NovelToon NovelToon
Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.13 Ucapan Ibu Adalah Doa

Perpisahan Arya Semana dengan Indriana sebenarnya menyisakan kecewa yang dalam.

Walau ia sudah Ikhlas dan bertekat untuk melupakan semua kenangan bersama gadis itu, tak urung canda ria, serta kenangan manis bersama mantan tunangannya itu masih tersisa di dadanya.

"Ingat aku mencintaimu bukan karena kamu keturunan pemilik Semana Group, tapi karena hatiku terpaut padamu," ujar Indriana saat mereka baru beberapa bulan menjalin hubungan Indah.

"Hem biar kucatat," tersenyum Arya Semana . Saat itu mereka sedang berdiri di tepi pantai.

"Jadi jika suatu hari kamu Tuan Arya Semana selingkuh dan lain lain, maka aku tak akan segan untuk menghukummu!" Suara Indriana berubah kejam.

Arya Semana tertawa dan langsung menghadap kekasihnya, bahkan kedua tangannya meraih kedua pundak Indriana, hingga mereka kini berhadapan.

"Aku pastikan jika sampai kita berpisah dirimu yang meninggalkanku ..." Kerling Arya Semana.

"Oh sebegitu setianya kamu padaku kalau begitu," tersenyum dengan Bola mata penuh bahagia Indriana.

"Oh ya, pantai ini saksinya," angguk Arya Semana lalu menebar tatapannya ke sekitar pantai.

"Wow beruntungnya aku, bagaimana mungkin kita akan berpisah jika dirimu sudah menyatakan demikian sayangku?" Indriana menatap Arya Semana penuh kasih.

Setelah itu mereka menyusuri pantai, menjemput matahari yang akan tenggelam.

Arya Semana menghela napas berat. 

"Kenyataannya kini kamu yang meninggalkanku, Indri ..." Batin Arya Semana, saat itu kamu sedang kasmaran padaku makanya begitu bucin tapi kini ada yang lebih menawanmu, makanya segampang itu kamu meniggalkanku dengan dalih kecewa aku terlalu sibuk, keluhnya dalam diam.

Muncul bayangan Indriana yang datang menyerahkan cincin.

"Orang berjalan pasti ada batas akhirnya .."

Ujar gadis yang sebenarnya belum bisa enyah dari relung hatinya.

Arya Semana menghela napas berat. Rona mukanya menggambarkan perasaan yang ditinggalkan, walau di depan sahabatnya ia berusaha santai, dan memang bisa tegar.

"Dan aku sudah tiba pada akhir perjalananku mengharapkanmu. Aku akan mengakhiri perjalanan kita yang tak pernah sampai tujuannya ..." Terngiang suara Indriana.

Terbayang saat Indriana memberikan surat undangan.

"Dan ini," sebuah kartu undangan diletakkan Indriana di meja Arya Semana "Terima kasih untuk kebersamaan kita, lupakan tentang kita dan semoga kamu mendapat gadis yang pengertian dan lebih sabar dariku," 

Arya Semana menghela napas panjang.

"Datanglah ke pernikahan kami," terngiang lagi suara mantan tunangannya.

"Maafkan aku, kami akrab sebulan ini, Dan Roy sudah lama ada hati denganku, tapi dia pantang menyerobot darimu. Aku yang sudah memberi lampu hijau mengingat aku ini perempuan butuh pendamping yang memperhitungkan keberadaanku di sampingnya, dan Roy sanggup,"

Arya Semana menghela napas panjang, berusaha mengenyahkan bayangan gadis itu. lalu difokuskan pandangannya pada jalanan. 

Mobil terus melaju. Tapi suara Indiana masih terngiang Di kupingnya.

"Hidup harus reality, dan aku perempuan yang memiliki komitmen pacaran oke, tapi harus punya tujuan dan pernikahan yang pasti," 

Tiba tiba muncul mobil dari arah samping kiri. Arya Semana terkejut segera menginjak rem mobilnya, begitu pun dengan sedan yang melintas itu.

Suara rem dua mobil yang dihentikan mendadak dan bersamaan itu, menimbulkan bunyi berdenyit.

Baik Arya Semana mau pun pengemudi sedan di depan mobilnya, sama sama membuka pintu mobil dan keluar dari mobil mereka dengan raut muka sama sama merasa bersalah. Dan rencananya mereka mau meminta maaf.

Keduanya terkejut.

"Arya?!"

"Hasan ...?!"

Mereka berjabat tangan. Tapi segera sadar kalau itu jalan raya.

"Hai Dokter kita maju ke depan, di perempatan jalan pertama belok kiri, kutunggu di Cafe kopi enak," 

"Oke," angguk dokter Hasan.

"Tapi sori kalau Dokter terpaksa putar arah lebih dulu," tawa kecil Arya Semana menghapus rona gelisah yang sejak tadi mewarnai raut mukanya saat mengenang kebersamaannya dengan Indriana.

"Wow jadi kamu mau menikah dua minggu lagi?" Arya Semana menatap dokter Hasan yang mengangkat cangkir kopinya.

