NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:510
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengunjungi istana

Pagi ini, seorang pelayan muda mengantarkan sarapan ke depan pintu kamar Ravenna. Lily menerima sarapan itu kemudian membawanya ke dalam.

“Nyonya saatnya sarapan,” ucap Lily seraya meletakkan piring ke atas meja.

Ravenna kemudian berjalan kearah bangku untuk menikmati sarapannya. Lily seketika terkejut setelah membuka penutup piring itu, sepiring sup encer dengan potongan roti basi di dalamnya.

“Apa-apaan pelayan itu? bagaimana bisa dia memberikan makanan ini pada seorang Duchess. Nyonya, saya akan menggantinya,” ucap Lily kesal.

Saat akan mengambil piring itu, Ravenna menghentikannya, “Jangan! Biarkan saja.”

“Tapi…”

Ravenna memotong cepat kalimat Lily, “Tidak akan ada gunanya kau memarahi pelayan itu Lily. Disini, bagi mereka aku hanya dianggap sebagai orang asing, jangan terlalu gegabah,” ujar Ravenna. Wanita itu mulai mengambil sendok dan memasukkan sup itu ke dalam mulutnya. Walaupun hambar, setidaknya makanan itu masih bisa dimakan.

Sementara di sisi lain, Alister terlihat tenggelam dalam pikiran di ruang kerjanya. Pikirannya melayang pada momen tadi malam saat Ravenna berada di kamarnya.

“Tangan itu, jelas-jelas bukan tangan orang biasa, melainkan telapak tangan orang yang sudah biasa menggunakan pedang,” gumam Alister. Sudah bertahun-tahun ia bertemu banyak orang di medan pertempuran, prediksinya tidak akan salah.

“Lukas,” panggil Alister pada ajudannya yang tengah fokus mengerjakan dokumen. Pria bersurai coklat itu menoleh kearah Alister. “Aku ingin kau mencari tahu asal usul Ravenna Everhart, cari tahu keluarganya, dan orang-orang yang pernah berhubungan dengannya!” perintahnya.

“Apa anda mencurigai nyonya Duchess?” tanya Lukas penasaran

“Wanita itu cukup mencurigakan,” timpalnya.

“Baiklah, saya akan menyelidikinya,”

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang kerja Alister. Setelah mendapat izin masuk, Ravenna dan Lily datang dengan membawa sebuah teko teh dan dua buah cangkir.

“Ada perlu apa kau ke sini?” tanya Alister dingin pada Ravenna.

“Aku membuatkan teh bunga rosella, ini bagus untuk membuat mu lebih fokus saat bekerja,” ujar Ravenna seraya meletakkan teko dan cangkir teh yang Lily bawa ke atas meja.

Alister mengerutkan keningnya, “Bukankah sudah ku katakan jangan melakukan sesuatu yang tidak berguna!” peringat pria itu.

Ravenna mengalihkan atensinya pada Alister, “Ini hanya teh, aku yang membuatkannya sendiri,” ujarnya sembari tersenyum tipis.

Setelah Ravenna keluar, Alister menatap pada teh diatas meja dengan tatapan curiga.

“Apa anda tidak mau meminumnya? Saya rasa nyonya Duchess cukup perhatian sampai membuatkan teh sendiri untuk anda,” ucap Lukas.

“Bisa jadi dia memberi racun pada teh itu,” pikir Alister menaruh curiga.

“Jika anda curiga, saya bisa meminum teh itu untuk memeriksanya,” Lukas menawarkan diri.

Setelah di setujui Alister, Lukas beranjak dari kurisnya menuju kearah teko di atas meja. Ia menuangkan teh yang memiliki sedikit aroma asam itu kemudian menyesapnya.

“Teh ini enak, sepertinya tidak beracun, apa anda tidak mau mencobanya?” tanya Lukas seraya terlihat menikmati tehnya.

Alister menggeleng, “Tidak! Mungkin saja racunnya akan bereaksi nanti,” ucap Alister kemudian melanjutkan pekerjaannya.

“Baiklah, kalau begitu anda tidak keberatan kan jika saya menghabiskannya?” tanya Lukas.

“Habiskan saja!” jawab Alister tidak tertarik.

***

Keesokan harinya, Ravenna dan Alister pergi ke istana kekaisaran. Awalnya Alister hanya akan pergi sendiri, namun pagi ini Ravenna mendapat surat undangan dari putri mahkota untuk datang ke istananya.

Kereta kuda sampai di depan istana, mereka berdua turun secara bergantian kemudian menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam bangunan megah itu. Seorang wanita muda bersurai hitam yang tidak lain adalah dayang putri mahkota datang menjemput Ravenna untuk diantar ke taman istana, tempat pertemuannya dengan putri mahkota.

“Ingat! Jangan membuat masalah saat kau bersama putri mahkota!” peringat Alister sedikit berbisik pada Ravenna.

“Kau tenang saja, aku akan menjaga sikap,” timpal Ravenna, mengulum senyum tipis.

Ravenna kemudian pergi bersama dayang putri mahkota, sementara Alister pergi menemui putra mahkota karena ada sesuatu penting yang akan mereka bicarakan.

Saat Ravenna tengah berjalan menuju taman istana, ia tidak sengaja berpapasan dengan seorang gadis yang terlihat tak asing, dia adalah gadis bersurai pirang yang di temuinya saat pesta kemenangan, Helena satu satunya putri di kekaisaran ini.

