Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 12 - Baiklah, Kita Berteman
Di ruang tamu mereka menghabiskan makan siang mereka. Setelah selesai, Rizal membereskan sisa-sisa makan siang mereka.
Tia menatap Rizal sembari menyesap minuman ditangannya.
“Mas, bagaimana kalau kita berteman?”
“Maksutnya apa Dek?” Tanya Rizal bingung.
“Kita gak mungkin bisa jadi pasangan suami istri yang
sesungguhnya. Aku tidak mencintaimu Mas,
dan aku yakin Mas juga tidak mencintaiku…”
“Kenapa Adek bisa begitu yakin aku tidak mencintai Adek??”
Rizal bertanya, menatap dalam-dalam wajah Tia, membuat Tia kelabakan menghadapi
pertanyaan itu.
“Feelingku sih gitu Mas.” Jawab Tia asal-asalan.
“Feelingmu salah Dek…” Rizal tersenyum kecut.
“Ya udah lah Mas, pokoknya Kita berteman. Tidak boleh lebih
dari itu.” Tia menimpali cepat-cepat.
“Kalau Kita berteman, Mas boleh dong nganterin Adek
ngantor?? Kan sesama teman boleh melakukan hal sepele seperti itu.” Rizal
nyengir, merasa dapat kesempatan untuk lebih dekat dengan Tia.
“Eh ngapain Mas nganter-nganterin segala. Aku bisa kok ke
kantor sendiri. Selama ini aku juga kalo ngantor ya order ojek online…”
“Adek bisa nyetir motor gak?” Tia menggeleng.
“Ya udah, karena Adek gak bisa nyetir motor, kan mending Mas
yang nganterin. Sayang kan duitnya tiap hari dibuat order ojek online, padahal
Mas bisa jadi tukang ojeknya Adek… hehe.”
“Ih.. . apaan sih. Gak ahh, gak mau. Kalo kayak gitu caranya
berasa punya utang budi. Enakan ojek online, abis dianter langsung bayar. Jadi
gak berasa punya utang budi.” Tia ngeles
“Kalo adek merasa kayak gitu, gimana kalo Adek memperlakukan
Mas kayak tukang ojek juga. Jadi abis dianter, adek boleh deh bayar ke Mas.
Tapi mas diskon ya, separuh harga dari biasanya.” Rizal mengedipkan matanya,
senyum manis tercurah dibibirnya membuatnya terlihat semakin tampan. Tia
menatap sedikit terpesona. Ihhh… apaan sih, bisa-bisanya aku terpesona sama
seorang buruh bangunan. Tia menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha
menghilangkan pikiran-pikiran aneh dari dalam kepalanya.
“Beneran nih dapat diskon??” Tia pura-pura tertarik.
Sebenarnya dia tau, motif tersembunyi apa yang dilakukan suaminya. Rizal hanya
ingin dekat-dekat dengannya. Okeh lah gak apa-apa dekat-dekat, toh lumayan juga
buat dijadikan teman.
“Jangankan diskon, gratiiiisaaannn aja Mas rela dek hahaha… “
“Ya udah lah, karena dapet diskon gak apa-apa deh kalo mau nganterin. Tapi
jangan menyesal ya.”
“Yeeeessss!! Beneran gak akan nada penyesalan Dek.”
Rizal mengacungkan tangannya ke atas,
seolah-olah menyatakan bahwa dia sudah berhasil menyelesaikan misi penting. Mau
gak mau Tia ikut tersenyum melihatnya.
“Biasanya teman juga boleh nemenin makan, nemenin nonton,
nemenin belanja lho Dek…”
“Eh Mas gak usah ngelunjak ya. Liat aja entar. Kalo kelakuan
Mas baik, mungkin bisa naek tingkat. Dari tukang ojek jadi teman makan…” Tia
mengerlingkan matanya. Gemes banget Rizal melihatnya. Ingin sekali dia mencium
wanita itu. Baiklah, dari tukang ojek naik menjadi teman makan, kemudian teman nonton,
dan mungkin bisa jadi teman tidur… pikir Rizal dengan otaknya yang mulai mesum.