Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terimakasih
Seorang wanita cantik duduk di tepi danau sambil melihat pemandangan yang indah. Pakaiannya tidak modis namun terkesan rapi dan bersih. Wanita itu memiliki aura tenang namun menyimpan sedikit kepolosan dengan tubuh yang membungkuk.
Tamara menjadi heran kenapa ia berada di tempat ini. Ia menyadari bahwa mungkin ia sedang bermimpi, akan tetapi ia bingung kenapa ia memimpikan tempat ini dan siapa sebenarnya wanita itu.
Apakah itu ibunya, sahabatnya atau seseorang yang ia benci...
Akan tetapi Tamara tak pernah ingat bahwa ia pernah melihat wanita di depannya.
Saat Tamara masih bingung dengan pikirannya, wanita itu pun berbalik dan menatap Tamara dengan senyuman. Saat itu juga Tamara menyadari bahwa wajah itu adalah wajah miliknya sendiri.
Wanita itu memiliki tubuh dan wajah persis sama seperti miliknya. Tapi wanita itu memiliki aura yang berbeda dengannya. Jika Tamara adalah orang yang mendominasi, independen dan teguh pendirian. Maka wanita di depannya adalah kebalikannya, dia sangat penurut, naif dan mudah dipengaruhi.
Tamara heran kenapa ia memimpikan dirinya sendiri dengan versi kepribadian yang bertolak belakang.
"Maaf mengganggu istirahat mu. Aku Tamara, pemilik tubuh yang kamu tempati sekarang." ucapnya malu.
Saat mendengar hal tersebut, Tamara pun menyadari bahwa wanita di depannya adalah ibu dari Dave. Tamara pun menjadi lebih rileks dan tersenyum kecil.
"Tamara, itu juga namaku. Aku tidak menyangka kita akan bertemu dengan cara seperti ini."
"Ya, aku datang menemui mu untuk berterima kasih padamu. Dave adalah penyesalan terbesar dalam hidupku. Dia anak yang pintar dan baik, dia pantas mendapatkan orang tua yang lebih baik dariku. Aku adalah wanita biasa yang hanya mengandalkan kecantikan untuk mendapatkan laki-laki mapan untuk hidup. Saat Vin pergi aku tidak tau harus berbuat apa. Dave harusnya hidup berkecukupan, tapi apa yang aku lakukan? Aku membuat anak itu jatuh ke jurang yang tak berdasar."
Wanita itu memiliki sikap yang rendah diri, mungkin karena dia dibesarkan di lingkungan panti asuhan dimana ia terbiasa dipandang kasihan oleh orang-orang. Hal tersebut membuat wanita itu tidak pernah percaya diri pada keputusan apapun dalam hidupnya. Vin adalah laki-laki yang bertanggung jawab, ia menjadi laki-laki yang menyayangi istrinya hingga ekstrim. Hal tersebut membuat wanita itu semakin manja dan bergantung padanya. Jadi wanita itu kehilangan arah saat orang yang paling ia andalkan tiba-tiba menghilang dari dunia.
Tamara mengerti bahwa ada beberapa wanita yang memang memiliki sifat semacam ini. Jadi ia memakluminya dan tersenyum dengan tulus.
"Tak usah berkecil hati. Kamu harusnya bangga karena mendidik anakmu dengan sangat baik. Dave masih sangat kecil, tapi sikapnya begitu dewasa. Dia merawat orang lain dengan sangat baik dan sangat pintar. Jika wanita sepertiku merawat Dave sejak awal, mungkin dia tidak akan tumbuh menjadi anak hebat seperti ini. Jadi kami seharusnya bangga karena telah berhasil mendidik Dave dengan sangat baik."
Wanita itu kaget saat mendapatkan pujian dari Tamara. "Benarkah?"
"Ya, sekarang kamu tak perlu khawatir karena mulai hari ini aku akan merawat Dave dengan baik. Aku juga akan menganggapnya seperti anakku sendiri."
Wanita itu pun menunduk malu sambil berterima kasih dengan nada sedikit gemetar. Ia tidak menyangka Dave memiliki keberuntungan untuk mendapatkan seorang ibu yang lebih kompeten dari dirinya.
