Cakka Barani, seorang mahasiswa yang juga merupakan otaku yang berasal dari dunia modern, mendapati dirinya tiba-tiba saja terlempar ke dunia lain saat keluar dari kamarnya. Berkat pengetahuan yang dimilikinya, mampukah dia bertahan hidup di dunia baru yang penduduknya bertahan hidup mengandalkan sihir dan pedang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awaluddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Jamur Yang Menyelamatkan Hidupku
Sekarang aku sedang berada di danau tempat Neija berada. Kami berdua sedang menikmati ikan bakar yang aku buat sambil berdiskusi mengenai kejadian yang barusan aku alami. Dan yah... aku sudah bisa menebak bahwa Neija mengetahui segala kejanggalan yang telah aku alami selama seminggu ini.
Alasan mengapa aku tidak pernah bertemu monster seminggu terakhir ini dikarenakan luapan mana yang berasal dari diriku sendiri. Saat pertama kali aku mulai mengaktifkan sihirku di dunia ini, saat itu pula mana yang sangat melimpah yang aku miliki seakan keluar terus menerus dari dalam tubuhku. Akibatnya udara di sekitarku tampak terdistorsi—dari sudut pandang makhluk lain sepertinya aku terlihat seperti suatu makhluk berwarna hitam pekat yang mendistorsi udara di sekitarku—itu sebabnya tidak ada monster yang berani mendekatiku. Hal itu juga-lah yang membuat para Hjyuman itu ketakutan dan kabur dariku.
"Itu artinya kedua orang itu berusaha untuk mengulur waktu agar rekan-rekannya dapat kabur?"
"Begitulah." Jawab Neija dengan mulut yang masih penuh ikan bakar.
"Aku jadi penasaran apa yang dikatakan pria kekar itu saat sebelum aku ditebas oleh pria tampan yang menggunakan pedang."
"Oh soal itu dia sedang mencoba bernegosiasi denganmu agar kau mengampuni nyawa mereka berdua. Namun karena pria yang menggunakan pedang itu merasa tidak ada pilihan lain selain bertarung, akhirnya dia menyerang mu dengan putus asa."
"Jadi begitu yah... semua ini karena kami tidak mengerti bahasa masing-masing... eh tapi tunggu dulu, lantas kenapa aku bisa berbicara denganmu?"
"Apa maksudmu? Bukankah itu sudah jelas karena mereka menggunakan bahasa umum sedangkan kita berdua menggunakan bahasa monster atau yang lebih dikenal dengan bahasa kuno?" Jawab Neija dengan heran.
"Bahasa umum? Bahasa kuno?" Tanyaku bingung.
"Bahasa umum adalah bahasa yang digunakan oleh hampir seluruh penduduk dunia ini, pada awalnya itu merupakan bahasa Hjyuman, namun karena saat ini mereka telah mendominasi benua maka bahasa itu disebut sebagai bahasa umum. Akhirnya Demi-Human, Beastman, Demon, dan Angel sudah banyak yang bisa menggunakan bahasa ini. Meskipun tetap saja mereka juga mempunyai bahasa mereka sendiri yang digunakan untuk berkomunikasi dengan ras mereka sendiri. Ngomong-ngomong, aku juga bisa menggunakan bahasa umum, loh," jawab Neija dengan bangga, "oh iya, hanya Elf dan Dwarf yang tidak menggunakan bahasa umum. Itu semua dikarenakan cara hidup mereka sangat tertutup, mereka menggunakan bahasa kuno sama seperti kita berdua."
"Kita berdua katamu? Aku menggunakan bahasa kuno? Kau ini bicara apa sih, sudah jelas-jelas kau yang berbicara dalam bahasa negaraku yang berasal dari dunia lain." Tanyaku sedikit terkejut.
"Eh?"
"Eh?"
Kami berdua terkejut dengan pernyataan masing-masing. Jadi selama ini aku mengira Neija berbicara dalam bahasa negaraku sedangkan Neija mengira aku berbicara dalam bahasa kuno. Setelah itu Neija banyak menanyakan berbagai hal yang telah aku makan sebelum aku bertemu dengannya, dan ternyata alasan aku bisa berbahasa kuno adalah karena ulat yang selama ini aku makan.
"Ulat itu sebenarnya adalah monster yang bernama Monstra Lingua—yang berarti lidah monster—yang diciptakan oleh Dewa pencipta dunia ini agar para makhluk ciptaannya dapat berkomunikasi. Ketika monster itu dimakan maka akan mendapatkan kemampuan untuk berbicara. Pada awalnya dunia ini hanya dihuni oleh kami para Elder dan monster saja. Itu sebabnya bahasa itu disebut sebagai bahasa monster." Neija dengan serius menjelaskan.
