NovelToon NovelToon
Istri Siri Om Majikan

Istri Siri Om Majikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.

Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.

Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…

Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 12

Bu Ida, Bu Ani dan pak Bahar serta beberapa orang yang disuruh langsung oleh Syifa sedang menghitung jumlah uang yang diterimanya. Mereka tidak mengetahui siapa orang dibalik yang memerintahkan mereka.

Orang misterius tersebut memberinya gaji atas usaha dan kerjaan yang baru saja dikerjakannya. Uang itu cukup banyak padahal menurut mereka kerjaannya cuman bicara saja.

“Alhamdulillah, kita dapat masing-masing dua juta hanya untuk menggrebek Bu Darma wanita murahan itu,” ucapnya Pak Fajar sambil menghitung bagiannya dari dalam amplop.

“Syukurlah, besok kita bisa belanja keperluan sehari-hari dan juga kebutuhan untuk lebaran,” timpalnya Pak Joko.

“Kita ada delapan orang yeh, berarti perempuan itu mengeluarkan uang sebanyak 16 juta hanya untuk mengusir dan melaporkan tindakan asusila dan tak senonoh Tono dengan Bu Darma,” ujarnya yang lain.

“Perempuan itu pasti bukan orang sini dan tentunya orang kaya. Kalau orang sini mana ada yang sekaya dan sebaik wanita tersebut,” imbuhnya Pak Harun.

“Bu Ida apa Kamu mengetahui siapa perempuan tadi?” Tanyanya Bu Ani.

Bu Ida menggelengkan kepalanya,” Saya juga nggak tau ibu Ani karena dia memakai penutup wajah sehingga saya kesulitan untuk mengenalnya.”

Bu Ani menatap satu persatu orang yang berdiri di depannya, “Kalian apa ada yang mengetahui indentitas orang tersebut?”

Semua orang kompak dan berbarengan menggelengkan kepalanya,” kami tidak tahu dan yang jelasnya kerjaan kita beres aman terkendali.”

“Jaga rahasia ini untuk selamanya agar kelak hidup kita aman dan makmur karena wanita itu berjanji kalau dia akan kembali berbagi-bagi rezeki,” ucapnya Pak Jono.

“Betul itu jangan ada yang cerewet menyampaikan rahasia kita ini,” pintanya Bu Ida.

Semua orang bubar kembali ke rumah masing-masing dengan senyuman lebar terlihat dari mimik wajah kedelapan orang itu. Karena baru kali ini mendapatkan uang yang cukup banyak hanya modal cerita dan bacok doang.

Sedangkan di tempat lain, di dalam rumahnya Syifa tanpa adanya Parasit dan Benalu lagi dia bisa bernafas lega.

“Ternyata kekuatan uang itu sangat dahsyat yah! Untungnya tuan Muda Jonathan memberikan uang yang cukup banyak setiap bulannya sebagai jatahku menjadi istri simpanannya.”

Syifa bisa bernafas lega dan tidur pulas malam ini karena satu persatu rencananya berjalan lancar dan mulus tanpa hambatan seperti jalan tol.

“Benar katanya Mbak Fatma cuman modal buka paha lebar-lebar sudah bisa nikmatin uang banyak. Untungnya kami sudah sah sebagai pasangan suami istri jadi nggak dosa besar melakukannya.”

Syifa menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas ranjang yang baru saja dibelinya. Dia memejamkan matanya sekitar sepuluh menit baru terpejam, hpnya yang ada di atas meja nakasnya berdering.

“Ahh siapa yang nelpon malam-malam begini sih!?” Gerutunya Syifa yang kesal karena istirahatnya harus terganggu.

Syifa meraih benda pipih sejuta manfaat itu dari atas meja nakasnya, dan betapa jengkelnya ketika melihat nama orang yang menelponnya.

“Amri! Si matre itu ngapain lagi nelepon tengah malam begini?” sungutnya.

