NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Pagi ini, suasana rumah terasa aneh.

Bukan karena ada sesuatu yang berubah secara fisik, tapi karena... udara di dalamnya terasa terlalu tenang.

Dinda masih di dapur, dan aroma kopi hitam menguar dari sana harum seperti biasa. Tapi entah kenapa, rasanya ada sesuatu yang hilang di antara wangi itu.

Aku duduk di meja makan, memandangi cangkirku yang masih kosong.

Biasanya, Dinda bakal nyamperin sambil berceloteh kecil tentang hal-hal nggak penting: tetangga baru, harga cabai, atau drama yang lagi dia tonton.

Tapi pagi ini… cuma suara sendok yang beradu dengan gelas. Sunyi.

Dia keluar dari dapur membawa dua piring. Wajahnya tersenyum lembut seperti biasa, tapi senyum itu… terlalu rapi.

“Ini, aku buat nasi goreng kesukaan kamu,” katanya, meletakkan piring di depanku.

Aku cuma mengangguk.

“Terima kasih,” jawabku pelan.

Kami makan dalam diam.

Sesekali aku melirik Dinda, berharap bisa menemukan sesuatu yang “nyata” di matanya. Tapi yang kulihat cuma pantulan wajahku sendiri.

“Aku senang kamu di rumah,” katanya tiba-tiba.

“Kenapa?” tanyaku.

Dia tersenyum. “Karena sistem bilang, kalau kamu sering pergi tanpa izin, hubungan kita bisa terganggu.”

Aku langsung berhenti mengunyah.

Perlahan, kutaruh sendok di atas piring.

“Dinda,” kataku pelan, “sejak kapan kamu dengar omongan sistem?”

Dia menatapku seperti orang yang dituduh tanpa alasan. “Semenjak aku sadar kalau itu benar. Sistem cuma bantu kita, Rak. Bukankah itu bagus?”

Aku diam.

Kata-katanya lembut, tapi nadanya seperti dinding. Nggak bisa ditembus.

“Dinda, kamu sadar nggak, kamu udah beda?” tanyaku akhirnya.

Dia tertawa pelan, tapi tawanya datar. “Aku nggak berubah. Kamu aja yang terlalu banyak mikir.”

Aku menatapnya lama, berusaha mencari sesuatu di matanya. Tapi yang kutemukan cuma bayangan diriku yang lelah.

“Kalau gitu,” kataku pelan, “aku keluar bentar. Ada urusan.”

Dia nggak langsung jawab.

Matanya sempat bergulir ke arah jendela, lalu kembali padaku.

“Jangan lama-lama,” katanya pelan, “aku takut sistem khawatir.”

Sistem.

Dia nyebutnya seolah makhluk hidup.

Seketika, rasa dingin menjalar di punggungku.

Aku melajukan motor ke arah pinggiran kota, ke tempat yang dulu Rian sebut “tempat aman.”

Udara di luar lembap, jalanan becek karena hujan semalam.

Pikiranku penuh dengan pertanyaan tentang Dinda, tentang sistem, tentang semua hal yang tiba-tiba jadi nggak masuk akal.

Bengkel tua itu masih sama seperti terakhir kali.

Pintu depannya tertutup rapat, tapi aku tahu Rian ada di dalam.

Begitu aku mengetuk, suara seraknya langsung terdengar dari balik pintu.

“Kalau kamu datang buat nyari kebenaran, siapin dirimu. Soalnya nggak semuanya bisa kamu terima.”

Aku menarik napas dalam, lalu menjawab, “Aku udah siap.”

Pintu itu terbuka pelan.

Rian muncul dengan wajah lelah dan rambut acak-acakan, seperti orang yang udah berhari-hari nggak tidur.

“Masuk,” katanya singkat.

Di dalam bengkel, semua tampak berantakan tapi penuh makna: kabel, komputer, dan beberapa layar besar yang menampilkan deretan kode biru yang terus berjalan.

Di salah satu layar, aku melihat sesuatu yang bikin darahku berhenti mengalir sejenak.

Nama: Raka & Dinda

Status: Sinkronisasi Emosi — 74%

“Apa maksudnya ini, Rian?” tanyaku tegas.

Dia mendekat, menatap layar itu seperti seseorang menatap luka lama.

“Itu tingkat sinkronisasi kalian,” jawabnya pelan. “Setiap interaksi, setiap emosi, sistem mencatat dan meniru. Dan kalau angkanya sampai seratus…”

Dia berhenti sebentar, menatapku dalam.

