Sistem: Games Novel

Hari pun berlalu.

Brak...!

Aku terbangun karena suara pintu tiba-tiba di dobrak dengan kasar, “Y-yang Mulia, mohon maaf Nyonyaku masih tidur,” Suara Xiao Ya terdengar.

“Minggir! Kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya!” geramnya, sudah dipastikan itu adalah Selir Jiang, ck mau apa wanita itu pagi-pagi buta bertamu tanpa kesopanan begitu.

Aku lekas terbangun dan menghampiri keributan itu, “pagi Kakak, hoam. Ada apa Kakak datang kemari?” aku pura-pura menguap.

“Jangan pura-pura tidak tahu Selir Su,” Geramnya, tampaknya dia sedang sangat kesal, entah apa penyebabnya.

“Haish, kalau Kakak tidak bilang, aku mana tahu apa masalahnya,” aku mengangkat bahu ringan.

Dia berjalan mendekat hanya menyisakan dua langkah kearahku, “jangan coba bermain-main denganku Selir Su, kau tidak tahu seberapa kuatnya orang di belakangku,” desisnya, nada suaranya sarat akan ancaman.

Kali ini aku hanya diam, membuat dia kembali berkata, “tiba-tiba Selir Hua di panggil untuk melayani yang Mulia, seseorang bilang dia melihat kau bersamanya kemarin.”

“Aku?” aku pura-pura berpikir, “ah, kemarin itu aku memang bersama Selir Hua, kami bermain musik di taman, saat itu Yang Mulia datang, aku ingin mencoba alat musik Selir Hua dan ternyata aku tak bisa dan itu membuat telinga Yang Mulia sakit, seharusnya aku mendapat hukuman tapi berkat Selir Hua aku selamat,” ucapku dengan nada di dramatisir.

Selir Jiang terdiam, namun tatapannya masih menyipit tajam, “siapa yang tidak tahu tentang sifat Raja, jika aku membuatnya marah entah apa yang akan terjadi,” lirihku dengan nada sedih.

Dia mendengus kasar, kemudian berkata, “ya sudahlah lupakan itu semua, lagi pula siapa yang bisa menentang keputusan Raja. Bagaimana dengan tugas yang aku berikan padamu?”

“Yang kemariin itu tidak berhasil, aku akan mencobanya lagi hari ini,” sahutku penuh semangat.

“Cih, kau ini seorang putri tapi kenapa tak ada sedikitpun aura seorang putri darimu.”

Aku tersenyum kecut, ‘heh, aku memang bukan seorang putri, tapi begini-begini aku yang menciptakanmu, dasar menyebalkan.’

Dia hendak pergi begitu saja, “Kakak tidak mau minum teh dulu, Xiao Ya tolong siapkan teh untuk Yang Mulia.”

“Tidak perlu, lakukan saja tugasmu dengan benar.” Dia pun berlalu keluar.

Aku mendengus kasar, menyebalkan sekali wanita ini.

“Si Imut, bagaimana misi semalam?” panggilku pada pemandu Sistemku yang mungil itu.

“Hoho, tentu saja berhasil Nona, dan lihat Roda keberuntungan sudah aktif, Nona bisa langsung memutarnya,” ucapnya sambil meniup terompet.

Untung Xiao Ya sedang pergi ke dapur untuk membawa sarapan aku jadi bisa bebas bicara dengan Si Imut.

“Baik ayo lakukan,” ucapku penuh semangat, aku sungguh penasaran hadiah keren apa yang bisa aku dapatkan dari Roda keberuntungan ini.

Aku memutar Roda itu dengan sepenuh hati, berharap mendapat hadiah yang bagus, setelah beberapa detik berputar Roda itu pun berhenti, dengan jarum tengah menunjuk ke salah satu kolom hadiah.

“Selamat Nona, hadiah kali ini adalah sebuah Peta!”

“Peta?”

“Ya, ini bukan hanya Peta biasa, ini Peta Istana. Dan yang paling menarik adalah, ada nama tiap orang yang muncul disini, namanya bisa bergerak sendiri, Nona bisa melihat keberadaan mereka dimana pun di seluruh area Istana,” Jelasnya.

“Bagus, ini bisa berguna untukku. Kerja bagus Si Imut, aku bisa mantau keberadaan Permaisuri dan Selir Jiang dari sini,” aku menyeringai Devil.