Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 12 Terlambat Bangun
Aira duduk di warung tenda dekat perumahan tempat tinggalnya dan Yusuf. ia menunggu telepon dari Yusuf untuk menyuruh Aira pulang. waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam tapi Yusuf tak kunjung memberinya kabar. Aira sudah jenuh dan lelah ia ingin segera mandi dan beristirahat di kamarnya. besok pagi Aira harus berangkat bekerja tidak boleh sampai terlambat.
Waktu semakin berjalan, sekarang pukul sepuluh malam. Aira memutuskan menelpon Yusuf.
"Assalamualaikum mas, Aira sudah boleh pulang?"
"Hmmm" Yusuf terdengar malas menjawab telepon Aira.
setelah itu Yusuf mematikan telepon tanpa mempedulikan Aira.
Aira segera berjalan kaki menuju rumahnya yang sudah dekat. setibanya di rumah ada sekuriti yang membuka pintu gerbang.
"Malam Bu Aira, kenapa jalan kaki?" tanya Edi sekuriti di rumah Yusuf.
"Iya pak Edi" jawab Aira singkat dan langsung berjalan menuju pintu.
Aira membuka pintu depan yang tidak terkunci. ia menatap ruang utama yang berantakan. bungkus makanan ringan berserakan. potongan pizza tidak di habiskan tertinggal di meja. piring kotor bekas makanan juga menumpuk ada di lantai, di atas meja. gelas kotor bekas minuman juga terlihat tidak beraturan di atas meja ruang utama.
Air pikir sesampainya di rumah ia bisa langsung istirahat tapi sepertinya ada pekerjaan rumah yang harus segera di tuntaskan.
Aira mengambil tumpukan piring dan gelas lalu membawanya ke dapur. Yusuf yang melihat Aira kerepotan hanya terdiam sambil mengambil air minum dari lemari es. Yusuf kembali berjalan menuju kamarnya tanpa bertanya sepatah katapun pada Aira. apa lagi rasa bersalah sama sekali tidak terlihat di wajah Yusuf.
sembari mencuci piring Aira berpikir keras apa yang harus ia lakukan setelah ini. jika ia sudah memiliki pekerjaan itu artinya Aira tidak perlu bergantung pada Yusuf untuk kebutuhannya. Aira pikir ini adalah saatnya ia lepas dari Yusuf.
Selesai mencuci piring dan membereskan ruangan depan Aira segera pergi ke kamarnya untuk mandi lalu beristirahat.
***
Paginya Aira bangun terlambat karena semalam sulit tidur.
"Aira kau tidak memasak?!" tanya Yusuf ketus. ia menatap meja makan yang masih kosong.
"Maaf mas aku sudah terlambat" Aira berjalan cepat menyambar tasnya karena taksi online sudah menunggu di luar.
"Aira!" Yusuf memanggil Aira yang sudah memasuki taksi. ia terlihat kesal dan jengkel.
Yusuf melihat jam tangannya, ia merapikan jasnya dan bergegas pergi ke kantor. ia terpaksa tidak sarapan pagi ini karena Aira tidak memasak. Yusuf tidak terbiasa sarapan di luar, biasanya di rumah orang tuanya ada Kiki yang menyiapkan seluruh keperluan sekaligus sarapan anggota keluarga Ibrahim. kini Yusuf hanya tinggal berdua saja dengan Aira jadi jika Aira tidak memasak Yusuf juga tidak makan.
Yusuf tiba di lobi kantornya. ia melihat Diandra ada disana seperti biasa wanita itu terlihat cantik dan menawan. stelan kerja yang modis membuat Diandra semakin istimewa terlebih di mata Yusuf.
"Pagi sayang" sapa Diandra begitu Yusuf menghampiri dirinya.
"Pagi, kau sudah disini?" tanya Yusuf sedikit tidak mood. meski ia senang melihat Diandra tapi tadi di rumah Aira membuatnya jengkel jadi moodnya juga rusak pagi ini.
"Yuk" Yusuf mengajak Diandra ke ruang kerjanya. kali ini ajakan Yusuf terdengar datar saja tidak seperti biasanya.
"Ada apa sayang? ada masalah?" tanya Diandra.
Yusuf terdiam sembari memencet tombol lift.
"Dia membuatku jengkel, sudah di kasih uang belanja tapi tidak memasak. aku jadi tidak sarapan pagi ini" jawab Yusuf tanpa memperhatikan wajah Diandra. ia menatap pintu lift yang tertutup.
"Siapa? istri mu?" tanya Diandra menyindir.
Yusuf terdiam, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana. wajah Aira terbayang di benaknya. rasanya kesal sekali ia ingin memulangkan Aira ke pesantren kyai Umar.
"Dia itu jadi istri benar-benar tidak becus! tidak bisa melayani dengan benar" umpat Yusuf masih kesal.
Diandra memperhatikan Yusuf, kali ini ia merasa Yusuf berubah.
"Tidak becus melayani? memangnya kau berharap dia melayani mu seperti istri sungguhan? kau bilang kalau tidak akan tertarik padanya?! hanya karena dia tidak memasak sarapan untuk mu saja kau bisa. semarak ini? apa di luar sana tidak ada restoran atau rumah makan yang menjual makanan sampai kau panik tidak memakan masakan istrimu?!"
Yusuf termenung mendengar amarah Diandra. begitu pintu lift terbuka Diandra langsung melangkah keluar tanpa mempedulikan Yusuf.
"Tunggu Dian! kau salah paham. maksudku bukan begitu tapi..."
"Tapi apa? kau mulai tertarik padanya? pada gadis jelek itu?"
"Itu tidak mungkin Diandra, kecuali dunia hampir kiamat aku akan tertarik padanya"
"Kau mulai aneh Yusuf" Diandra berbalik lalu berjalan pergi. ia sudah tidak mau berbincang di ruang kerja Yusuf. kali ini Diandra perlu merasa waspada. terkadang cinta bukan tumbuh dari tampilan fisik semata tapi juga karena kebiasaan. tampilan Aira memang jauh dari kata modis dan glamor juga tidak cantik. tapi jika Yusuf terbiasa dengannya lama-lama Yusuf bisa mencintai Aira tanpa Yusuf sadari.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong