Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Pagi ini aku turun ke bawah, aku ingin menyiapkan sarapan untuk tante Nadin. Jika tidak ada Tante Nadin yang sedang menginap di rumah ini aku tidak akan membuat kan sarapan.
"Loh, kok Tante ada di dapur. Tante istirahat saja, biar aku yang buat sarapan!" Aku terkejut saat melihat Tante Nadin yang sudah berada di dapur dan dia tampak sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Gak papa kok, tante udah biasa bikin sarapan di rumah. Udah kamu duduk aja di meja, bentar lagi selesai kok!" Ujar Tante Nadin yang sedang sibuk mengaduk nasi goreng di dalam wajan.
Aku duduk di meja makan sambil memperhatikan tante Nadin, ku lihat di atas meja sudah ada ayam goreng yang masih panas. Selain itu, Nadin sudah menyiapkan timun yang sudah di potong- potong sebagai lalapan nya.
"Mia sama mas Randi kok belum kelihatan, emang mereka belum bangun ya tan?" Aku celingukan mencari dua sejoli itu.
"Seperti nya belum, biar kan aja. Tante punya kejutan untuk mereka berdua nanti nya!" Ujar Tante Nadin sambil tersenyum penuh arti.
Aku pun menanggapi tante Nadin sambil tersenyum, aku penasaran apa yang akan tante Nadin lakukan pada kedua nya. Hari ini hari sabtu dan aku memang libur bekerja. Bank tempat aku bekerja hanya beroperasi dari hari Senin hingga Jumat saja.
Tante Nadin memasuk kan nasi goreng yang masih panas ke dalam dua buah piring, dan sisanya tetap di dalam wajan. Setelah itu Tante Nadin menabur kan bubuk dari dalam sebuah botol kecil ke dalam wajan yang masih berisi nasi.
"Apaan itu Tan?" Aku bertanya pada Tante Nadin.
"Shhuuuuttt!" Tante Nadin meletakkan telunjuk nya di depan bibir sebagai pertanda agar aku diam.
Tante Nadin mengaduk sisa nasi yang masih ada di dalam wajan sambil tersenyum. Setelah itu dia duduk di kursi yang ada di seberang ku.
"Ayo kita sarapan!" Tante Nadin mengajak ku untuk sarapan bersama.
Ketika kami sedang sarapan, Mia dan juga mas Randi muncul dari dalam kamar. Penampilan mereka sangat acak - acakan, seperti nya mereka belum cuci muka. Terlihat jelas bekas kotoran di pinggir mata mereka. Aku jijik melihat penampilan kedua manusia yang tidak tahu diri itu.
"Wah, udah sarapan ya, buat kami mana?" Mas Randi bertanya dengan tidak tahu malu.
"Tuh, di dalam wajan di atas kompor. Ambil sendiri!" Tante Nadin menjawab pertanyaan mas Randi dengan senyum manis.
Mia segera memasuk kan nasi goreng itu ke dalam 2 buah piring, satu untuk diri nya satu lagi untuk mas Randi. Mereka berdua segera menikmati sarapan nya dengan lahap, sementara itu Tante Nadin tersenyum puas melihat kedua nya makan dengan lahap.
Baru saja separuh isi piring itu masuk ke dalam perut mereka, mendadak Mia menghentikan suapan nya sambil memegang perut nya.
"Aduh,,, perut ku!" Mia langsung memegangi perut nya sambil berlari ke kamar mandi yang berada di dekat dapur.
"Kamu kenapa saya......!" Mas Randi langsung menghentikan ucapan nya yang belum selesai dia ucap kan.
"Aduh,,,, kenapa ini?" Mas Randi langsung berlari ke kamar mandi dan dia menggedor pintu nya dengan keras.
"Mia, buruan ni. Perut Mas mules banget!!" Teriak mas Randi di depan kamar mandi.
mendengar teriakan mas Randi di depan kamar mandi, Tante Nadin tampak tersenyum puas sambil melihat ku.
"Rasain, biar tahu rasa!" Ujar Tante Nadin sambil tersenyum.
"Maaf tan!" Mia kembali duduk di kursi nya setelah selesai dari kamar mandi
Tapi tidak lama kemudian, dia kembali meringis sambil memegangi perut nya. Mia kembali berlari ke kamar mandi dan menggedor pintu nya dengan keras.
"Mas, buruan,,,,. Perut ku kembali mules!" Teriak Mia di depan pintu.
"Apaan sih, orang belum selesai juga!" omel Mas Randi dengan wajah memerah menahan sakit.
"Minggir mas!" Mia mendorong tubuh mas Randi dan langung masuk ke kamar mandi.
Aku bisa menebak jenis obat yang tante Nadin campur kan dalam nasi tadi, yaitu obat pencahar. Tante Nadin tidak main - main dalam mengerjai mereka. Kami sudah menyelesaikan sarapan dan aku bergegas pergi ke lantai atas di ikuti oleh Tante Nadin.
Aku segera mengunci dua kamar lain yang ada di atas dan langsung menyimpan kunci nya. Di lantai atas ada 3 kamar, salah satu nya kamr ku. Semua kamar yang ada di atas memiliki kamar mandi di dalam kamar masing - masing, sedang kan kamar tamu yang ada di bawah tidak memiliki kamar mandi.
"Bagus lah, dengan begitu mereka tidak akan bisa menggunakan kamar mandi di atas!" Ujar Tante Nadin sambil tersenyum puas.
"Tante memang hebat, aku suka cara tante ngerjain mereka!" Aku memuji tante Nadin.
"Kita ke kamar kamu yuk, ada hal yang mau tante bicarakan sama kamu!" Tante Nadin mengajak ku masuk ke dalam kamar ku.
"Ayok tan!" Aku membawa Tante Nadin masuk dan langsung mengunci pintu nya dari dalam.
"Begini nak, semalam tante udah telepon teman tante yang punya toko elektronik. Tante mau kamu memasang cctv di semua sudut rumah ini, ini semua demi keselamatan mu. Tante yakin, Randi pasti tidak akan terima dengan semua hal yang kita lakukan pada nya dan juga gundik nya. Kita harus memantau gerak - gerik mereka secara langsung, agar lebih mudah bagi kita membalas kan semua nya!" Tante Nadin berbicara dengan nada berapi - api.
"Iya tante, aku juga udah pengen pasang cctv, tapi aku masih sibuk jadi belum sempat melaksanakan nya!" Aku pun sependapat dengan Tante Nadin.
"Kamu tenang saja, semalam tante udah telepon temen tante. Nanti teknisi nya akan datang ke sini buat memasang nya saat Randi dan Mia keluar!" Tante Nadin memberi tahu ku.
"Memang tante yakin bahwa mereka akan keluar hari ini?" Aku merasa heran bagai mana Tante Nadin bisa yakin bahwa mereka akan keluar.
"Pasti itu, mereka akan kehabisan cairan jika mereka tetap di rumah. Obat pencahar yang Tante berikan dalam dosis tinggi, kita lihat saja nanti!" Ujar Tante Nadin dengan yakin.
"Dek, buka pintu nya sebentar dek, tolong lah!" Aku mendengar gedoran di pintu kamar ku dan suara mas Randi yang memanggil ku.
Aku pun melihat ke arah Tante Nadin dan tante Nadin pun tampak tersenyum pada ku. Karena mas Randi terus menggedor pintu kamar ku, aku pun akhir nya keluar dan menemui nya.
"Ada apa?" Tanya ku datar.
"Dek, mas mau pinjam mobil sebentar. Mas mau antarkan Mia ke dokter. Dia sudah lemas karena terus - terusan buang air!" Mas Randi memelas pada ku.
Sejujur nya aku kasihan melihat wajah mas Randi, tapi mengingat penghianatan nya pada ku, sisi lembut pada diri ku mendadak hilang. Yang ada sekarang bara dendam yang ingin ku tuntas kan.
"Tidak bisa mas, jika kau ingin membawa Mia gunakan taksi saja!" ketus ku pada mas Randi.
"Mas mohon dek, sekali ini saja!" Mas Randi memohon pada ku.
"Pergi lah mas, jangan pernah gunakan barang - barang ku untuk keperluan mu dan gundik mu!" Aku mengusir mas Randi dari hadapan ku.
"Mas mohon dek!" Mas Randi berlutut di hadapan ku.
"Sekali tidak, tetap tidak!!" Aku pun menutup pintu kamar ku dengan kasar di hadapan mas Randi.
"Bagus lah, tante yakin kamu akan kembali luluh jika terus berhadapan dengan diri nya!" Tante Nadin menggenggam tangan ku.
Aku pun mengangguk kan kepala ku, aku memeluk tante Nadin sambil menangis.
"Terima kasih tante karena sudah mendukung ku!" Aku menangis di pelukan Tante Nadin.
Aku melihat dari jendela kamar ku, mas Randi merangkul Mia dan membawa nya keluar gerbang. Mereka tampak naik ke dalam sebuah taksi yang sudah menunggu di depan rumah.
"Ayo kita turun, sebentar lagi teknisi dari toko nya datang. Tante sudah kirim pesan dan mereka akan tiba!" Tanta Nadin mengajak ku turun ke bawah.
Kami pun menunggu teknisi itu datang dan tidak lama kemudian teknisi itu datang, mereka mulai memasang kamera tersembunyi yang terhubung langsung ke ponsel ku. Kamar yang di tempati oleh Mas Randi dan juga Mia tak luput dari pantauan ku, aku lebih mudah mengawasi mereka saat aku tidak berada di rumah.