NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11: Petualang Datang

Layar kecil status di sudut pandangku bahkan sempat memperlihatkan bayangan singkat: seorang manusia bertudung hitam, busur di tangan, mengarahkan panah tepat ke arah mereka.

Zaza mendongak, menatapku. “Pemimpin… apa yang terjadi?”

Aku mengepalkan sayapku erat-erat. “Sial… Titi dan Poci dalam bahaya. Manusia sudah menemukan mereka.”

“Kita harus menolongnya, pemimpin!” Tegas Zaza.

“Tenangkan dirimu, Zaza. Kita berlari bersama, paham?”

“Baik, pemimpin!”

Aku berlari di atar lumpur rawa, sayap mengepak untuk menjaga keseimbangan. Zaza dibelakangku, menimbulkan cipratan air.

Tiga menit terasa seperti tiga tahun. Dadaku terasa berat, aku hanya bisa berdoa mereka berdua masih hidup.

...----------------...

*Semantara itu - Pov 3

Titi dan Poci berdiri kaku di antara ilalang basah. Di hadapan mereka, seorang manusia berhoodie gelap dengan busur terarah, anak panahnya berkilau di bawah cahaya senja.

“Tch… cuma dua ekor bebek?” gumam manusia itu, nadanya meremehkan. “Tapi guild membayar mahal untuk kepala bebek-bebek aneh ini.”

Titi gemetar, tubuh kecilnya meringkuk. “P-Poci… a-apa yang harus kita lakukan?”

Poci mencoba berdiri tegak, walau bulunya jelas mengembang karena takut. “Jangan takut, Titi. Aku… aku akan melindungimu.”

“Kwek! Kwek!” Manusia itu terkekeh meledek.

Dia menarik busur, panah siap melesat.

Tali busur manusia itu sudah ditarik penuh. Panahnya terarah tepat ke dada Poci.

“Bye-bye, unggas murahan.”

Tssh!

Angin menderu tiba-tiba. Bayangan kecil melesat dari ilalang, begitu cepat hingga mata manusia itu hampir tak sempat menangkapnya.

BRUK!

Panahnya meleset, menusuk lumpur, karena di detik yang sama lehernya terkena Berserk Peck dari Zaza. Serangan itu tidak menembus kulit manusia, tapi cukup kuat membuat si pemanah terhuyung dan mundur dua langkah dengan wajah kaget.

“Apa—?!” Mata manusia itu membelalak. “Seekor… bebek?!”

Zaza berdiri di depan Titi dan Poci, sayap terkembang lebar, napasnya kasar. “Jangan berani menyentuh mereka! Kau akan melewati aku dulu!” Ucapnya begitu walaupun terdengar kwek-kwek di hadapan manusia.

Titi terisak kecil, tapi matanya berbinar. “Z-zaza…”

Poci masih gemetar, tapi berusaha menarik Titi lebih jauh ke belakang. “T-tunggu, dia sendirian melawan manusia?!”

Manusia itu menyeringai bengis, kini menyiapkan panah baru.

“Hmph, menarik. Jadi kau unggas aneh yang masuk daftar buruanku. Akan kucabik dulu, baru kukirim ke Guild.”

Zaza menunduk rendah lagi, matanya memerah tipis. “Coba saja kalau berani!”

Busur kembali ditarik. Ujung panah memantulkan cahaya matahari.

Swiiish!

Panah kedua melesat, lebih cepat dari sebelumnya.

Namun Zaza sudah menghilang lagi. Dengan Berserk Dash, tubuhnya seperti garis hitam di udara, melesat miring dan—PLAK!—sayapnya menepis panah itu sebelum menembus Titi.

“Kecepatan ini…” si manusia bergumam dengan wajah murung. “Tidak normal untuk unggas biasa.”

Zaza tak menjawab. Tubuhnya sudah berada tepat di bawah dada manusia itu. DUAK! Paruhnya menghantam keras lewat Berserk Peck, tepat ke bagian perut.

“Argh!” manusia itu meringis, terhuyung beberapa langkah. Tangannya memegang perut, meski tak sampai berdarah, jelas serangan itu terasa.

“Zaza!” Titi berteriak, setengah lega setengah takut.

Zaza menoleh sekilas ke arah mereka, wajahnya tegang. “Jangan keluar dari belakangku!”

...----------------...

*POV MC

Aku masih berlari sekencang mungkin, melihat dari kejauhan siluet Zaza yang sudah menghadang musuh.

“Zaza… sial, dia benar-benar nekat!” Aku merasakan bulu di tengkukku berdiri, bukan karena takut, tapi karena terkejut. “Itu… kecepatan skill-nya gila.”

Aku makin mempercepat langkahku, air rawa memercik tinggi. “Bertahanlah, Zaza… aku akan sampai!”

Aku baru sampai di tepi, melihat semuanya dengan jelas. Jantungku berdebar keras.

“Dia… benar-benar melawan manusia sendirian…”

Bahkan aku bisa merasakan tekanan dari serangannya. Cepat, ganas, seolah dia benar-benar assassin. Itu bukan bebek biasa lagi.