"Ya, datang, ya, nanti undangan kukirim ke kantormu," angguk dokter Hasan yang memang akan menyebar undangan besok.

"Sudah pastilah, semoga acaramu lancar, ya,"

"Gimana hubunganmu dengan Indriana?" Dokter Hasan menatap Arya Semana.

Arya Semana meneguk kopinya dua kali. Lalu menghela napas panjang, "Sepuluh hari lagi dia akan mengakhiri masa gadisnya," ujarnya dengan suara datar.

Dokter Hasan tampak bingung, "Maksudmu?"

"Jodoh di Tangan Tuhan, semua menjadi rahasia Allah. Indri memilih Roy si pembalap untuk pendampingnya .."

Dokter Hasan terperangah. Ia mengenal Indri dengan baik, bahkan dirinya yang memperkenalkan pada Arya Semana dua tahun lalu.

"Allah semua yang menentukan, dan kita harus menerima dengan Ikhlas," ujar Arya Semana tenang.

"Ada masalah?!" Dokter Hasan bak menanyai keadaan pasiennya.

"Aku kurang bisa membahagiakan ya. Indriana banyak kecewa karena kesibukanku. Dia menyerah dan menghindari sakit hati,"

Dokter Hasan mengangguk angguk tanda mengerti.

"Ya kita tak tahu semua jalan jodoh kita ke depannya. Semua rahasia Allah pemilik semesta ini, tapi, semoga ini menjadi pertanda baik bagimu, Bos!" Dokter Hasan mengerti ia tak mau banyak membahas tentang gagalnya Arya Semana bertunangan.

"Kamu harus datang ke pestaku, ya,"

"Oh ya dong," angguk Arya Semana

                      *

Laila menemani ibunya duduk di tepi kolam. Hari ini kebetulan ia masuk kerja siang, setelah semalam lembur membuat puluhan cake serta cake Tiga Rasa untuk dikirim ke pemesannya.

"Wah teratainya indah dan segar, La," tangan kurus milik Hasna tercelup ke air, meraup sedikit air untuk membasahi bagian permukaan bunga teratai.

"Ya, Bu, La kemarin sore mengambil di danau," angguk Laila tak mau kalah ikutan membasahi bunga teratai dengan air kolam, "Pak Tua penjaga danau titip salam,"

"Oh ya,"

"Ya,"

"Masih sehat dia, kan,"

"Sehat, Bu,"

"Alhamdulillah ..." angguk Laila.

"Wah pasti di sana banyak teratai yang sedang berbunga, ya," tiba tiba pandangan Hasna ke jari tengah kiri putrinya. Cincin bermata yang berkilau menarik perhatiannya. Lalu diraihnya tangan Laila. Ditatapnya cincin berlian itu.

Laila menurut saja saat ibunya meraih jemarinya. 

"Wah cincinmu bagus, Nak," mata Hasna tak lepas dari cincin yang dikenakan anaknya.

"Ya, Bu ini bukan milik La,'

"Lalu kenapa ada padamu?"

Lalu dengan terperinci Laila menceritakan kronologis kepemilikan cincin berlian itu.

"Oh begitu?" Hasna tersenyum menatap Laila.

"Bu La akan mengembalikan pada pemiliknya, siapa tahu nanti bertemu di danau itu,"

"Ya Nak, walau seindah dan semahal apa pun, tapi bila bukan hak kita tak boleh kita miliki,"

"Ya, Bu,"

"Boleh Ibu lihat?" Hasna menarik tangan putrinya, lalu memperhatikan permata pada cincin itu" Ini pasti berlian yang mahal,  La,"

"Mungkin, Bu," angguk Laila.

"Buatlah iklan," seru ibunya memberi solusi.

"Tapi bagaimana  kalau banyak yang bakalan ngakui cincin ini, tapi bukan pemiliknya, kan kita berdosa, melepas cincin bukan pada pemilik aslinya,"

Hasna mengangguk anggukkan kepala serius. Sedangkan Laila sangat terkejut saat memperhatikan bagian lingkar dalam cincin Ada initial nama dengan huruf A

"Arya?!" Batinnya menebak nebak. Ah emangnya orang kaya cuma dia?!

Hasna memperhatikan raut muka anaknya.

"Ada apa, La?" 

Laila langsung menggeleng, "Hanya inisial nama kok,"

"Semoga saja cincin itu kembali sama pemiliknya,"

"La,"

"Ya, Bu,"

"Kebanyakan kalau cincin ada inisialnya itu cincin kawin atau cincin pertunangan.

Laila melebarkan bola matanya."Berarti pemiliknya membuangnya karena sudah putus atau cerai ..."

"Semoga saja kalau yang buang lelaki kamu jodohnya ..." sambung Hasna menatap putrinya lekat.

Laila terdiam. Ucapan ibu adalah doa.

1
🥔Potato of evil✨
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
Rosida0161: oke terima kasih sudah baca
total 1 replies
Eirlys
Ngangenin banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!