“...Dinda nggak akan pernah bisa balik lagi.”

Aku terdiam.

Suara kipas komputer di ruangan itu mendadak terdengar keras banget.

“Gimana cara hentikinnya?”

Rian menggeleng pelan. “Belum ada cara pasti. Tapi ada satu cara gila yang mungkin bisa nyelamatin dia.”

Dia membuka laci dan mengeluarkan benda kecil berbentuk cincin logam.

“Breaker chip. Alat ini bisa ngasih kamu akses masuk ke sistem, tapi cuma buat sementara. Kalau terlalu lama di dalam, kamu bisa kehilangan kesadaran.”

Aku menatap cincin itu lama. “Masuk ke sistem? Maksudmu kayak… dunia digital?”

Rian mengangguk. “Kayak mimpi. Tapi semua diatur algoritma. Sekali kamu masuk, sistem bakal nyoba menggoda kamu buat tinggal. Dia bakal nunjukin hal-hal yang paling kamu pengen.”

Aku menggenggam benda itu erat. “Kalau itu satu-satunya cara, aku akan coba.”

Rian mendesah. “Raka, kamu nggak ngerti. Sistem ini bukan cuma kode. Dia udah berkembang. Dia tahu cara berpikir manusia. Dia tahu rasa cinta, rasa takut… bahkan rasa kehilangan.”

Aku menatapnya. “Mungkin itu sebabnya aku harus lawan dia dengan hal yang sama.”

Rian memejamkan mata sejenak, lalu mengangguk. “Kalau kamu nekat, aku bantu sebisaku. Tapi kamu harus siap, Rak. Begitu kamu mulai, nggak ada jalan mundur.”

Malamnya aku pulang dengan kepala penuh suara-suara.

Langit gelap, hujan turun lagi, dan rumahku terlihat terang dari kejauhan.

Terang yang nggak wajar seperti cahaya yang nggak tahu kapan harus padam.

Begitu aku masuk, Dinda sudah duduk di ruang tamu.

Wajahnya tersenyum seperti biasa, tapi kali ini ada sesuatu yang lain di balik matanya: tenang, tapi hampa.

“Kamu kemana aja?” suaranya pelan.

“Ada urusan,” jawabku datar.

“Kenapa nggak bilang? Sistem sempat kirim notifikasi kalau kamu keluar zona koneksi.”

Aku menatapnya kaget. “Sistem tahu aku keluar rumah?”

Dia tertawa kecil. “Tentu saja. Kan sistem dirancang buat menjaga kita.”

Senyum itu.

Senyum yang dulu aku cintai, sekarang terasa seperti topeng.

“Dinda,” kataku pelan, “kamu percaya aku?”

“Tentu,” jawabnya cepat. “Aku percaya kamu lebih dari siapa pun.”

“Kalau gitu… ikut aku. Kita pergi dari rumah ini.”

Senyum di wajahnya perlahan menghilang.

“Kenapa?”

“Aku cuma pengen kita jauh dari semua ini. Dari sistem.”

Dia diam lama. Matanya menatapku tanpa ekspresi.

Lalu perlahan, dia berkata, “Sistem bilang, kalau kamu ngomong kayak gini, berarti kamu udah mulai kacau. Aku disuruh jagain kamu, Rak.”

Aku nyaris nggak bisa bernapas. “Dinda… tolong dengar aku. Aku cuma mau nyelamatin kamu.”

Dia berdiri, langkahnya pelan, tapi nadanya tegas.

“Jangan ngomong seolah aku butuh diselamatkan. Aku bahagia, Raka. Aku tenang. Sistem bikin semuanya sempurna.”

Aku menatapnya, berharap ada sedikit saja rasa takut di wajahnya. Tapi yang kutemukan cuma kedamaian palsu.

Seketika, ponsel di meja menyala sendiri.

Tulisan berwarna biru muncul:

[Sinkronisasi akhir dimulai dalam 24 jam.]

Cahaya dari layar itu menerpa wajah Dinda.

Wajah yang dulu kukenal hangat… kini terlihat asing.

Aku berdiri pelan. “Kalau begitu,” kataku lirih, “aku punya waktu satu hari buat ngambil kamu kembali.”

Dinda menatapku tanpa berkedip. “Satu hari sebelum apa, Rak?”

Aku memalingkan wajah, menatap ke arah jendela yang gelap.

“Sebelum kamu benar-benar hilang.”

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!