Dia menekan tombol merah karena baginya tidak ada alasan untuk berbicara dengan pria yang otewe menjadi mantan kekasihnya.

“Lebih baik tidur terus mimpiin ketemu babang Ichank daripada harus buang-buang waktu ladenin pria Mokondo itu!”

Beberapa kali Amri terus menghubungi nomor ponselnya Syifa tapi satupun tidak ada yang diangkatnya. Setelah beberapa menit kemudian, telponnya kembali senyap karena kemungkinannya Amri sudah capek dan kelelahan menghubungi nomor ponselnya Syifa.

Baru dalam hitungan sepersekian detik, hpnya kembali bergetar sekaligus berdering membuat Syifa kembali menggerutu, ngomel-ngomel dan bersungut-sungut tidak karuan saking marahnya dengan orang yang telah mengusik ketenangan hidupnya.

“Ya Allah ya Robbi siapa lagi sih!?”

Kedua kelopak matanya yang sulit terbuka lebar seolah ada lem perekat yang menempel di kedua matanya.

Dia menggulir tombol hijau tanpa melihat baik nama sipemanggil.

“Ya Tuhan, Amri kamu punya sopan santun nggak sih! Kamu sadar nggak kalau sekarang sudah jam 1 malam. Aku belum tidur nanti jam tiga bangun masak persiapan sahur kamu malah nelpon!” Kesalnya.

Dai langsung nyerocos mencerca dan memaki-maki orang yang menelponnya.

“Kalau nggak punya kerjaan ngga usah nelpon! Kamu tau nggak aku baru saja mau tidur Kamu kembali menelpon!” Ketusnya.

Nafasnya sampai-sampai tersengal ngos-ngosan saking marahnya waktu tidurnya terganggu. Tetapi, suara deheman seseorang dari balik telpon membuatnya terperangah tak sanggup berkata-kata lagi.

“Hemph!”

“Apa benar itu Tuan Muda Jo,” gumamnya sambil mengecek ponselnya ingin melihat apa benar dugaannya benar kalau yang menelpon adalah suaminya.

Syifa sambil melongo, kedua bola matanya terbelalak mulutnya menganga lebar mendengar suara bariton pria yang sangat dikenalnya itu.

“Hehe, Tuan Muda pertama ternyata yang nelpon toh. Maaf saya kirain itu orang lain,” cicitnya Syifa yang malu banget benar-benar sangat malu sudah didengar berbicara sedikit kasar.

“Kamu masih di kampung?” Tanyanya.

“Iya Tuan Muda, insha Allah, seminggu lagi baru balik dari sini,” jawabnya dengan penuh kelembutan.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan yang terjadi selanjutnya karena Jonathan langsung mematikan sambungan teleponnya bersamaan dengan suara seseorang perempuan yang tanpa sengaja Syifa dengar.

“Sayang,” ucap perempuan itu yang masih sanggup kedengaran hingga ke rungunya Syifa.

Tapi Syifa sama sekali tidak menghiraukan masalah siapapun orangnya dan tidak mau tahu siapa perempuan yang memanggil suaminya dengan sapaan sayang karena baginya hubungan mereka hanya sebagai simbiosis mutualisme saling menguntungkan.

Syifa kembali membaringkan tubuhnya saking ngantuknya hingga dia terlelap dalam tidurnya hanya dalam hitungan detik saja, sudah terdengar suara dengkuran halus dari bibir mungilnya.

Sedangkan di tempat lain yang cukup jauh, tepatnya di luar negeri yaitu Tokyo, Jepang.

“Harus berapa kali aku bilang jangan pernah langsung masuk ke dalam kamarku tanpa meminta izin terlebih dahulu dan ini berlaku kepada semua orang bukan hanya untuk kamu saja!” Ketusnya Jordan sambil menghempaskan tangannya Casandra dari lengannya.