Melihat Ravenna berada di istana, raut wajah Helena seketika tertekuk, terlihat tidak suka dengan kehadiran wanita itu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Helena dingin seraya melipat kedua tangannya.

“Yang mulia putri mahkota yang mengundang nyonya Duchess ke istana tuan putri,” timpal dayang yang bersama Ravenna.

“Aku tidak bicara pada mu, aku bicara padanya,” ujar Helena sembari menunjuk kearah Ravenna.

“Saya kemari untuk memenuhi undangan putri mahkota,” jawab Ravenna terlihat sopan.

“Kau mau mendekati kakak ipar? Apa yang sebenarnya kau recanakan?” tanya Helena penuh selidik.

“Saya tidak tau apa yang tuan putri maksud, saya tidak pernah berniat merencanakan apapun. Saya mohon undur diri, saya tidak mau membuat putri mahkota menunggu terlalu lama,” ujar Ravenna, wanita itu kembai berjalan meninggalkan Helena.

“Kau jangan puas dulu, kau pikir kau akan menjadi Duchess selamanya. Lihat saja, kak Alister pasti akan segera menceraikan mu!” ucap sinis Helena, Ravenna tak menanggapinya, ia terus berjalan ke depan.

Setelah tak sengaja bertemu Helena, akhirnya wanita itu sampai di taman istana, dari kejauhan ia dapat melihat sesosok perempuan dengan paras cantik tengah duduk tenang di salah satu kursi pavilion taman. Perasaan buruk setelah bertemu Helena seketika luntur saat melihat putri mahkota tersenyum ramah padanya.

“Salam kepada putri mahkota,” Ravenna mengangkat sedikit roknya untuk memberi salam.

“Kau tidak perlu memberi salam seformal itu, lagi pula kita hanya berdua. Duduklah!” ujar Annelise, wanita yang usianya tak jauh berbeda dari Ravenna itu mempersilahkan.

Ravenna memandang kearah Annelise dengan tatapan kagum. Ini adalah pertama kalinya ia berada sedekat ini dengan wanita itu. Sorot matanya yang teduh, bibir kecil merah ranum dan kulit putihnya yang seputih porselen membuat Ravenna tanpa sadar tersenyum tipis. Annelise mempunyai reputasi yang sangat baik bagi rakyat kekaisaran, ia bahkan mendirikan badan amal dan mengumpulkan donasi untuk rakyat miskin di kekaisaran, bagaimana Ravenna tidak mengagumi wanita itu.

“Saya berterima kasih tuan putri mau mengundang saya kemari,” ucap Ravenna kemudian.

“Aku mengundang mu ke sini untuk berbicang santai, jadi kau tidak perlu bicara terlalu kaku,” ujarnya sembari menuang teh ke cangkir Ravenna.

Annelise mulai berbincang membahas kerajaan Emberfall yang menjadi tempat tinggal Ravenna sebelumnya, itu karena ibunya berasal dari kerajaan itu sebelum menikah dengan ayahnya. Sebelum menikah, ia sempat beberapa kali pergi ke tempat itu untuk sekedar berlibur.

Sementara disisi lain, Alister dan putra mahkota tengah berbincang serius di salah satu ruangan. Wajah keduanya terlihat tegang.

“Ini sangat aneh, rute perjalanan pulang sudah di ubah, tapi bagaimana bisa mereka menemukannya?” tanya Leonard menautkan kedua alisnya. Beberapa waktu lalu rombongannya di hadang oleh pasukan misterius saat dalam perjalanan kembali ke istana dari perjalanan di luar wilayah, beruntung mereka selamat dan hanya mengalami luka kecil.

“Sepertinya ada mata-mata Grand Duke di sekitar anda,” ujar Alister mengungkapkan rasa curiganya. Grand Duke Cassius merupakan kakak laki-laki Leonard yang lahir dari seorang selir. Ia sudah beberapa kali bersitegang dengan Alister untuk merebut tahta kekaisaran. Namun, menginjak usia dewasa, kaisar meminta putranya itu untuk tinggal di wilayah utara sekaligus untuk menjaga wilayah itu dari suku bar-bar yang menyerang.

“Aku juga berfikir seperti itu. Tidak hanya kasus rute perjalanan, sebelumnya aku merasa langkah yang ku ambil selalu di awasi,” ujar Leonard sembari menerawang ke depan, berusaha mengingat orang mencurigakan di sekitarnya yang berpotensi menjadi mata-mata.

“Anda tenang saja, setelah ini saya akan menyelidiki mata mata itu dan segera menemukannya,” timpal Alister.

“Baiklah, aku tau kau pasti bisa diandalkan. Oh iya, bagaimana dengan pernikahanmu?” tanya Leonard penasaran, pria itu mengambil teh diatas meja kemudian menyesapnya.

“Pernikahan saya? Tidak ada yang menarik untuk di bahas,” timpal Alister seadanya, terlihat tidak tertarik dengan pembahasan.

“Aku dengar kau meninggalkan istri mu setelah upacara pernikahan, setidaknya kau harus sedikit memperlakukan istri mu dengan baik,” saran Leonard. Sebelumnya, ia sudah membantu Alister berbicara pada ayahnya untuk membatalkan pernikahan Alister, namun sayangnya gagal, kaisar tetap bersikeras mempertahankan pernikahan itu.

“Anda tidak perlu menghawatirkan itu, saya bisa mengurusnya dengan baik,” timpal Alister.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!