NovelToon NovelToon
KINASIH (Babak Pertama)

KINASIH (Babak Pertama)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Persahabatan / Dunia Hybrid
Popularitas:431
Nilai: 5
Nama Author: Rona Aksara

Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.

Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.

SELAMAT MEMBACA..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11: Kenyataan Pahit

Desa orchidia porak poranda. Tidak ada yang sanggup menahan kuatnya arus pusaran angin yang dibuat oleh viola. Disana hanya terlihat puing-puing rumah para peri. Tak ada satupun yang masih kokoh berdiri.

Terlihat kinasih berjalan dengan tersuruk-suruk. Banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Pusaran angin membuatnya terjatuh dari ketinggian. Namun anehnya, tubuh kecil itu masih mampu untuk bertahan.

"lala... Lili... Kalian dimana?" teriak kinasih.

Tak ada jawaban. Mereka menghilang entah kemana. Kinasih masih berusaha mencari kedua peri disetiap sudut puing-puing rumah yang masih kokoh. Mungkin saja mereka masih bersembunyi disana. Nihil. Mereka tidak ada.

Kinasih tidak mampu lagi untuk terus berjalan menyusul ratu reyna. Dia rebahkan tubuh kecilnya di sebuah pohon yang besar. Napasnya tersengal. Kali ini dia merasa kalah telak dan tak mampu melawan Viola.

KIPP...

KIPP...

Suara kepakkan sayap peri terdengar samar dari kejauhan. Kinasih menatap lamat-lamat. Sesuai dugaannya, dilihatnya peri lili dan lala sedang terbang menghampirinya.

"tralala... Kau baik-baik saja?."

"trilili... Mengapa pertanyaanmu begitu, lala. Lihatlah banyak luka lebam di sekujur tubuhnya."

Kinasih memperhatikan kedua peri kembar tersebut. Kedua peri itu tidak terluka sedikitpun dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.

"k-k-kenapa...kalian baik-baik saja?" kinasih bertanya dengan suara terbata-bata.

"tralala... Saat pusaran angin menerjang desa. Aku dan lala terhempas masuk ke bangunan kubah milik sang tuan ratu." Peri lala mencoba menjelaskan.

"trilili... Benar. Maafkan kami, asih. Kami sudah memanggilmu, tapi dirimu tidak mendengarnya."

Kedua peri itu tertunduk. Merasa bersalah.

Kinasih menggeleng. "tidak usah khawatir. Yang penting kalian selamat, kan?."

Lalu kedua peri itu melihat ke arah desa mereka. Mereka dengan teramat jelas melihat para peri masih tergeletak tak sadarkan diri. Begitupun dengan oliver dan keluarganya. Lalu dengan khidmat mereka berdua menundukkan kepala di depan desa orchidia yang telah porak poranda.

"trilili... Maafkan kami jika tak bisa melindungi kalian." air mata mulai turun dari pelupuk mata peri lili.

"tralala... Maafkan kami juga jika tak bisa membantu kalian." Peri lala ikut menangis.

Kinasih ikut menangis. Tak kuasa menahan kesedihan yang dirasakan oleh semua penghuni desa orchidia.

"Peri lili... Peri lala... Sepertinya ratu reyna terhempas dan terjatuh di dalam hutan hujan."

"tralala... Sebaiknya kita cari tahu bagaimana keadaan tuan ratu sekarang."

"trilili... Benar, Asih apakah kamu sanggup ikut serta dengan kami?."

Kinasih mengangguk. Lalu dia segera berdiri. "aku sudah merasa baik-baik saja, demi tuan ratu apapun akan kulakukan meskipun diriku masih terluka. mari kita cari dimana tuan ratu berada."

...

Langit semakin gelap. Cahaya senja perlahan memudar. Viola menatap lamat-lamat sahabatnya yang telah menjadi batu.

"Sudah lama aku menantikan hari ini, reyna." Viola terkekeh.

Dia lalu berjalan. Memeluk sahabatnya.

"Setiap malam aku hanya menangis. Meratapi nasibku yang mungkin tak seberuntung dirimu. Namun kesabaranku juga ada batasnya. Tak selamanya aku hanya berdiam diri saja. Meskipun kau sahabatku. Aku tetap tega untuk melukaimu. Maafkan aku, ego ku selalu diluar kendaliku. Dan aku tetaplah orang yang jahat. Selamanya."

Dia lalu memetik setangkai bunga matahari. Dan meletakkannya di telinga ratu reyna.

"Sampai jumpa di titik pertemuan yang indah, reyna. Aku masih menunggu dirimu di dunia fantasi ini."

Kedua tangan dan kakinya mulai mengeluarkan cahaya berwarna hijau. Lalu perlahan terbang melesat entah kemana. Meninggalkan ratu reyna yang telah membatu di tengah hamparan bunga matahari.

..