“Apa masuk ke dalam kamar calon suami sendiri salah yah?” Tanyanya Casandra sambil duduk di atas sofa hingga belahan bagian pahanya terlihat jelas di matanya Jordan tapi sama sekali tidak membuatnya sedikitpun tertarik melihatnya.

“Aku tidak memandang kamu itu calon istri atau siapapun! Mami dan papi aku saja kalau mau masuk pasti meminta ijin tapi kamu terlalu lancang tak mengindahkan peringatan dariku!” Tegas Jordan.

“Seminggu lagi kita akan menikah kenapa kamu sangat dingin dan cuek dan padaku, apa aku kurang cantik dan nggak seksi dimatamu?” Tanyanya Cassandra.

Jordan menatap jengah Casandra wanita yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya itu.

“Aku setuju menikah denganmu karena ada alasannya dan jangan pernah berharap lebih dari pernikahan kita nantinya!” Ucap Jordan kemudian meraih kunci mobil dan ponselnya.

Jordan meninggalkan Casandra dengan sejuta kekesalan dan kemarahan yang menumpuk di dalam benaknya.

“Aku akan berjuang untuk menaklukkan hatimu Jordan Asher Gabriel!” Tekadnya Casandra.

Jordan malam itu memesan tiket pesawat untuk pulang ke Jakarta Indonesia. Dia ingin menemui istri simpanannya yang sudah seminggu lebih tidak disentuhnya, apalagi mengingat pekerjaannya di Tokyo sudah selesai.

Sesampainya di Jakarta, dia menuju kampung halamannya Syifa dan yang mengetahui hal itu hanya Jamal dan Fatma.

Jamal menjemput tuan Mudanya dari bandara internasional Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta.

“Kita langsung ke desa tempat tinggalnya Syifa, Tuan Muda?” Tanyanya Jamal hati-hati.

“Iya,” jawabnya singkat padat dan jelas sambil menyandarkan kepalanya ke belakang sandaran jok mobilnya.

Perjalanan cukup panjang, jauh dan melelahkan. Sesekali mereka berhenti di rest area untuk beristirahat.

“Tuan Muda Pertama, sebaiknya Anda mengganti pakaian Anda terlebih dahulu takutnya semua orang mencurigai siapa Anda sebenarnya,” pintanya Jamal.

Jordan memindai penampilannya dari atas hingga ke ujung kakinya,” oke! Kita cari toko pakaian dan tolong belikan beberapa potong pakaian karena aku akan tinggal di sana beberapa hari!” Titahnya Jordan.

“Siap Tuan Muda!” Balasnya Jamal kemudian memperhatikan sepanjang jalan yang dilaluinya untuk mencari toko pakaian.

Berselang beberapa menit kemudian, Jamal sudah membeli satu lusin pakaian hari-hari untuk Jordan. Yaitu pakaian yang cukup sederhana dan murah untuk menyamarkan identitasnya selama berada di kampung dan tak lupa tentunya tetek benget semua perintilannya seperti perlengkapan mandi, perawatan tubuh serta pakaian dalam sudah tersedia di dalam sebuah koper besar.

Perjalanan mereka tempuh cukup membuat bokong keduanya kepanasan dan sampailah mereka di jalan masuk menuju ke alamat rumahnya Syifa.

“Tuan Muda, sebaiknya mobil kita ini diparkirkan di tempat yang aman selanjutnya kita bisa menyewa sebuah motor untuk kendaraan yang kita pakai selama di sana,” usulnya Jamal.

“Atur saja bagaimana baiknya,” ucapnya sambil memperhatikan sekitarnya hamparan sawah yang menguning memanjakan matanya di sepanjang jalan kenangan eh jalan yang dilaluinya.

Setelah bernegosiasi dengan pemilik motor, Jamal mengemudikan motornya untuk menjemput tuan Mudanya yang menunggunya di suatu tempat.

