NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 13

Sesampainya di rumah, langkah Ratih gemetar. Jantungnya berdetak cepat. Bayangan Karso yang terkapar masih memenuhi kepalanya.

Rojali belum pulang. Ratih berdiri di ambang pintu, bingung. Ia ingin menangis, ingin memeluk seseorang… tapi kepada siapa?

Mengadu kepada bapaknya?

Ah, tidak. Dia tak ingin membebani pikiran ayahnya yang sudah renta dan sering sakit-sakitan.

Lalu pada Narti, ibu tirinya?

Ratih tertawa pahit dalam hati. Yang ada hanya cacian, bukan pelukan. Yang ada hanya tuntutan, bukan pengertian.

Ia berdiri di tengah ruang kecil itu, kebingungan. Hari ini ia melakukan sesuatu yang besar. Sesuatu yang akan menjerat dirinya dan keluarganya ke dalam masalah yang lebih besar.

“Andai saja tadi aku tidak ikut panen teh…” gumamnya lirih. “Mungkin aku tidak akan mengalami semua ini.”

“Nak, kenapa kamu?” tanya suara yang membuatnya tersentak.

Ratih menoleh. Karman—ayahnya—berdiri di ambang pintu kamar, menatap dengan sorot cemas.

Ratih menahan air mata. Sosok rapuh itu adalah satu-satunya tempat bersandar yang ia punya di dunia ini. Dan satu hal yang paling menakutkan baginya adalah jika ayahnya pergi duluan. Kalau Karman mati… siapa lagi yang benar-benar akan menjaganya?

“Tidak apa-apa, Pak. Aku baik-baik saja,” ucapnya. Hanya itu yang mampu ia katakan, walau di dalam dadanya bergemuruh ribuan rasa yang tak bisa ia ucapkan.

Belum sempat Karman bicara, Narti muncul dari dapur dengan tatapan tajam.

“Ratih! Mana hasil kerja kamu hari ini?” bentaknya, tanpa sedikit pun menanyakan kabar, apakah Ratih sudah makan, apakah dia lelah, apakah kakinya pegal. Tidak ada sedikit pun perhatian sebagai seorang ibu tiri. Yang ada hanya tuntutan.

Ratih menghela napas dan mengeluarkan selembar uang dari saku bajunya, menyerahkannya tanpa berkata-kata.

Wajah Narti langsung berubah. Senyum puas terpampang jelas.

“Kamu harus kerja lebih keras lagi! Pernikahan Sinta tinggal seminggu. Banyak yang harus disiapkan!” katanya tajam.

Ratih terdiam. Tidak ada yang perlu disiapkan. Semua sudah dibayar. Keluarga Bagas menyumbang 30 juta, dan keluarga Narti juga 30 juta. Tapi siapa yang sebenarnya mengumpulkan uang itu selama lima tahun?

Ratih.

Tabungannya. Hasil jerih payahnya. Keringatnya. Dan semua itu, sekarang dipakai untuk membiayai pernikahan adik tirinya—Sinta. Dan alasan mereka? Supaya kutukan "pembawa sial" dalam diri Ratih bisa segera “pindah.”

Sakit. Terlalu sakit jika diingat.

Namun di balik segala kesedihan itu… Tuhan ternyata tidak buta.

Dia mengirim Rojali.

Wajah lelaki itu melintas di benaknya. Wajah penuh kelembutan dan ketulusan. Rojali mungkin dianggap gila dan miskin oleh orang-orang, tapi baginya… Rojali adalah satu-satunya orang yang membuatnya merasa berharga.

Ratih tersenyum kecil.

“Bang… Ratih rindu,” gumamnya lirih.

Ia duduk di tikar usang, menatap langit-langit bambu yang mulai berlubang. Tapi senyum itu tetap di wajahnya.

Setidaknya, dengan membayangkan pelukan Rojali… beban pikirannya terasa sedikit lebih ringan malam ini.

Waktu terus berjalan. Di halaman rumah, beberapa orang sibuk memasang tenda dan dekorasi. Pesta itu seharusnya milik Ratih. Lima tahun menabung, lima tahun berharap, lima tahun menjaga cinta—dan kini, semua itu jadi milik orang lain.

Tapi ya sudahlah.

Ratih menatap kosong dari balik jendela dapur. Ia tak ingin larut dalam kesedihan. Di balik semuanya, ia bersyukur tak jadi menikah dengan Bagas—lelaki yang dulu bersumpah akan menikahinya, tapi goyah termakan rumor.

Rumor bahwa Ratih adalah anak sial.

Dan kini? Yang memberi cap “sial” itu justru menikmati paket lengkap: uang tabungan Ratih dan calon suami Ratih. Sinta, adik tirinya, yang kini dipuja dan dipersiapkan menikah. Semua dibayar dari hasil keringat Ratih sendiri.

“Untung ada Bang Rojali…” gumamnya, pelan. “Bang, cepat pulang... Ratih mau cerita…”

Ia melirik jam dinding—pukul sembilan malam.

Tiba-tiba suara mesin kendaraan mengagetkannya. Dua mobil pickup berhenti di depan rumah, lampunya terang menyorot halaman.

Beberapa lelaki turun dari mobil. Salah satunya berteriak lantang.

“RATIH!!”

Suaranya menggema. Semua orang yang sedang bekerja mendekor pesta langsung menghentikan aktivitasnya. Beberapa mulai berbisik-bisik.

“Itu anak buah Juragan Harsono… ngapain ke sini?” gumam seseorang.