Jadi karena aku telah memakan ulat itu maka sekarang aku bisa mengerti bahasa kuno. Apakah mungkin setiap aku berbicara dengan orang yang mengerti bahasa kuno maka perkataanku otomatis akan diterjemahkan dan jika aku mendengar orang berbicara menggunakan bahasa kuno maka perkataan mereka akan otomatis diterjemahkan untukku?
"Ribuan tahun kemudian Dewa menciptakan ras Elf dan Dwarf itu sebabnya kedua ras itu juga menggunakan bahasa kuno. Meskipun Demon dan Angel juga termasuk ras kuno tetapi mereka tidak bisa menggunakan bahasa kuno dikarenakan mereka telah memiliki bahasa mereka sendiri karena kedua ras itu berasal dari dunia lain." Neija melanjutkan penjelasan
Apakah mereka tidak pernah tahu mengenai monster ulat bernama Monstra Lingua?
"Ratusan tahun setelah Elf dan Dwarf hidup berdampingan dengan para Elder dan monster lainnya, datang dua ras yang disebut sebagai Demon dan Angel dari sebuah portal dimensi yang bertujuan untuk menguasai dunia ini. Namun karena saat itu kedua ras tersebut tidak sengaja bertemu salah satu Elder dan dikalahkan dengan mudahnya, kedua ras tersebut memutuskan untuk tinggal di ujung utara dan selatan benua hingga sekarang—untuk membangun kembali kekuatan mereka. Karena saat ini Hjyuman-lah yang mendominasi benua, mau tidak mau kedua ras itu pun mempelajari bahasa umum demi tujuan kelancaran misi menguasai dunia mereka." Sambung Neija menjelaskan asal usul dan alasan Demon dan Angel bisa ada di dunia ini.
Heee aku tidak menyangka ada sejarah seperti itu di dunia ini, lagi pula dalam beberapa cerita—Demon memang sering kali digambarkan sebagai makhluk yang jahat, tapi di dunia ini ternyata Angel juga sama jahatnya dengan Demon yah.
"Kau bilang bahwa kau juga bisa menggunakan bahasa umum, kan? Kalau begitu ajari aku bahasa umum karena saat ini aku bertujuan untuk pergi ke kota Hjyuman." Tanyaku kepada Neija.
"Tentu saja aku akan mengajarimu. Setelah kau sudah bisa bahasa umum aku akan ikut dalam perjalananmu." Jawab Neija.
"Baik sudah diputuskan kalau begitu."
"Eh ngomong-ngomong tadi kau bilang pernah memakan sebuah jamur saat baru tiba di dunia ini, kan? Apa warnanya? Bagaimana bentuknya?" Tanya Neija dengan tiba-tiba.
"Kalau tidak salah jamur itu berbentuk seperti koral dan berwarna gelap." Jawabku sembari mencoba menggali ingatanku.
"Ternyata begitu... ternyata dari situlah kau mendapatkan sihir kutukan itu. Jamur itu merupakan herbal yang dapat mengubah emosi seseorang menjadi sihir. Sihir yang didapat tergantung dari emosi apa yang diubah, karena kau tidak mati saat pertama kali menyentuh Kaleidoskop—itu berarti emosi yang diubah menjadi sihir adalah emosi kebencianmu, itu sebabnya kau mendapat Sihir Terkutuk yang bersumber dari emosi kebencianmu."
"Eh apa maksudnya itu? Dan apa pula maksudmu aku tidak mati saat menyentuh Kaleidoskop ini?" Tanyaku sambil menggenggam artefak Kaleidoskop.
"Yah seperti yang aku katakan, emosi kebencianmu kini telah sepenuhnya diubah menjadi Sihir Terkutuk. Jadi saat ini kau tidak akan bisa lagi merasakan kebencian. Kalau soal Kaleidoskop itu yahh... Intinya jika orang yang menyentuhnya memiliki kebencian dalam hatinya meskipun hanya sebesar butiran debu maka dia akan mati."
"Ehhhhh!?" Saat ini aku benar-benar dibuat terkejut oleh pernyataan Neija, tanpa sadar aku telah diselamatkan oleh jamur yang telah aku makan saat baru tiba di dunia ini.
"Kalau mengenai Sihir Suci yang aku miliki apakah kau tahu sesuatu?" Tanyaku saat mengingat aku memiliki sihir lain dalam tubuhku.
"Karena jamur itu hanya bisa memberimu satu sihir tidak peduli sebanyak apa pun kau memakannya jadi... aku tidak tahu dari mana kau mendapat Sihir Suci-mu itu. Mungkin saja sejak awal kau sudah memiliki Sihir Suci itu. Ngomong-ngomong, sihir Teleportasi milikmu itu berasal dari Sihir Suci, berbeda dengan sihir yang kau sebut dengan Black Hole dan Portal yang berasal dari Sihir Terkutuk." Jawab Neija dengan mulut penuh ikan bakar.