NovelToon NovelToon
PERNIKAHAN AMIRA

PERNIKAHAN AMIRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Ibu Mertua Kejam / Tukar Pasangan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Amira adalah seorang barista yang bekerja di sebuah kafe biasa, namun bukan bar sepenuhnya. Aroma kopi yang pekat dan tajamnya alkohol sudah menjadi santapan untuk penciumannya setiap hari. Ia mulai terbiasa dengan dentingan gelas, desis mesin espresso, serta hiruk pikuk obrolan yang kadang bercampur tawa, kadang pula keluh kesah. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang tidak pernah benar-benar bisa ia biasakan—bayangan tentang Satria.

Satria tidak pernah menginginkan wanita yang dicintainya itu bekerja di tempat seperti ini. Baginya, Amira terlalu berharga untuk tenggelam dalam dunia yang bercampur samar antara cahaya dan gelap. Dan yang lebih menyesakkan, Satria juga tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa Amira akhirnya menikah dengan pria lain—pria yang kebetulan adalah kakaknya sendiri.

Takdir, kata orang.
Tapi bagi Satria, kata itu terdengar seperti kutukan yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Mobil-mobil mulai melaju dengan kecepatan cukup tinggi setelah berhasil menembus kemacetan parah ibu kota. Ruas-ruas jalan yang merayap dipenuhi oleh kesibukan aktivitas awal manusia. Berangkat bekerja maupun remaja yang bersekolah menghiasi jalanan dengan sepeda motor mereka.

Namun, berbeda dengan Airlangga. Mobil yang dikemudikannya melesat di jalan yang cukup lenggang menuju arah pulang ke rumah. Suara radio seakan mengisi ruang hening di kabin dengan melodi lembut.

Tiba-tiba, suara sering telepon memecah alunan lagu yang diputar penyiar. Airlangga melirik sekilas ke ponsel di samping tuas persneling, lalu menjulurkan tangan untuk menurunkan volume radio sebelum mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Ma?" Sapanya lembut melalui earphone yang terpasang di telinganya.

"Angga, kamu ada dimana?! Kenapa kamu gak pulang, si?!" Suara Hilda terdengar panik bercampur kesal dari seberang telepon.

"Iya, Ma. Ini aku lagi arah pulang, kok. Kemarin aku menginap di mansion Edo."

"Kamu minum lagi?!"

Airlangga alias Angga, pria berusia dua puluh tujuh tahun itu menyipitkan bola matanya. "Sedikit. Hehe!"

"Ya ampun, Angga ... kamu tahu kan, marahnya Papa kamu kayak gimana?!"

"Ma, aku minum juga masih di bawah kadar kok." Jelas Angga sambil membanting setir ke kiri, mengambil jalur di salah satu persimpangan jalan.

"Iya udah cepet pulang! Mama tunggu kamu di rumah."

"Iya, Ma. Lima belas atau sepuluh menitan lagi lah aku nyampe ke ..."

Beeeeep!

Angga spontan menginjak rem dalam-dalam sambil membunyikan klakson keras-keras. Mobilnya berhenti mendadak ketika seseorang tiba-tiba menyeberang dan tertabrak di depannya. “Shit!” umpatnya, napasnya memburu.

"Angga kamu kenapa?!"

"Nanti aku telepon lagi, Ma."

Tuuuut.

Angga segera beringsut turun dari mobil dan mendapati seorang wanita yang usianya tak begitu jauh darinya tergeletak menahan sakit. Kakinya berdarah karena luka yang menghantam. Namun tak beberapa lama kemudian, wanita itu berdiri dengan wajah setengah menahan sakit dan cemas.

Wanita itu segera melangkah mendekat, jemarinya terulur menggenggam lengan pria di hadapannya. Matanya yang berlinang air mata memancarkan permohonan yang begitu dalam, seolah berusaha menahan pria itu untuk tidak pergi. "Mas, tolong! Tolong, aku ...,"

Angga menepis lengannya. Apa-apaan, kamu?! Oh ..," Angguknya sambil membulatkan bibirnya membentuk vokal O sempurna. "Atau kamu sengaja nabrakin diri buat meras saya, iya?!"

"Enggak, Mas!" Gelengnya. "Tolong, Mas. Aku..."

"AMIRAAAA!" Seru seseorang muncul dari belakang.

Tanpa banyak pikir, Angga langsung meraih tangan wanita itu dan menariknya masuk ke dalam mobil. Ia menyalakan mesin, lalu melesat pergi dengan kecepatan yang tak memberi ruang untuk ragu.

****

Amira menggenggam kedua jemarinya. Terkadang, Menggesek-gesekkan kuku ibu jarinya dipangkuan. Sesekali, ia menoleh ke belakang. Memastikan orang-orang itu tak lagi mengejarnya.

Wajahnya masih memucat cemas. Bagaimana bisa dua orang suruhan itu kembali datang, sementara hutang yang kemarin sudah lunas terbayarkan oleh Satria.

Satria. Terbesit sebuah bayangan yang tiba-tiba saja menyeruak begitu jelas di pelupuk mata. Amira menyeka wajahnya dengan kasar lalu merogoh sesuatu dari dalam sling bag nya.