Aku sampai tak sadar bergumam. “Zaza… kau monster kecil yang luar biasa…”

[Rekan guild-mu ‘Zaza’ berhasil menahan serangan manusia untuk sementara. Namun stamina berkurang cepat]

Sial. Jadi itu kelemahannya.

Manusia itu bangkit lagi, wajahnya penuh amarah. “Kau unggas busuk! Jangan kira bisa lolos setelah menyerangku!”

Ia mengeluarkan belati dari pinggangnya, lalu menunduk rendah. “Kau pikir kau cepat? Mari kita lihat siapa yang lebih cepat membunuh!”

Zaza menyipitkan mata, kaki belakangnya menekan lumpur dalam-dalam. Tubuhnya kembali menegang, siap berlari.

“Aku tidak akan biarkan kau menyentuh mereka… meski harus mati di sini.”

Aku akan membantu, namun tubuhku refleks berhenti. “Jika aku maju sekarang, mungkin justru merusak ritme Zaza…”

Swiiish! DUAK!

Zaza kembali melesat, paruhnya hampir mengenai leher manusia itu, tapi ditangkis belati. Suara logam beradu dengan keras, membuat bunga api kecil tercipta.

Manusia itu tersenyum bengis. “Cepat. Tapi masih belum cukup untuk membunuhku.”

Zaza terhempas ke samping setelah paruhnya ditangkis belati. Lumpur muncrat ke segala arah. Napasnya mulai terengah, bulu-bulunya basah dan kusut.

[Status Zaza → Stamina 38%]

“Zaza… jangan habiskan dirimu terlalu cepat…” aku bergumam, menggertakkan paruh.

Manusia itu melangkah pelan, belatinya berkilat. “Kau unggas yang aneh. Cepat, kuat, bahkan pintar. Akan kuambil bulu dan dagingmu, pasti mahal di pasar gelap.”

Zaza menatap tajam, matanya merah berkilat. “Aku… tidak akan membiarkanmu!”

Dengan hentakan keras, dia kembali mengaktifkan Berserk Dash. Tubuhnya seakan hilang dari pandangan, hanya suara angin yang terdengar.

SWOOOSH!

Titi dan Poci menutup mata saking cepatnya pergerakan itu.

Manusia itu berputar, belatinya terangkat ke samping— TING! lagi-lagi berhasil menahan tusukan paruh Zaza.

Tapi kali ini Zaza tidak berhenti. Dari arah berbeda, tubuhnya melingkar cepat, lalu DUAK! menghantam lutut manusia itu.

“AARGH!” si manusia jatuh berlutut, wajahnya menyeringai penuh sakit.

Aku yang melihatnya refleks melompat ke depan.

“Zaza! Mundur sebentar, giliran aku!”

Aku mengibaskan sayapku keras-keras, menimbulkan gelombang air rawa ke arah manusia itu. Tubuhnya terpaksa mundur sedikit, matanya melotot ke arahku.

“Dua bebek? …Tidak, ini bukan bebek biasa…” gumamnya sambil mendengus.

[UJIAN EVOLUSI DIMULAI – KALAHKAN MANUSIA DAN LINDUNGI ANGGOTA GUILD FEATHERSTORM]

Panel sistem sekarang lebih menyala, kalau gagal, nyawa Zaza, Titi dan Poci bisa melayang.

Aku menatap Zaza yang masih terengah. “Kau sudah lakukan cukup. Sisanya kita habisi bersama.”

Zaza terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baik, pemimpin…”

Manusia itu kembali berdiri, mengangkat belatinya dengan kedua tangan. Luka di kakinya membuat gerakannya lebih kaku, tapi matanya masih penuh amarah.

“Kalian unggas sialan. Mari kubuat daging panggang malam ini!”

Aku merapat di samping Zaza. Titi dan Poci menggigil di belakang kami, saling berpegangan.

“Zaza,” bisikku pelan, “kali ini kita serang bersamaan.”

Dia menoleh, mata merahnya masih menyala. “Siap.”

Kami menunduk rendah, tubuh menegang, menunggu momen yang tepat.

Manusia itu menyeret kakinya pelan, tapi tetap tegak. Belati peraknya berkilau terkena pantulan sinar senja. Tatapannya menusuk, penuh amarah bercampur rasa lapar.

“Aku sudah memburu ratusan unggas liar,” katanya dengan nada dingin. “Tapi baru kali ini ada yang membuatku kesulitan… Kalian akan jadi trofi terindahku.”

Aku dan Zaza saling melirik. Darahku berdesir cepat.

“Sekarang, Zaza,” bisikku.

“Baik!”

Berserk Dash!

Tubuh Zaza lenyap dari pandangan, hanya suara cipratan lumpur yang tertinggal.

Aku pun melompat bersamaan, sayap mengembang lebar, lalu kukibas keras ke wajah manusia itu. WHUUSH! Lumpur dan air rawa menutupi pandangannya sekejap.

“Keparat—!”

