NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Misi Ketiga

Misi Ketiga: Cinta yang Hilang Arah

Langit di Asmaraloka meredup, dan Manik Asmara yang terletak di ruang tengah istana mulai berpendar merah redup—tanda ada cinta yang hilang arah. Romeo dan Tina dipanggil oleh sinar itu, lalu dalam sekejap mereka dibawa ke dunia fana, ke dalam rumah kecil sederhana milik Bayu dan Nadia.

Suasana di rumah itu sunyi, penuh debu, dan hampa kehangatan. Bayu duduk dengan wajah lelah, matanya terpaku pada layar laptop yang tak pernah berhenti menyala. Di sisi lain, Nadia hanya duduk di sofa dengan tatapan kosong menembus jendela, jemarinya meremas sudut bantal yang usang.

Foto-foto pernikahan mereka tergantung miring di dinding, nyaris terlupakan, dan tumpukan lukisan setengah jadi menumpuk di sudut ruangan, ditinggalkan begitu saja.

Tina menghela napas pelan. "Mereka ini... kayak hidup bareng, tapi nggak benar-benar bersama."

Romeo—sebagai Kamanjaya—mengamati situasi, lalu membuka busur kecilnya yang berkilau keemasan. Di tangannya, satu anak panah Asmara dengan ujung permata merah muda bersinar lembut. Tina mendekat, memperhatikan serbuk cinta yang juga mulai berpendar di telapak tangan Romeo—partikel halus yang hanya bisa dilihat oleh mereka berdua.

"Ayo, kita bantu mereka." kata Romeo dengan nada mantap.

Romeo menarik busurnya perlahan. Ia membidik Bayu dan Nadia, dan melepaskan panah Asmara yang terbang bercahaya merah muda, tepat mengenai dada masing-masing. Tubuh Bayu dan Nadia terkejut sejenak, seolah aliran hangat merambat melalui dada mereka, membuat mereka sejenak berhenti dari aktivitas masing-masing.

Tina membuka telapak tangannya, meniup serbuk cinta ke arah pasangan itu. Serbuk berkilau beterbangan, mengelilingi mereka, membawa kilasan kenangan yang dulu pernah mereka simpan—saat Bayu dan Nadia tertawa bersama di tengah hujan, saat mereka membuat janji kecil untuk saling menjaga, hingga tatapan penuh cinta di hari pernikahan mereka.

Bayu mendongak dari laptopnya, tatapannya kosong, lalu matanya mulai berkaca-kaca. Di saat yang sama, Nadia menunduk, meraba lukisan lama di dekatnya, dan bulir air mata jatuh dari matanya.

"Aku... terlalu sibuk sama kerjaan, sampai aku lupa kita dulu punya mimpi bareng, Nad..." bisik Bayu dengan suara serak. Nadia menatap Bayu dengan mata merah. "Aku juga salah, aku nyerah duluan... aku berhenti ngomong, aku berhenti bilang kalau aku kangen kamu..."

Mereka saling mendekat, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama. Tubuh mereka saling gemetar, suara mereka bergetar, namun tangan mereka mulai menggenggam erat.

Romeo dan Tina berdiri tak jauh dari mereka, menyaksikan momen itu dengan lega. Manik Asmara di tangan Romeo mulai bersinar terang, menandakan cinta yang tadinya hilang arah mulai menemukan jalannya kembali.

Bayu menarik napas panjang, menatap Nadia, lalu berbisik, "Mulai dari sekarang... ayo kita coba lagi, ya? Kita belajar saling dengerin, kayak dulu."

Nadia mengangguk sambil menangis, lalu memeluk Bayu erat. Sementara itu, di belakang mereka, Tina mencuri pandang ke arah Romeo, bibirnya tersenyum kecil, meskipun hatinya bergemuruh. Dalam dirinya, terlintas pertanyaan yang menggantung: "Kalau cinta mereka bisa diselamatkan... bagaimana dengan cinta gue? Sama Romeo?"

Romeo, yang masih menggenggam busurnya, melirik Tina sejenak, lalu tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa. Mereka tahu—misi ketiga selesai, tapi perjalanan mereka... masih panjang.

Setelah cahaya Manik Asmara meredup, pertanda misi ketiga selesai, Romeo dan Tina kembali ke istana Asmaraloka. Langkah mereka berat, lelah setelah perjalanan panjang yang penuh emosi.

Tina langsung meregangkan tubuhnya di dekat pintu kamar megah itu, mengeluh sambil memutar lehernya yang pegal.