"Ponselku" Lirihnya. Ia tertegun, terkejut seolah tak percaya benda yang sedari tadi ia bawa kini lenyap entah ke mana. Jemarinya begitu lincah mengobrak-abrik tas kecil itu sampai mengeluarkan barang-barang yang ada di dalamnya di atas pangkuan.

“Kelindes mobil, tadi,” Ungkap Angga akhirnya, masih menatap lurus ke jalan dengan fokus pada kemudi. Suaranya datar, seolah tak ada sedikitpun rasa penyesalan.

Amira membelakakan bola matanya. "Mas! Ka-Kamu lindas ponsel aku gitu aja?!"

"Cuma ponsel!" Celetuk Angga membanting setirnya ke kiri mengambil sebuah persimpangan. Matanya melirik ke kaki Amira yang terluka.

"Mas, tapi itu benda berharga buat aku!" Getir Amira dengan wajah yang kembali cemas. Tanpa ponsel itu, ia tak lagi punya cara untuk menghubungi Satria. Ia bahkan tak tahu nomor ponsel Satria—seolah seluruh jejak tentang Satria ikut lenyap bersama hilangnya benda tersebut. "Enggak!" Gelengnya menolak pernyataan itu dipikirannya. "Mas, kamu harus tanggungjawab ponsel aku hancur, Mas! Aku mau mobilnya putar arah!

"Apaan, si!" Elak Angga. Alisnya terangkat dengan nada tak sabar, sementara matanya tetap fokus menatap jalan di depannya.

Amira refleks menarik-narik lengan pria asing itu, seolah memohon agar pria tersebut agar menuruti keinginannya.

"Heh, kamu gila?! Saya lagi nyetir bahaya!"

"Aku mohon, Mas. Ponsel aku sangat berharga. Aku mohon putar lagi mobilnya!"

Tangan Angga yang sibuk mengendalikan setir bergerak tak beraturan, membuat mobil oleng ke sana kemari. Di saat itu juga, ia menginjak rem mendadak, hingga ban berdecit keras. Beruntung, jalanan saat itu cukup sepi.

“Gila, kamu mau bikin kita mati konyol?!” Bentak Satria dengan napas terengah. Ia berbalik menatap wanita itu tajam. "Harga mobil saya jauh lebih mahal dari ponsel yang kamu punya! Saya sudah duga dari awal, kamu sengaja menabrakan diri kamu buat meras saya. Iya, kan?!"

Amira menggeleng. "Enggak, Mas! Aku tadi di kejar sama orang. Dan, aku gak benar-benar gak tahu mereka siapa."

Angga mendesis. "Kalau kamu gak tahu mereka siapa, ya udah! Kenapa musti lari? Kenapa musti kabur?! Ah!" Angguknya dengan senyum menyeringai. "Kamu pasti orang yang bermasalah. Iya, kan?!"

Amira menggeleng lagi. "Ayahku punya hutang. Tapi hutang Ayahku sudah lunas. Sudah cukup lama mereka gak kejar aku lagi buat nagih hutang. Dan, sekarang... aku gak tahu mereka siapa."

Hening sesaat.

"Mas. aku mohon mobil Mas putar balik buat ambil handphone aku ya, Mas!"

"Heh!” Angga menatap Amira tajam, sorot matanya menusuk hingga membuat Amira terdiam. “Kamu tuh sadar gak, sih?!” Suaranya meninggi, nada kesal jelas terdengar. “Kamu udah bikin orang lain susah hari ini! Pertama, saya ikut-ikutan merasa dikejar orang, kedua, setelah mobil saya udah jauh dari orang-orang yang ngejar kita tadi, sekarang kamu malah minta buat putar balik?!”

"Saya juga gak kenal sama kamu!" Lanjut Angga. "Seenaknya masuk mobil orang terus nyuruh-nyuruh gitu, aja!"

Bola mata Amira tiba-tiba berbinar, memantulkan secercah harapan yang nyaris padam. Tatapannya menembus kesal Angga, seolah mencoba meyakinkan bahwa permintaannya bukan sekadar keinginan biasa. Luka di kakinya yang terus mengeluarkan darah terasa perih dan berdenyut, namun rasa sakit itu masih kalah menyiksa dibandingkan sesak di dadanya saat ini.

Angga sempat melirik luka di kaki Amira, raut wajahnya berubah sejenak—antara khawatir dan kesal yang tertahan. Ia berpaling tanpa berkata apa-apa, lalu duduk kembali di kursinya. "Saya antar kamu ke klinik dekat sini." Tegasnya. Dengan gerakan cepat, ia menyalakan mesin lalu kembali mengemudi.

****

1
Siti Sa'diah
huh mulutmu sarua pedasna ternyata/Smug/
Siti Sa'diah
angga koplak/Angry/
Siti Sa'diah
huh kapan satria datang siii udah gregett
Siti Sa'diah
/Sob/
Siti Sa'diah
dan satriapun pulsng dr jepang
Siti Sa'diah
wah ceritanya seruuuuu😍apa jgn2 adenya itu satria?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!