, tempat itu berbahaya untukmu!" Ucapnya memperingati.

" Jangan berlebihan, buktinya aku tidak apa apa."

" Iya untuk saat ini kamu aman, tapi bagaimana jika kejadian waktu itu terjadi lagi?" Aya menghentikan tangannya yang tengah mengaduk buburnya agar tidak gosong. Aya mengesah pelan sebelum akhirnya dia membuka suara " Apakah aku menyeramkan?"

" Apa?"

" Disaat aku ingin menyakiti diriku sendiri, apakah aku sangat menyeramkan?" Keduanya terdiam di tempat. Ramon tidak bisa membuka suara karena dia bingung harus berkata apa.

" Seharusnya kamu menolak untuk menikahi ku, karena aku berbeda dengan wanita di luaran sana."

" Kamu ini bicara apa? Sampai detik ini saya tidak pernah menyesal menikah denganmu."

' jika dia bisa menerima diriku, lalu kenapa aku tidak bisa menerima dirinya? Mungkin inilah alasan kenapa ka Azka menginginkan aku menikah dengannya'

' tapi Kavin? Sebenarnya apa yang aku tidak ketahui tentang keluarga ini? Dan apa tujuan Kavin berbicara seperti itu?'

" kamu melamun?"

" hem?" Aya terkejut saat Ramon sudah berada disisinya. Pria itu terlihat tinggi dengan bahu yang kokoh.

" Bubur?"

" Hem. Aku memasaknya untukmu." Aya mematikan kompor setelah dirasa bubur itu telah hangat. Setelahnya dia mengambil mangkuk untuk menyajikannya.

" Makan," Titah Aya pada Ramon.

" Kamu serius?" Aya mengangguk " Kamu memintaku untuk memakan bubur ini?"

" Iya. Apa ada yang salah?" Ramon memalingkan wajahnya saat tak kuat menahan senyumannya. Dia kembali menatap pada isterinya yang duduk tepat di sampingnya " Ini bubur untuk bayi Kanaya."

" Apa?" Aya terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka matanya membulat dan mengedip pelan " Bubur untuk bayi?" Ulangnya sambil melirik pada bubur di hadapan Ramon. Aya segera mengambil benda pipihnya lalu melihat pada daftar pencarian di youtubenya. Dan benar saja, bubur itu untuk bayi bukan pria besar yang nafsuan seperti suaminya.

" Sia sia usahaku bangun dari jam tiga pagi!" Aya menjatuhkan wajahnya pada meja makan membuat Ramon tidak tega melihatnya. Dan lagi dia membuatnya dari jam tiga pagi.

" Jam tiga?" Ucap Ramon setelah sadar " pantas saja matamu seperti panda. Sini," Ramon menarik kembali bubur yang sempat Aya tarik tadi, perempuan itu mendongak menatap kearah Ramon.

" kamu mau ngapain?"

" Ya makan bubur."

" nggak. Sini, siniin buburnya. Biar aku buatin yang baru."

" Nggak usah!" Tolak Ramon saat Aya ingin mengambil alih buburnya.

" Tapi itu bubur buat bayi."

"Nggak masalah meskipun ini buat bayi justru itu akan membuat tubuhku lebih sehat!"

" Ayolah jangan membuatku lebih malu karena tidak bisa membedakan bubur untuk bayi dan bubur biasa. Bawa sini mangkuknya!" Pinta Aya

" Nanti kalau isinya sudah habis," Balas Ramon.

" Ayo lah Mondy," pintanya memelas. Ramon mulai menyuapkan bubur itu pada mulutnya dan dia menikmatinya.

" Tidak buruk." Pujinya

" enak?"

" lumayan. Sepertinya ini kode jika kamu ingin segera memiliki baby. Benar begitu?"

Aya menggeleng cepat " Katanya kamu pria yang tidak peka, tapi kenapa bisa berfikir sejauh itu?"

" mungkin karena Baby."

" Mondy!" Ramon tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat Aya merajuk sekaligus tersipu malu. Bahkan pipinya memerah dangan bibir yang mengerucut.

" Terimakasih untuk buburnya. Dan terimakasih untuk semuanya!" Aya tidak bisa mengendalikan degup jantungnya yang tiba tiba maraton saat Ramon membawanya kedalam pelukannya. Satu kecupan dia dapatkan di pucuk kepalanya dan itu semakin membuat detak jantungnya tak karuan.

Tapi perkataan Kavin tiba-tiba melintas di benaknya, membuat Aya gelisah entah karena Apa ' Apa pun yang terjadi kedepannya, semoga aku bisa bertahan di sampingnya!'

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!