NovelToon NovelToon
Ipar Yang Dirindukan

Ipar Yang Dirindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Ryn

Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Naura tersenyum, menatap Maryam yang terlihat senang bermain di pekarangan rumah neneknya di pagi hari ini. Naura duduk di sebuah kursi dan memegang sepiring makanan, ia menyuapi Maryam sedari tadi. Anak itu sangat manja karena baru sakit, jadi Naura pun membiarkan saja Maryam bermanja padanya.

Apalagi sejak melihat jelas secara langsung bagaimana perlakuan Salma ke Maryam. Rasanya, Naura jadi ingin terus memanjakan anak itu. Memberinya kasih sayang yang belum sempat ia dapatkan dari ibu kandungnya sendiri. Bahkan sejak semalam dan detik ini, Naura mengurus Maryam tanpa jeda.

Maryam kini mendekat, "Aunty, Maryam mau lagi makannya."

Naura tersenyum mengangguk, ia menyuapinya lagi dan Maryam tampak lahap makan, "Emm..lezat sekali." ujar Maryam tersenyum.

Naura tersenyum mencubit pelan pipi Maryam, "Kunyah pelan-pelan ya, nak."

Maryam mengangguk, ia kembali menuju mainannya dan bermain disana. Kemudian, Zizah terlihat keluar dari dalam rumah dengan Savina. Wanita itu menatap Naura, "Naura, kapan mulai bekerja?"

"Mulai senin, bu. Kak Zayad bilang, senin baru masuk kerja."

"Hm, ya sudah jika begitu. Ibu pergi kerja dulu, sekalian antarkan Savina sekolah."

Naura mengangguk tersenyum, "Baik, bu. Hati-hati."

Savina tersenyum pada Naura dan Maryam, "Bye-bye kak Naura..Maryam comel..!"

Maryam tertawa dan melambaikan tangannya, "Bye kakak Savi...rajin belajarnya ya..!"

Zizah dan Savina pun pergi, Naura kembali menyuapi Maryam makan sembari anak itu terus bermain. Tak berapa lama, mobil Zayad tampak masuk ke pekarangan rumah mewah tersebut. Zayad menepikan mobilnya dan turun, pria itu tersenyum menatap dua wanita beda usia tersebut.

"Papa.....!"

Maryam berteriak dan berhambur ke pelukan Zayad, anak itu memeluk sang papa dengan penuh rindu. "Rindu juga nggak tidur ditemani papa, biasanya papa yang temani Maryam sampai tidur."

Zayad tersenyum menatap sang puteri, "Tapi yang penting juga senang kan, jika bersama aunty Naura?"

Maryam mengangguk antusias, "Kalau itu senang sekali, pa!"

Maryam meminta turun, ia ingin bermain lagi. Zayad menurunkan puterinya, lalu duduk di sebelah Naura namun tentu duduk dengan jarak yang tidak dekat.

"Assalamu'alaikum, Naura."

"Wa'alaikumsalam. Maaf ya, kak. Duduk disini saja. Karena ibu sudah pergi kerja." ujar Naura.

Zayad mengangguk tersenyum, "Iya, tidak apa, Naura."

"Kak Zayad nggak kerja?" tanya Naura, sebab Zayas terlihat memakai pakaian santai.

"Cuti sampai sabtu, senin baru masuk."

Naura mengangguk mengerti, "Oh.."

"Maryam tidak rewelkan tadi malam?"

Naura menggeleng tersenyum tipis, "Tidak, kak. Justru nyenyak sekali. Tidak ada mengeluh sakit juga."

Zayad tersenyum lega, "Ya, Maryam terlihat sudah sangat sehat. Pasti berkat bersama kamu, Naura. Sekarang aku jadi bingung, bagaimana nanti saat hari senin?"

"Jangan bingung, kak. Biasanya ya bagaimana? Jika begitu kak Zayad harus lebih dekat ke Maryam."

Zayad mengangguk, ia menatap Naura sekilas, lalu kembali menatap sang puteri. "Soal aku dan Salma, kami belum bicara apapun. Rencanaku hari ini, begitu Salma pulang bekerja..aku akan bicara padanya."

Naura melirik Zayad dengan sungkan, "Maaf, kak. Sebaiknya jangan membahas hal ini pada Naura, karena itu rumah tangga kak Zayad. Rasanya jadi kurang pantas saja."

"Aku mengerti, Naura. Aku hanya ingin menyampaikan, jika keputusanku sudah bulat dan serius kali ini. Itu sebabnya, pikirkan kembali. Seperti pesan yang tadi malam aku kirim sama kamu. Aku berharap, kamu menerimaku, Naura. Aku sangat berharap itu adalah kamu. Jangan berpikir ini hanya karena Maryam, tidak sama sekali. Sudah kukatakan, aku memang suka sudah sejak lama."

Jemari Naura saling bertaut gelisah di atas pahanya, wanita itu menunduk menggigit bibir bawahnya dengan grogi, "Akan..Naura pikirkan." lirihnya.

Zayad tersenyum tipis dan lega, "Jika kamu bilang begitu, artinya..kamu juga punya perasaan sama aku, kan?"

Mata Naura membulat, wanita itu tentu jadi salah tingkah, "Maksudnya..bukan begitu, kak."

"Tidak apa, tidak perlu malu begitu."

Naura terus menunduk, gadis itu semakin grogi dengan jantung yang berdebar kencang. Begitu pun Zayad, pria itu melirik Naura dengan sungkan dan tersenyum tipis.

Tepat di saat itu, mobil lain tampak masuk ke pekarangan rumah tersebut. Zayad menautkan alis, sebab ia tahu itu mobil siapa. Sosok Zayn turun dengan ekspresi seriusnya.