“Lama-lama badan gue encok ya,” gumam Tina, separuh bercanda, separuh kesal.

Romeo menyandarkan punggung di dinding, mengamati Tina dengan ekspresi datar tapi matanya menunjukkan rasa iba. Dia mendekat dan menatap pantulan mereka berdua di cermin besar berbingkai emas.

“Tina... Lo sadar gak sih? Berapa hari kita di sini?” tanya Romeo, nadanya serius.

Tina, yang masih duduk sambil memijat pundaknya, melirik ke arah cermin. Seketika dia terdiam. Refleksi di cermin membuat matanya melebar: mereka terlihat berbeda. Bukan hanya gaun Tina yang mulai terlihat lebih elegan atau jubah Romeo yang semakin megah—wajah mereka juga berubah.

Garis rahang yang lebih tegas, sorot mata yang lebih tajam, dan aura kedewasaan yang mulai terpancar dari diri mereka.

Tina berdiri perlahan, mendekat ke cermin. Ia mengangkat tangannya, menyentuh pipi sendiri, seakan tak percaya.

“Romeo... kita... kita kelihatan beda banget... Kayak... Orang dewasa.” suaranya gemetar.

Romeo berdiri di sampingnya, tatapannya kosong namun penuh pertanyaan.

“Awalnya kita kayak anak sekolah biasa. Sekarang, kita kelihatan... tua, Na.”

Mereka saling bertukar pandang. Waktu di Asmaraloka berjalan berbeda. Mereka sudah melewati tiga misi, dan kini, waktu terasa seperti berputar lebih cepat di dunia itu.

Tina menggigit bibirnya, mencoba menahan kecemasan yang mulai menggerogoti pikirannya. “Kalau kita di sini terus... umur kita di Bumi juga ikut bertambah, kan?” suaranya lirih, penuh rasa takut.

Romeo hanya terdiam, tatapannya kembali ke cermin, memandangi bayangan mereka yang semakin asing. Dalam hati, dia mulai bertanya-tanya... Apakah semua ini akan mengubah mereka selamanya?

Romeo memandang bayangan mereka di cermin besar yang ada di aula. Di sana, mereka terlihat... berbeda. Pakaian mereka bukan lagi seragam sekolah atau baju kasual, tapi busana istana: Romeo dengan jubah merah keemasan dan Tina dengan gaun putih keperakan, ada semburat cahaya samar yang seolah memancar dari tubuh mereka.

“Lo sadar nggak sih, Tin?” tanya Romeo, nadanya serius. “Dari awal kita di sini, kayak ada yang berubah. Lo makin... kayak Dewi beneran. Gue juga. Apa ini efek kita titisan Kamanjaya dan Kamaratih?”

Tina berhenti, terdiam, memandangi tangannya sendiri. Ada ukiran samar berbentuk bunga di pergelangan tangannya, yang tak ada sebelumnya. Ia menatap Romeo dengan ragu.

“Rom... kalau kita emang titisan mereka... berarti kita emang di sini buat bantuin cinta orang lain? Sampai kapan? Terus... kita sendiri gimana?”

Romeo terdiam, sorot matanya dalam, seperti memikirkan sesuatu yang lebih dari sekadar misi-misi cinta itu.

Tiba-tiba, suara lembut terdengar di ruangan. Itu suara Pelayan Istana Asmaraloka yang muncul sambil membungkuk sopan.

“Yang Mulia... Dewa Kamanjaya dan Dwi Kamaratih... Pangeran dan Putri Asmara... istirahatlah malam ini. Cahaya Manik Asmara akan kembali bersinar esok pagi untuk misi selanjutnya.”

Tina menatap Romeo, lalu mendesah lelah.

“Yaudah, Rom. Gue tidur duluan ya. Lo jangan ganggu.”

Romeo hanya tertawa kecil, memandang Tina yang berjalan pergi dengan langkah malas, gaunnya bergemerisik halus di lantai.

Tapi sebelum Tina menghilang di balik pintu kamar, Romeo sempat berkata, lirih...

“Gue nggak ganggu kok... cuma... jangan pergi jauh-jauh aja, Na.”

Tina sempat berhenti sejenak, tapi akhirnya masuk ke kamar tanpa menjawab.

Romeo menatap pintu itu, senyum tipis terukir di wajahnya. Dalam diam, ia menyadari... mungkin bukan hanya cinta orang lain yang harus mereka bantu, tapi cinta di antara mereka juga sedang diuji di dunia ini.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!