NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Kemarahan yang membara setelah pertemuannya dengan Deo, membuat Nicholas ingin menghapus segala jejak kekesalan. Dia bergegas menuju kamar mandi.

Keran shower dia putar, membiarkan semburan air dingin memukul keras tubuhnya yang berotot, membasahi setiap inci kulitnya yang kini polos tanpa sehelai benang pun.

Air mengalir deras, seolah membawa pergi semua kemuakan dan jebakan yang baru saja dia alami.

Di saat yang sama, tanpa sedikit pun disadari oleh Nicholas yang sedang membersihkan diri, pintu apartemen yang sengaja dibiarkan sedikit terbuka oleh Deo kini berfungsi sebagaimana mestinya.

Dua sosok pria muncul, membawa seorang wanita di antara mereka. Langkah mereka cepat dan sunyi saat mereka merebahkan tubuh wanita itu di atas sofa ruang tamu yang mewah.

“Kamu yakin apartemen-nya yang ini?” salah satu pria berbisik, nadanya terdengar ragu.

“Yakinlah! Kan apartemen-nya cuma ada dua di lantai 27 ini, tepat di samping kiri pintu lift, benar kan tadi samping pintu lift ini!” sahut pria yang lain, meyakinkan diri. “Lagipula pintunya tidak terkunci, berarti benar!”

“Oh iya juga ya! Ya sudah, kita langsung cabut saja kalau begitu!” ujar pria itu, menepuk punggung temannya setelah memastikan wanita itu sudah terbaring di sofa.

Keduanya segera pergi, dengan cepat menarik pintu hingga tertutup rapat dan terdengar bunyi klik kunci. Mereka meninggalkan seorang gadis cantik berambut panjang, sedikit bergelombang dan hitam pekat, sendirian.

Wanita muda itu, seorang mahasiswi berusia 20 tahun, terbaring dalam balutan pakaian yang minim. Rok span pendeknya hanya menutupi sebagian kecil pahanya, sementara atasan yang terbuka memperlihatkan bahu dan garis lehernya yang putih mulus. Dia tergeletak lemas dan tak berdaya di atas sofa.

Namun, perlahan sensasi yang asing mulai menjalar. Gadis itu merasakan hawa panas luar biasa menyelimuti dirinya, membakar kulitnya dari dalam.

“Hauus!” rintihan lemah keluar dari bibirnya yang kering. Dia meracau dalam kekalutan, tetapi tidak ada yang mendengarnya. “Gabriel, aku hauuus!”

Rancauan kehausan itu terus terucap, tetapi tidak ada air yang datang. Kepalanya terasa berat dan badannya seolah terbuat dari timah. Dengan sekuat tenaga, dia memaksakan dirinya untuk bangkit, meskipun otot-ototnya menolak untuk digerakkan.

Kedua bola matanya yang berat mencoba memindai sekeliling ruangan yang asing itu. Meskipun penglihatannya kabur, dia berusaha keras mencari sesuatu, apa pun, yang bisa dia minum untuk meredakan api yang membakar di dalam dirinya.

Kebutuhan akan air mendesak, mengalahkan rasa sakit dan kebingungan. Tubuhnya mulai dia gerakkan, langkahnya limbung dan tidak teratur. Dia merangkak, mencari penopang, sambil meracau, “Gabriel!”

Kepalanya terasa memberat, hawa panas semakin menyiksanya, tetapi kedua matanya yang berkunang-kunang akhirnya menangkap siluet lemari es di sudut ruangan. Sebuah senyum tipis terbit di bibirnya yang kering. Dia menarik pintu kulkas itu dan, tanpa memedulikan etika, meraih botol air dan meneguknya seperti orang yang baru terlepas dari gurun pasir.

Air itu tandas seketika. Dengan sedikit tenaga yang tersisa, wanita itu kembali berjalan, tujuannya adalah sofa, tempat dia ingin merebahkan punggung. Jalannya tidak seimbang, terpaksa dia merambat pada dinding sebagai satu-satunya penyangga.

Sampai tanpa sengaja, tangannya menyentuh sebuah kenop pintu yang ternyata tidak terkunci. Tubuhnya terhuyung, terjerembab ke lantai di dalam ruangan gelap itu, menimbulkan rintihan kecil yang menyakitkan.

“Aauuh, sakit!” keluh wanita itu dengan nada kesal. “Gabriel kamu di mana sih! Bukannya bantuin aku!”

Dia mengira berada di apartemen kekasihnya, Gabriel. Dengan susah payah, dia memaksa dirinya untuk bangkit, tubuhnya terasa begitu berat. Dia menyeret langkahnya menuju tempat tidur, merasakan kelembutan kasur yang empuk.

Akhirnya, tubuhnya terhempas ke atas matras, dan dia memejamkan mata, membiarkan kelelahan dan efek obat menguasainya.

Di saat yang sama, Nicholas baru saja selesai membersihkan diri. Dia berjalan santai keluar dari kamar mandi, sebuah handuk kecil menggosok rambut hitam pekatnya, sementara handuk lain hanya melilit di pinggangnya, memamerkan postur tubuhnya yang tinggi dan kekar.