"Kak, kok nggak bilang kalau Maryam sakit? Ya Allah.."

Zayn langsung mendekat ke Maryam dan menggendong keponakannya tersebut. Maryam pun tersenyum menatap Zayn, "Maryam udah sembuh loh, uncle ganteng."

Zayn mencubit pipi Maryam, "Betul udah sembuh?"

"Betul, karena udah di obati sama aunty Naura."

Zayn menurunkan Maryam kembali dan mengusap kepala sang keponakan. Ia kemudian duduk di dekat Naura, "Assalamu'alaikum, ukhti.."

Naura tersenyum tipis, "Wa'alaikumsalam, kak Zayn."

"Kamu kok kesini?" tanya Zayad pada Zayn.

"Karena kata ibu, Maryam disini makanya aku langsung saja kesini."

"Nggak kerja? Kan kamu mulai masuk kerja hari ini."

Zayn tersenyum kikuk, "Senin saja ya, kak? Naura saja senin."

Zayad menghela nafas berat, "Naura kan beda, karena memang ada hal penting yang harus dilakukan."

"Tapikan aku atasan langsung Naura, harusnya kakak itu bilang dulu ke aku."

"Halah..aku ya CEOnya, Zayn!"

Zayn tertawa kecil, Naura tersenyum saja menatap keakraban dua pria itu. Zayn kini kembali menatap Naura, pemuda itu memang sering menatap Naura langsung-langsung saja tanpa keraguan. Itu membuat Naura jadi sering menunduk sungkan pada tatapan Zayn. Mungkin, karena pemuda itu lama di Australia, jadi memang berbeda sekali dengan Zayad.

"Jadi nggak sabar, senin kerja bareng Naura."

Naura tersenyum tipis, "Semoga lancar ya, kak. Tolong sabar saat ajari Naura."

"Oh tentu saja! Aku akan sangat sabar mengajari kamu bekerja. Apalagi belajar membangun rumah tangga, aku ini jagonya loh!" tutur Zayn.

Naura tertawa kecil dan menggeleng, "Ada-ada saja."

Zayad menatap sang adik, "Jangan di godai terus begitu, yang ada ilfeel lihat kamu, Zayn."

"Nggak mungkin, kak. Kan aku tampan, mana mungkin Naura ilfeel. Ya kan, Naura?"

Naura kembali tertawa kecil, Zayad pun berdiri dan merangkul sang adik. "Ya sudah, sebaiknya kita pergi sekarang. Tidak baik lama-lama disini."

Mata Zayn pun membulat menatap Zayad, "Astagfirullah, kak. Baru juga sampai. Belum juga minum sebentar, ingin rasakan minuman buatan Naura, kak!"

"Nggak ada itu, pulang kita. Atau kemana kita?"

"Ya sudah, ajak Naura dan Maryam sekalian."

"Nggak boleh, Zayn. Puteriku baru sakit. Jangan macam-macam kamu!"

Kedua bahu Zayn merosot lemas, pemuda itu pun pasrah saja saat Zayad membawanya pergi. Naura tersenyum menatap keduanya, dan Maryam terlihat melambaikan tangannya dengan riang. "Bye papa ganteng..uncle ganteng...!"

"Bye Maryam cantik..dan Naura cantik..!" balas Zayn tersenyum jahil.

Zayad menggeleng saja atas kelakuan sang adik.

* * *

Zayad menghela nafas berat sembari menatap jam di pergelangan tangannya. Ini sudah menunjukkan pukul 09 malam dan Salma belum juga pulang ke rumah. Zayad duduk di ruangan tamu, menunggu sang istri sedari tadi. Beberapa saat kemudian, terdengar suara mobil masuk ke dalam garasi.

Tak berapa lama, muncul Salma masuk dengan wajah lelahnya. Wanita itu menatap sang suami, "Mas?"

Zayad menatap Salma hanya dengan ekspresi datarnya, "Mandilah dulu, lalu..mari kita bicara serius."

Alis Salma bertaut, dalam hati ia berpikir pasti ada yang tidak beres saat ini. Wanita itu pun mulai mencari akal. Wanita pengidap NPD tersebut, mencoba mencari cara agar dirinya merasa menjadi korban. (NPD artinya, berkepribadian narsistik dan drama tiada henti).

* * *

1
Dila Dilabeladila
berarti yg anak haram itu c salma bukan naura dunk.bahkan salma gak berhak akan harta bapknya naura.issss
Hafizah Aressha R
lnjut k
Blu Lovfres
ok sampai ketemu di Turki ya
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
Blu Lovfres
Next thor,
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂
Pena Ryn: Wkwkwk harus itu
total 1 replies
Hafizah Aressha R
la keren dan gantengan zayn dri od zayad y..
Pena Ryn: Sadboy slalu lebih ganteng ya kak /Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut
Alif
oon coba pura2 gk tau dan kamu rekam aja kn kamu jd aman, malah sok menasehati nanti klo ketahuan suaminya sendiri kan kamu gk di tuduh
Blu Lovfres: terlalu lebay peranan. Zayed dn nora.🤣😅😁😂orang baik dn lebay jadi badud
baik boleh tapi jangan jadi, orang tolol atw jadi robot seolah kuat ,dn menerima apapun
total 1 replies
Alif
lagian cerita ini bagus tp agak janggal, masak ya ibuknya gk pnya rumah lah sblmnya mereka tinggal di mana, kok se akan2 cm dititipin doang gk ada kisah atau cerita apa selanjutnya
Sumiati Alvia: kak udah ada cerita bahwa saudara saudara dari ibuk nya gak ada yg mau terima dia
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!