NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Kenangan pahit

Bab 12

Tubuh Gevan terseret masuk ke dalam, tangan Marina mencoba menjangkau. Dia terlembat mengikuti, seperti rencana awalnya. Kini keduanya dipindahkan oleh sosok yang dia kenali.

.

.

.

Di atas bukit hijau, nan rindang. Kedua mata mereka saling bertemu. Walau tertutup topi hitam, Marina segera mengeluarkan pisau dari sakunya.

"Sudah tahu ini dari awal, rupanya?"

"Hahaha,"

"Setiap ada masalah, aku selalu bertemu denganmu nona,"

Marina langsung melayangkan pisau kecilnya.

Namun pengawas sudah menghilang ke belakang...

Dia menjentikkan jari ke atas, seluruh dunia langsung terhenti seketika. Marina melihat kejadian yang sudah tak lagi dipusingkan, hanya berdiri sambil menatap tajam ke arah pengawas.

"Dari dulu, kaulah yang paling menyebalkan. Selalu mengganggu diriku!" Marina berlari, memberikan tonjokan, dengan secepat kilat angin berpusat pada mereka membuat waktu semakin menegangkan disaat-saat ini.

Tangan besarnya, mengeratkan kepal tangan kecil Marina. Ia dilempar dengan sangat enteng seperti kertas yang sudah tak berguna.

"Nona... Nona... Apa menurutmu, menolong seseorang akan berhasil?"

"Apa menurutmu, orang yang anda selamatkan itu akan hidup?"

"HAHAHAHA, menarik! Anda sudah jadi pemenangnya! Anda sudah jadi pemain satu-satunya yang tersisa, tapi... Tak ada rasa syukur sama sekali..."

"Ekh-"

Ia mengerang kesakitan, seluruh tubuhnya seperti dikoyak. Namun, sekejap kemudian rasa sakit itu seolah hilang sirna begitu saja.

Wajahnya terangkat, hanya untuk melihat sosok besar didepan sana. Seorang pengawas yang jelas bukanlah sosok manusia, atahupun hewan.

"Ka-kau iblis, aku dan Joy lah yang tersisa... Ke-napa... Hanya aku saja?"

"Oh... Itu? Apa anda merasa bersalah atas kematian teman anda?"

"DIAM KAU BAJINGAN!!!" teriak Marina tak suka, dia menggeret tubuh, merangkak lalu melingkarkan lengan ke kedua kaki pengawas.

"Menurutmu... Itu adil? Bagimu? Teman-teman ku yang mati di sana, bagai medan perang... Ka-kau dan kalian semua hanya tertawa di atas langit sana..."

"Kalian bukan god atahu dewa, kali-an... I-blis!!"

"KALIAN IBLIS!!!"

"DUAGH ! -"

Pengawas langsung menginjak kepala Marina bertubi-tubi, di akhir injakan pria itu mengeluarkan duri tajam dari sol sepatu bawahnya lalu ditusuk ke kepala Marina sampai tembus ke tanah.

"Akh! -"

"Ak-h..."

"Manusia abadi yang tak berguna, bahkan setelah menang... Biasanya orang akan menjadikan kesempatan itu menjadi penguasa para manusia, tapi dirimu berbeda,"

Keluar darah dari kedua mata, hidung dan mulut gadis itu.

Lukanya cepat sembuh tanpa obat, hanya menyisakan darah saja.

Marina terkekeh keras,"pfft! Hahahaha! Kau kira aku sama dengan bajingan sepertimu Tuan? Kau juga sama, sama-sama kejinya, memberikan semua orang pilihan yang tak adil, membuat semua orang tersiksa, dan membuat semua orang dilupakan oleh keluarga, kekasih dan teman yang mereka cintai selama hidup,"

"Itu yang kau senangi bukan?"

Bugh! Kepala gadis itu dijatuhkan. Pengawas balik badan.

"Hm, betul juga, jadi kau sudah tahu?"

"BANGSAT!!!"

Marina langsung emosi sendiri, dia melemparkan batu ke kepala pengawas padahal takkan berdampak apa-apa.

"Kalian... Kalian... Tidak menjadikan pemain tenang di surga! Kalian membuat mereka menjadi entitas mengerikan!!"

Kepala Marima berdenyut seketika, dia mengingat lagi suara-suara yang terus menghantuinya.

"Marina! Kau meninggalkan kami!"

"KAU MENANG SENDIRI!! TANPA KU!!!"

