 
                            Aprilia, gadis desa yang dijodohkan dengan Vernando, pria tampan dan kaya raya, harus menelan pil pahit kehidupan. 
Alih-alih kebahagiaan, ia justru menerima hinaan dan cacian. Vernando, yang merasa memiliki istri "jelek" dan "culun", tak segan merendahkan Aprilia di depan teman-temannya. 
Kesabaran Aprilia pun mencapai batasnya, dan kata "cerai" terlontar dari bibirnya. 
Mampukah Aprilia memulai hidup baru setelah terbebas dari neraka pernikahannya? Atau justru terjerat dalam masalah yang lebih pelik?
Dan Apakah Vernando akan menceraikan Aprilia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Surga Dunia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16
Makan malam keluarga berlangsung dalam keheningan yang kaku, hanya sesekali diselingi obrolan formal Arthur dan Yuka.
Setelah hidangan utama selesai, barulah suasana menjadi lebih hidup seiring datangnya para kerabat dan dimulainya pesta.
Aprilia dan Vernando melanjutkan peran mereka dengan sempurna, selalu bergandengan tangan, menampilkan senyum palsu yang seolah tak lekang.
Hingga tiba saatnya Vernando harus menyapa dan berbincang dengan seorang rekan bisnis yang penting.
Aprilia ditinggalkan sejenak. Ia berjalan menuju meja hidangan penutup, menatap deretan dessert cantik yang begitu menggoda.
"Hai, Tante!" sapa suara ceria yang sudah ia kenal.
Aprilia menoleh, Zio sudah berdiri di sebelahnya, didampingi oleh Yuka.
"Hai, Zio," jawab Aprilia, nadanya sedikit gugup, berusaha agar tidak terlalu akrab.
Zio memiringkan kepala, menatap Aprilia dengan rasa penasaran yang lucu. "Suaranya mirip Kak April ya, Pah?" tanyanya polos kepada Yuka.
Yuka memandang Aprilia sekilas, wajahnya tetap datar. "Beberapa orang memang memiliki suara yang mirip, Zio," jawab Yuka, berusaha terdengar logis.
Namun, di dalam hati, Yuka harus mengakui hal yang sama. Suara wanita di depannya ini memang sangat mirip dengan suara Aprilia, pengurus rumahnya.
Hanya saja, postur dan penampilannya sangat berbeda. Aprilia yang ini tampak anggun dalam balutan dress yang sedikit ketat dan memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Sementara Aprilia yang di rumahnya selalu mengenakan kemeja dan celana yang longgar, seolah menyembunyikan bentuk tubuhnya.
Zio menarik-narik ujung jas Yuka. "Pah, aku ingin itu," ucapnya manja, menunjuk pada sebuah puding dengan hiasan buah beri yang tampak menggiurkan.
Yuka, tanpa banyak bicara, segera mengambilkan piring kecil berisi puding tersebut untuk Zio. Ia kemudian menoleh sopan kepada Aprilia, wajahnya tetap tanpa ekspresi.
"Kami permisi, Nona Aprilia," ucap Yuka, memberi isyarat bahwa mereka akan menjauh untuk menikmati puding itu di tempat duduk.
Aprilia hanya bisa mengangguk sopan. Ia tak berani mengucapkan sepatah kata pun, takut suaranya akan dikenali lagi.
Rasa panik yang tiba-tiba melanda membuatnya tanpa sadar memilin-milin gelang sederhana yang selalu ia kenakan, sebuah kebiasaan khas ketika ia cemas.
Setelah melihat punggung Yuka dan Zio menjauh dan menemukan kursi, Aprilia menghela napas lega.
Bahunya merosot. Untuk kedua kalinya, ia berhasil lolos dari pengenalan majikannya sendiri. Ia benar-benar harus berhati-hati dengan sandiwara ganda ini.
.
Waktu berlalu tanpa terasa, dan malam semakin larut. Vernando akhirnya memutuskan sudah waktunya untuk pulang.
Aprilia mengikutinya keluar, menuju mobil yang terparkir di depan.
Namun, saat mereka berdua hendak masuk, si pengganggu yang selalu ada itu muncul lagi. Vini berjalan mendekat, memasang ekspresi memohon yang dibuat-buat.
"Kak Nando, aku ikut ke rumah kalian, ya? Aku bosan kalau sendirian di sini."
Vernando mengangguk tanpa banyak bicara. Aprilia hanya bisa memejamkan mata menahan rasa jengkel yang sudah menjadi kebiasaan.
Vernando kemudian membungkuk sedikit, berbisik pelan ke telinga Vini. "Duduk di belakang, ya. Kita masih di lingkungan Kakek. Jika sampai Kakek tahu Aprilia yang duduk di belakang, dia akan marah besar."
Wajah Vini langsung masam, tampak jelas ia kecewa. Namun, karena ini perintah Vernando, ia hanya bisa mengangguk pasrah.
Ia pun masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang. Aprilia, tanpa perlu disuruh, langsung menduduki kursi depan.
Dalam diamnya, Aprilia kembali bertanya-tanya. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa Vernando selalu mengizinkan Vini menginap di rumah mereka.
Rasanya sangat tidak pantas jika seorang adik ipar yang bahkan tidak akrab dengan istri sah terus-menerus menempel pada kakak iparnya.
Apalagi Vini tampak lebih dekat dan lebih nyaman bersama Vernando. Perasaan cemburu dan curiga itu kembali menyergap, membuat malam indahnya yang dipenuhi sandiwara tadi terasa hampa.
Kediaman Vernando
Begitu mobil berhenti di garasi rumah, Vini langsung bertindak cepat. Begitu keluar, tangannya segera melingkar erat dan manja di lengan Vernando, tepat di hadapan Aprilia.
Aprilia hanya bisa berdiri terpaku, memalingkan wajahnya seketika. Pemandangan itu, pelukan akrab yang tak terpisahkan itu, terasa seperti tusukan tajam yang menyakitkan.
Vernando dan Vini melangkah masuk ke dalam rumah, tertawa kecil, seolah Aprilia tidak pernah ada diantara mereka.
Vernando bahkan tidak menoleh untuk melihat apakah istrinya sudah ikut masuk ke dalam rumah atau belum.
Aprilia berjalan pelan menyusul masuk. Ia disambut hangat oleh Mbok Ratmi yang sudah menunggu.
"Bagaimana pestanya, Non?" tanya Mbok Ratmi dengan nada antusias.
Aprilia tidak langsung menjawab. Matanya tertuju lurus ke atas tangga ,di sana, Vernando dan Vini baru saja menghilang menuju lantai atas, ke kamar Vernando.
Mbok Ratmi mengikuti arah pandangan Aprilia, dan seketika ia mengerti. Ekspresi gembiranya langsung memudar, digantikan rasa iba.
"Sabar ya, Non," bisik Mbok Ratmi, suaranya penuh keprihatinan.
Aprilia memaksakan senyum yang sangat tipis. "Nggak apa-apa, Mbok," jawabnya, mencoba menenangkan wanita tua itu. "Aku istirahat dulu ya, Mbok. Capek."
"Iya, Non. Silakan," jawab Mbok Ratmi lirih.
Aprilia pun menyeret langkahnya, menjauhi kehangatan ruang tamu, menuju kamar kecilnya yang lusuh dan tersembunyi—sebuah kamar yang kontras dengan kemewahan di lantai atas, dan sangat mewakili posisi dirinya di rumah itu.
 
                     
                     
                    