Dari balik rimbunnya hutan hujan. Kinasih merasakan hawa yang berbeda. Hawa yang terasa sama ketika ia berhadapan dengan viola. Dia merasa ada yang janggal di dekatnya. Perlahan ia mengikuti sumber hawa itu berasal. Dan mengarah pada hamparan bunga matahari.

"Peri lala, Peri lili, apakah kalian merasakan hawa yang sama denganku?."

"tralala... Tidak, apa yang kau rasakan?."

"Aku merasakan hawa keberadaan penyihir jahat yang bertarung dengan tuan ratu. Dan hawa itu berasal dari balik rerimbunan itu." Ucap kinasih sambil menunjuk kearah depan.

"trilili... Bukankah itu hamparan bunga matahari?!." Peri lili terkejut.

"tralala... Cepat asih, kita cari tuan ratu disana."

Kinasih mengangguk. Dengan cepat kinasih menyibak rimbun tanaman di depannya. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat sebuah batu yang berdiri kokoh di tengah hamparan bunga matahari.

"Patung? Mengapa ada patung disini?." Kinasih mengernyitkan dahi.

Kedua peri itu hanya diam. Karena mereka tahu jika tak pernah ada seonggok batu yang berdiri di tengah hamparan bunga matahari yang sering mereka datangi.

Dengan tatapan kosong, mereka berdua perlahan mendekati batu itu. Kinasih mulai ikut berjalan di belakang mereka.

"tralala... Ini bukan patung biasa." sekujur tubuh peri lala melemas.

"trilili... Kau tahu dia siapa?." tanya peri lili kepada asih.

Kinasih mulai memperhatikan dengan polosnya. Bentuk patung tersebut terlihat jelas seperti seekor peri. Dan mahkota terlihat anggun di kepalanya. Dia tatap lamat-lamat patung itu.

"R-R-Ratu reyna?." ucapnya.

Peri lili dan lala mengangguk. Kedua kelopak matanya sudah tidak sanggup lagi menahan air mata.

Kinasih hanya diam. Hatinya seperti disayat sebuah pedang yang tajam. Dia tidak menyangka jika di dunia fantasi ini, masih banyak orang jahat yang berkeliaran. Dia pun tertunduk lesu di hadapan ratu reyna yang membatu. Perlahan isak tangis sudah tak bisa lagi ia bendung. Air matanya mengalir sederas-derasnya. Sekali lagi, dia masih tidak menyangka harus dihadapkan dengan sesuatu yang sangat menyakitkan.

..

Hari menjelang malam. Gelap telah sempurna menyelimuti seluruh bagian hutan hujan. Mereka bertiga memilih untuk kembali ke desa. Melihat kondisi para peri dan ketiga kurcaci.

"Dimana sang tuan ratu?." tanya seekor peri.

Kinasih lalu berjalan di tempat berdirinya ratu reyna saat mengumumkan jika mereka akan pergi ke lembah harapan. Disana kinasih disaksikan oleh semua peri dan ketiga kurcaci yang kini kondisinya sangat memprihatinkan.

"maafkan aku yang tidak bisa melindungi tuan ratu." Kinasih sesenggukan.

"Apa yang terjadi padanya?." tanya oliver dari balik kerumunan para peri.

"Ratu reyna ada di hamparan bunga matahari. Namun, kini dia telah menjadi patung yang menghiasi hamparan tersebut."

Semua peri dan ketiga kurcaci terdiam. Mereka tidak menyangka dengan perkataan kinasih.

Peri lili dan lala segera terbang dan hinggap di bahu kanan dan kiri kinasih.

"tralala... Semuanya harap tenang. Kami mengerti jika kalian sangat terpukul dengan keadaan ini. Namun, tidak ada yang harus disesali. Aku tahu jika kekuatan penyihir itu dapat dipatahkan. Seiring berjalannya waktu. Tuan ratu akan bangkit kembali. Dia masih hidup dibalik tubuhnya yang membatu."

"Darimana kau tahu jika kekuatan penyihir itu hanya sementara?." teriak seekor peri dari balik kerumunan.

"trilili... Aku dan peri lala pernah bergabung di sebuah akademi sihir. Disana kita diberi tahu jika semua kekuatan penyihir hanya berlaku sementara."

"lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?." tanya ayah oliver.

"tralala... Kita jaga tuan ratu. Hingga efek dari kekuatan penyihir itu menghilang."

Para peri dan ketiga kurcaci mengangguk. Menyetujui saran dari peri lala.

Malam itu desa orchidia dibalut rasa sedih yang mendalam. Pemimpin mereka telah dikalahkan oleh seorang penyihir jahat, Viola. Meskipun ratu reyna masih hidup, tapi tetap saja rasa sedih itu masih terasa di hati para peri, ketiga kurcaci, dan kinasih.

.....Bersambung.....

1
Oscar François de Jarjayes
Sudut pandang baru
Rona Aksara: engga, itu cuma adegan pembuka aja, sudut pandangnya masih kinasih kok
total 1 replies
Dâu tây
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
Rona Aksara: merinding sebadan badan ga kak? /Chuckle/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!