Ratih langsung gemetar. Nafasnya memburu, tubuhnya menggigil. Mungkin… malam ini adalah akhir dari hidupnya.

Narti keluar lebih dulu. Suaranya tajam, tapi nadanya dibuat sopan.

“Ada apa, Kang? Kenapa teriak-teriak malam-malam begini?” tanya Narti. Ia tahu siapa mereka. Anak buah Harsono, yang harus dihormati—apalagi saat menjelang pernikahan anaknya.

“Mana Ratih?” tanya Bejo datar. “Kami diutus membawa dia sekarang juga.”

Narti memutar bola matanya, lalu berteriak kesal. “Ratihhh!!”

Di dalam, Ratih terisak pelan. Tangis tanpa suara. Tak ada yang memeluknya. Tak ada yang membelanya. Tapi ia tahu, dia tidak bisa lari.

"Baiklah… mati ya mati lah…” bisiknya putus asa.

Perlahan, ia berjalan keluar.

Dari tadi ia bersembunyi di dapur. Kini, dengan langkah berat, Ratih melangkah ke pekarangan. Daster lusuh membalut tubuhnya, kerudung tipis menutupi rambutnya. Tapi kesederhanaan itu tak mampu menyembunyikan kecantikannya.

Wajahnya bercahaya seperti sinar rembulan. Tidak ada bedak. Tidak ada lipstik. Tapi semua mata tertumbuk padanya. Semua seolah tak bisa mengalihkan pandangan.

Bejo menahan napas dalam hati. Pantas saja Karso tergila-gila. Hari ini Ratih bukan terlihat seperti anak sial… tapi seperti ibu peri.

Namun itu hanya sesaat. Bejo menggeleng pelan, getir. Sayang sekali… malam ini kecantikan itu akan habis. Dia sudah berani menganiaya Karso. Nasib buruk akan segera datang.

“Ratih!” bentak Narti, mendekat. “Apa yang kamu lakukan sampai Juragan Harsono begitu murka?”

Ratih diam. Tak menjawab. Matanya menunduk. Lidahnya kelu.

“Kamu harus ikut! Pertanggungjawabkan perbuatan kamu! Juragan Karso sekarang gegar otak, telinga kanannya rusak, gigi copot empat! Ini penganiayaan berat!!” seru Bejo lantang.

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Ratih.

Narti menampar tanpa aba-aba. Tanpa pembelaan. Bahkan sebelum Ratih sempat menjelaskan apa pun.

Pipi Ratih perih.

Tapi lebih perih adalah hatinya.

Lebih menyakitkan dari tamparan itu adalah kenyataan bahwa tak ada satu pun orang yang berdiri di sisinya.

“Ratih, ikut kami,” tegas Bejo sambil melangkah maju, tangannya terulur.

Ratih mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata. Suaranya lirih tapi penuh ketulusan, “Kang… saya cuma membela diri. Juragan Karso mau melecehkan saya.” Isaknya pecah. “Saya hanya menampar... tapi yang terjadi di luar dugaan saya. Saya… saya tidak menyangka akan separah itu…”

Beberapa orang di sekitar mulai gelisah. Ada tatapan iba. Ada yang ingin bicara—tapi bibir mereka terkunci rapat. Siapa yang berani melawan Juragan Harsono? Semua tahu Karso. Lelaki hidung belang. Bahkan perempuan bersuami pun tak luput dari incarannya. Tapi tak satu pun korban yang berani melawan. Karso terlalu kuat. Terlalu berkuasa.

“Kamu pembohong, Ratih!” bentak Bejo, matanya tajam. “Mana mungkin cuma ditampar bisa sampai gegar otak! Aku yakin kamu mukul pakai balok!”

PLAK!

Satu lagi tamparan dari Narti mendarat di pipi Ratih.

“Anak sial! Kalau Juragan Karso mau sama kamu, kamu harus bersyukur!” cecar Narti, nadanya jijik.

Ratih menangis, tubuhnya bergetar, tapi suara hatinya tetap utuh.

“Ibu…” isaknya. “Aku bukan wanita murahan. Hanya suamiku yang berhak menyentuhku,” ucapnya dengan suara bergetar, tapi tegas.

PLAK!

Satu tamparan lagi.

“Kamu ini anak sial! Kalau Juragan Karso menginginkanmu, itu artinya kamu beruntung!” teriak Narti, penuh amarah dan penghinaan.

Ratih menunduk. Bukan karena kalah, tapi karena hatinya sakit. Sakit karena perempuan yang seharusnya menjadi ibunya… justru menjatuhkannya begitu rendah.

Orang-orang hanya bisa menatap iba.

Tak satu pun membela.

Karman berdiri membatu. Matanya berkaca-kaca, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan.

“Sudah! Jangan banyak drama. Ayo, ikut kami!” seru Bejo, melangkah lebih dekat.

“Bawa saja!” sahut Narti dingin.

Bejo mengulurkan tangannya, bersiap menyeret Ratih. Ratih pun memejamkan mata.

Di balik dasternya, sebuah pisau kecil terselip di pinggangnya. Jika mereka membawanya jauh… ia sudah siap. Ia tak akan membiarkan tubuhnya dinodai. Ia lebih memilih mati. Tapi bukan di sini. Bukan di depan ayahnya. Ratih ingin pergi dalam diam… tanpa membuat Ayah menangis.

Tangan Bejo hampir menyentuh lengan Ratih ketika—

“Kalau kau menyentuh istriku… maka malam ini akan jadi malam terakhir kalian bernafas.”

Suaranya menggema tapi orangnya tidak ada, suaranya saja membuat bulu kuduk merinding

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!