"Akh-" Marina memegang kepalanya, dia merasa tak kuasa dengan semua penderitaan ini. Daripada hidup abadi, lebih baik dia mati di awal permainan, bahkan bila perlu tak perlu ikut serta.

"HAHAHAHA!!" Lagi-lagi pengawas tertawa terbahak-bahak.

'Sialan... Aku ingin merusak wajahnya! '

"Kau ingin merusak wajahku? No, no, no,"

'Apa?! Dia bisa baca pikiranku?! '

"Bisa dong... Apa yang tak bisa sayang?"

Pria itu berdiri mendekat, mengangkat dagu Marina ke atas sambil tersenyum menggoda."Nona, ah tidak... Pemenang nomor 999, apakah anda setuju dunia ini hancur?"

"JANGAN OMONG KOSONG! BANYAK ORANG YANG BERHAK HIDUP!"

Mata si pengawas langsung menatap tak suka, dia membuang wajah gadis itu lalu berpaling.

"Oh, untuk apa? Mereka semua egois, tak ada simpati, dan suka mementingkan diri sendiri,"

"Apa nona masih tak ingat kejadian dimana kau harus memilih antara ibu hamil atahu anggota dewan perwakilan? Maksudku, banyak orang yang memilih ibu hamil itu karena mereka dijanjikan uang kan?"

Deg- Marina tercengang sendiri, dia ingat kejadian itu. Pilihan yang sangat sulit, bahkan dirinya pertama kali menusuk orang dari belakang bersama orang-orang yang tamak.

Flashback.

"Kita menang lagi! Yeay!!" Marina dibuat lompat-lompat gembira oleh temannya, mereka semua berkumpul.

Di tengah malam hari, tak seperti biasanya ada pemberitahuan baru. Biasanya akan terjadi saat matahari sudah nampak di jendela base mereka.

"Apa-apaan ini?"

"Ibu hamil atahu orang itu! Kau gila!!!" Seru perempuan tomboy, Marina ketakutan dia langsung memeluk ibu hamil yang sedang mengandung besar, ibu itu lah yang juga selalu mengsupport dirinya setiap hari.

"Kita terlalu sedikit, anggotanya banyak..."

"Aku tidak papa mati, tapi jangan anakku..."

Marina menggeleng, dia ikut tak terima."A-ap-apa... Tak-tak ada ca-ra la-in?"

"Cara lain apa hah! Kalian mau mengvoting dia agar aku mati daripada wanita jalang itu!!"

"Diam kau! Kau lebih sampah! Kenapa tak mengorbankan diri untuknya..."

Marina meneguk ludah, melihat teman-teman nya lebih agresif tak mau mengorbankan sang ibu hamil daripada anggota yang ada di belakang dewan perwakilan, mereka mulai sepakat saling berdiskusi.

Diskusi yang sangat panjang, dan mereka percaya bahwa ada jalan tengahnya.

10 menit sebelum membuat pilihan suara siapa yang akan bertahan hidup.

Marina memberikan roti dan susu miliknya yang tadi dia sempat curi di gedung terbengkalai, setiap misi pasti semua gedung takkan ada orang lain kecuali mereka.

"Bu, tolong anda makan dulu,"

Ibu hamil itu sudah pucat pasi, wajahnya nampak khawatir bahkan mengelus perut anaknya.

"Bagaimana dengan anakku, bagaimana dengan anakku... Dia takkan lahir karena ibunya mati,"

"Tolong jangan berkata seperti itu, pasti anda bisa!" Ucap Marina menyemangati.

Tapi wajah dan kedua kantong mata ibu hamil itu sudah menghitam, nampak dia sangat lemah."Tolong aku..."

"Ku mohon..." Pegangnya pada kedua tangan Marina.

Voting di mulai, banyak orang mulai mengisi papan tablet tapi itu hanya persiapan, yang sebenarnya akan terjadi sebentar lagi.

Tablet disediakan untuk semua pemain, di beberapa sesi biasanya tablet itu akan diberikan.

Joy dan kedua teman Marina ada disampingnya, mereka saling berbisik."Aku kasihan pada ibu itu, dia banyak menolong kita..."

"Kita sepakat voting siapa kalau begitu?"

Marina meneguk ludah,"aku terpaksa harus tidak pilih bapak-bapak itu, aku tak punya pilihan lain..."

Joy mengangguk,"memang, aku juga pilih dia... Dia lebih baik mati, dia selalu arogan, suka memimpin orang seenaknya."

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!