Tamara mengerti bahwa wanita di depannya sangat menyayangi Dave, akan tetapi tidak tau cara bertahan hidup tanpa Vin. Jadi Tamara mendekat dan menghiburnya dengan pelan.
"Kamu bisa pergi dengan tenang, karena Dave di tanganku maka anak itu akan aman. Tamara, ini sangat lucu saat memanggil orang lain dengan nama yang sama seperti namaku. Akan tetapi, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Jika ada kehidupan selanjutnya, aku berharap kamu terlahir menjadi seorang wanita yang percaya diri, bahagia dan mandiri. Jangan terlalu mengandalkan orang lain untuk hidup. Kamu harus menyadari bahwa kamu sebenarnya kuat dan mampu untuk hidup lebih lama. Jadi jangan membungkuk lagi, tegakkan badan mu serta lihat orang lain dengan cara yang setara. Dave pantas mendapatkan kebahagiaan, tapi kamu juga pantas mendapatkannya juga."
Mendengar apa yang diucapkan Tamara, wanita itu semakin menangis. Ia menganggukkan kepalanya segera dan memeluk Tamara sekilas. "Terimakasih, aku akan mengingatnya."
Setelah itu, Tamara pun bangun kembali dari mimpinya yang panjang. Mimpi itu terlalu nyata untuk disebut sebagai sebuah mimpi. Tamara pun tersenyum dan berfikir mungkin pemilik tubuh ini memang benar-benar datang padanya untuk berterima kasih.
Saat ia melihat ke arah jendela, Tamara pun menyadari bahwa hari sudah menjelang pagi. Ia pun bangun dan melakukan persiapan untuk sekedar meregangkan tubuh dan berolahraga kecil. Akan tetapi betapa kagetnya ia saat melihat seorang anak kecil sedang memasak nasi goreng untuknya. Anak itu tak lain dab tak bukan adalah Dave anaknya sendiri.
Kakinya yang kecil tak bisa meraih wajan yang ada di atas kompor. Akan tetapi Dave tak kehilangan akal, ia mengambil bangku kecil dan naik ke atasnya. Hal tersebut mempermudahnya dalam bergerak dan gerakannya begitu telaten. Seperti seseorang yang telah terbiasa melakukannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Ahh! Bu, kamu sudah bangun. Aku sedang membuat sarapan untuk ibu."
"Sarapan?"
"Ya, kata Paman dokter ibu harus sarapan enak dan bergizi, agar ibu dapat melahirkan adik bayi dengan kekuatan penuh."
Mendengar hal itu entah kenapa Tamara ingin meneteskan air mata. Di kehidupan sebelumnya, ia memiliki orang tua yang begitu cuek. Tak ada yang pernah benar-benar memasak sarapan untuknya tanpa embel-embel bayaran atau uang. Akan tetapi anak ini begitu tulus, dia bangun pagi-pagi sekali hanya untuk memasak nasi goreng untuknya.
"Bu, kenapa kamu diam saja. Apakah ibu tidak mau makan nasi goreng, aku bisa membuat roti bakar jika ibu mau."
"Tidak, ibu suka nasi goreng. Hanya saja ibu baru menyadari bahwa anak ibu ternyata sangat pandai memasak. Ibu jadi tidak sabar ingin makan."
"Benarkah? Kalau begitu ibu duduk dulu, nasinya akan segera siap."
Dave begitu antusias saat mendengar bahwa Tamara ingin memakan makanannya dengan tidak sabar. Anak itu ingat bagaimana susahnya sang ibu makan sebelumnya. Ibunya bahkan terkadang tak makan seharian dan menghabiskan waktu dengan linglung seperti orang yang hilang arah. Sekarang ibunya bersemangat lagi, dia tak lagi terlihat depresi dan itu membuat Dave merasa sangat senang.
Dave menyiapkan nasi goreng dengan banyak sayuran segar. Ia tau nasi goreng tak terlalu sehat, hanya saja itu adalah menu paling mudah dibuat jadi ia mengimbanginya dengan banyak sayur dan buah-buahan segar. "Ayo Bu kita sarapan."
Sebelum memakan masakan anaknya, Tamara pun mendekat dan memeluk Dave dengan erat. "Terimakasih telah membuatkan ibu sarapan pagi ini. Ibu sangat menyukainya."