Namun, langkah santainya terhenti.

Alangkah terkejutnya pria dengan karisma dingin itu saat manik mata biru safirnya menangkap sosok asing: seorang wanita seksi tergeletak di atas tempat tidurnya. Bergegas Nicholas melangkah, semakin mendekat, ingin memastikan siapa yang berani memasuki privasi ruang tidurnya.

“Panas!” wanita itu meracau lagi, tidak jelas, sambil menggeliat gelisah di atas seprai. Dia membuka mata dan kemudian, tanpa memedulikan apapun, dia mulai menarik pakaiannya.

Di depan mata Nicholas, wanita cantik itu membuka bajunya, menyuguhkan pemandangan indah yang masih tertutupi penyangga berwarna hitam, kontras tajam dengan kulitnya yang putih. Nicholas membeku.

“Siapa? Hadiah Papa? Cih! Masa iya Papa kasih hadiah wanita?” Nicholas mengerutkan kening. Bukankah Julian sudah menjebaknya dalam pernikahan dengan Isabella? Mengapa Julian masih repot-repot memberinya hadiah seorang wanita?

Tiba-tiba, telepon Nicholas berdering. Layar menampilkan nama Julian. Nicholas segera mengangkatnya, mendengarkan apa yang dikatakan oleh ayah angkatnya itu.

“Apa kau senang dengan hadiah yang Papa berikan?” Julian bertanya, disusul tawa serak yang penuh makna. “Jangan menolak Nicholas, karena kamu tahu Papa tidak suka dengan penolakan!”

Mendengar ucapan Julian, sebuah senyum tipis dan dingin terukir di wajah Nicholas yang rupawan. Dia melangkah mendekat ke arah wanita yang sedang terbaring kepanasan itu.

“Oke, terima kasih atas hadiahnya Pa, Nicholas senang,” ucap Nicholas. Dia mematikan sambungan telepon dan meletakkan ponsel itu di atas nakas samping tempat tidur.

Nicholas kini berada di sisi wanita yang tidak dia kenal itu. Padahal, dia adalah Serena, mahasiswi junior di kampusnya, sang primadona yang populer karena kecantikan dan keseksiannya.

Seluruh kota memuja karisma Nicholas yang tampan, dingin, dan kaku, dengan kepintaran di atas rata-rata, tetapi dia tidak pernah tertarik pada wanita mana pun, termasuk wanita ini yang baru saja dia liat, yang ternyata merupakan kekasih Gabriel, keponakannya.

Gabriel adalah mahasiswa populer yang tampan, ramah, dan badboy, maskot basket yang sangat bertolak belakang dengan karakter Nicholas yang sinis dan menakutkan sebagai seorang CEO.

Nicholas, si pria kaku dan dingin dengan mata biru safir, kini menatap wanita itu. Senyum sinis tersungging di bibir Nicholas. Dia bergumam, suaranya rendah dan penuh perhitungan, “Siapa kamu?”

Dengan gerakan cepat, dia meraih ponsel dan mengaktifkan kamera, mulai merekam. Jari-jarinya yang panjang menyentuh pipi Serena, merasakan panas yang membakar kulit gadis itu. “Aku tidak menyangka, ternyata wanita yang terlihat cantik dan polos banyak yang sama seperti wanita lainnya.”

Nicholas menduga wanita muda di hadapannya ini hanyalah wanita bayaran, seperti yang kerap dia temui di klub malam. Rekaman ini akan menjadi kartu as, tamengnya kelak.

Serena berjuang membuka matanya.

Sentuhan asing pada kulitnya seolah memicu gejolak aneh, membakar hasrat dalam dirinya yang sedang tersiksa. Pandangannya buram, tetapi dia mengenali sosok di atasnya sebagai kekasihnya.

“Sayang!” panggil Serena. Tanpa peringatan, dia merangkul leher Nicholas, menariknya mendekat. Dengan agresif, dia meraih bibir pria itu. “Bantu aku, panas dan sakit!”

“Julian memberikannya obat? Kenapa?” tanya Nicholas pada dirinya sendiri yang mencoba untuk menebak-nebaknya.

Nicholas juga terkejut oleh serangan mendadak itu. Sebuah sensasi aneh menjalar ke seluruh tubuhnya, sebuah gejolak yang familiar namun kali ini terasa berbeda. Dia segera mendorong tubuh Serena, memutus sentuhan yang membakar itu.

“Please, bantu aku!” Serena memohon, suaranya memelas penuh keputusasaan. “Aku mohon, bantu aku, kali ini saja. Aku akan membalasnya jika kamu menolong aku terbebas dari rasa sakit ini.”

Senyum kemenangan membingkai wajah Nicholas. Momen ini adalah kesempatan emas. “Baiklah, aku akan menolongmu dengan senang hati,” katanya, suaranya berat. “Maka jangan salahkan aku karena kamu yang memintanya lebih dulu!”

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!