Saat itulah, dari sisi kanan, Zaza muncul dengan kecepatan gila. Paruhnya menukik tepat ke leher.

TING! Belati berhasil menahan, tapi… itulah yang kuinginkan.

“Aku di sini!” Aku menghantam dada manusia itu dengan seluruh tubuhku. DUUAK!

Tubuhnya terdorong mundur, lututnya makin goyah.

“Zaza, sekarang—!”

Zaza berputar cepat, tubuhnya kembali lenyap sesaat, lalu muncul di sisi lain. Berserk Peck!

CRAAAK! Paruhnya menghantam lengan manusia yang memegang belati.

“AARGHH!” Belati terlepas, jatuh ke lumpur. Darah mengalir dari lengannya.

Titi dan Poci berteriak lega, “Kena!”

Manusia itu jatuh tersungkur, wajahnya berlumuran lumpur dan darah. Matanya masih melotot, tapi tubuhnya gemetar menahan sakit.

Aku berdiri di depannya, bulu-bulu basah menempel di tubuhku, dada naik-turun berat. Zaza berdiri di sampingku, masih dengan mata merah menyala.

Aku menatap manusia itu, lalu melirik Zaza. Dia menggertakkan paruhnya, wajahnya penuh amarah, seakan ingin langsung menghabisi.

Aku berdiri diam. Nafas terasa berat, bulu-bulu basah menempel erat di tubuh. Manusia itu terkapar, menggigil sambil menekan lengannya yang berdarah. Zaza menoleh padaku, matanya masih merah menyala, jelas ingin segera menghabisinya.

“Pemimpin… satu serangan lagi dan dia tidak akan pernah bangkit,” desisnya.

Aku menatap manusia itu, lalu entah kenapa, bayangan wajah Tegar, petani yang pernah kubunuh, muncul begitu jelas di pikiranku. Saat itu aku hanya seekor bebek yang marah, yang ingin bertahan hidup. Tapi setelahnya, rasa bersalah itu terus menempel…

Aku menggertakkan paruh, mencoba menahan rasa yang muncul di dada.

“Tidak, Zaza. Kita tidak boleh membunuhnya.”

“Apa…?!” Zaza mundur setengah langkah, suaranya tidak percaya. “Tapi pemimpin, dia manusia! Dia akan kembali lagi, membawa lebih banyak pemburu!”

Aku memejamkan mata sejenak. “Mungkin benar… tapi aku tidak mau membuat kesalahan yang sama seperti dulu.” Aku menunduk, menatap manusia itu yang kini hanya bisa menahan luka. “Jika kita membunuhnya, kita sama saja… tidak ada bedanya dengan mereka.”

Zaza terdiam, napasnya masih terengah, tapi perlahan matanya kembali normal, merah itu memudar.

Aku mendekat ke arah manusia, menatapnya tajam.

Manusia menutup matanya, sepertinya ketakutan.

Sayap ku sekarang ku kepakkan, memberi arahan kepada manusia tersebut untuk pergi.

Manusia itu menelan ludah, wajahnya tegang. Dia tidak sempat berkata apapun, hanya menatapku dengan campuran takut dan benci, lalu merangkak bangkit, menyeret tubuhnya menjauh. Darahnya menetes di sepanjang jalannya sampai akhirnya menghilang di balik pepohonan.

[UJIAN EVOLUSI SELESAI]

“Pemimpin, kita berhasil.” Ucap poci sambil membawa Titi, aku hanya mengangguk.

[+450 XP]

Poci sekarang mendekat ke arah bebek hitam itu. “Zaza, kamu terlalu memaksakan diri.” Ucapnya sambil memukul kepalanya.

Bugh!

“Zaza terlalu memasakan diri.” Titi mengikuti.

Zaza sekarang meng hmmm. “Berisik sekali kalian berdua.” Lanjutnya sambil menahan tawa.

[Level Anda Meningkat]

[Level 8 → Level 9]

[Level 9 → Level 10]

[Level 11 → Level 12]

[Level 12 → Level 13]

[Individu Bernama XXXX Siap Untuk Berevolusi]

...----------------...

*POV 3 – Manusia Pemburu

Pemuda itu berlari terseok, keluar dari dalam rawa dengan wajah pucat pasi. Nafasnya tersengal, tubuhnya gemetar, seakan baru saja lolos dari cengkeraman maut. Di lengannya ada goresan dalam, darah terus merembes, tapi ia sama sekali tidak peduli.

Di balik rasa takut yang masih membekas, ada bara amarah yang tak padam.

Seekor bebek. Hanya seekor bebek… pikirnya, rahang mengeras. Bagaimana mungkin aku, seorang calon petualang, dibuat lari seperti pengecut oleh seekor bebek?!

“Guild Hunter… aku akan kembali pada mereka,” gumamnya pelan, suara parau, namun sarat tekad.

“Aku tidak akan sendiri. Aku akan memanggil rekan-rekanku. Kami akan berburu… dan kali ini, bebek sialan itu tidak akan lolos.”

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!