Keduanya sudah mirip seorang pendatang baru dari kota besar. Bagaimanapun dia menyamarkan identitasnya tetap kelihatan kalau Jordan bukanlah orang biasa. Apalagi mengingat wajahnya yang peranakan bule sehingga semakin jelas terlihat bahwa dia bukan dari kalangan rakyat biasa seperti kalangan rendahan.

Jamal menghentikan laju kendaraannya ketika melihat Pak Banu Hasyim yang baru saja pulang dari sawahnya.

“Assalamualaikum Pak,” sapanya Jamal dengan ramah.

“Waalaikum salam, maaf ada apa anak muda?” Tanyanya pak Banu sambil melirik ke arah Jordan yang berdiri celingak-celinguk mencari keberadaan Syifa.

“Saya mencari rumah kosan untuk kami huni selama seminggu Pak, kebetulan kami adalah orang dari Jakarta yang rencananya akan melakukan penelitian di desa sini karena kami mendapat tugas dari kampus kami,” jelasnya Jamal yang jelas-jelas itu adalah kebohongan besar.

“Oh begitu, sebenarnya ada sih tapi milik keponakan saya yang memang rencananya ingin dikontrakkan. Kalau nggak keberatan mari bapak antar ke sana,” ujarnya Pak Banu tanpa menaruh curiga sedikitpun dengan dua anak muda itu.

“Alhamdulillah kalau begitu Pak,” balas Jamal sambil melirik ke arah Jordan yang sedari tadi hanya diam saja.

“Ngomong-ngomong itu temannya orang Belanda yah Nak, apa dia temannya Kevin Diks pemain bola naturalisasi?” Tanyanya Pak Banu.

“Hehehe! Bukan Pak dia teman saya memang dia keturunan kompeni Belanda tapi dia baik kok Pak nggak akan meenja4jah negeri kita,” jawabnya dengan candaan.

Jordan melotot ke arah Jamal saking kesalnya mendengar candaan garingnya Jamal.

“Damai bos, aman,” ucapnya lagi Jamal sambil menaikkan jari jemarinya.

Tak terasa perjalanan mereka berhenti tepat di depan salah satu rumah warga yang cukup bagus dan bergaya modern yang ada di depan mereka.

“Ini adalah rumahnya keponakannya saya,Nak,” imbuhnya pak Banu.

Pak Banu mengetuk pintu rumah bercat putih berdaun dua tersebut hingga terbuka lebar-lebar lah dari dalam dan terlihat seorang perempuan muda yang cantik memakai mukenanya karena barusan selesai shalat ashar.

“Syifa,” cicitnya Jordan.

“Tuan Muda Jordan,” lirih Syifa yang matanya sampai membulat sempurna melihat siapa dua orang yang bertamu ke rumahnya di sore hari itu.

“Apa kalian sudah saling kenal!?” Tanyanya Pak Banu keheranan.

“Tidak-tidak kok Paman,” jawabnya Syifa tergagap.

1
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
Ade Olif
sifa jgn jd oneng krn cinta, mn ada tunangan menyankan tunangannya jual diri, laki' ga benar itu si
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak 🙏🏻😘

silahkan mampir baca novel aku yang lain kalo berkenan judulnya Candu Istri Simpanan
Istri Tersembunyi Om Kepsek
Candu Paman Sahabatku
total 1 replies
sunshine wings
kaaan.. suaminya udah naik darah.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻😘
sunshine wings: 👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼😍😍😍😍😍
total 3 replies
sunshine wings
👍👍👍👍👍
sunshine wings
Yesss!!! Tegaslah dalam menangani hatimu Tuan Muda.. I like.. 💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
sunshine wings
😭😭😭😭😭
sunshine wings
Noooo..
sunshine wings
biar Tuan Muda Jordan semakin bucin dan gak mau jauh dari Syifa dan tumbuh benih² cinta antara keduanya.. 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
mantan suami? 😅😅😅😅😅
sunshine wings
😂😂😂😂😂
sunshine wings
🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
good Syifa 💪💪💪💪💪
sunshine wings
marah sakit ati??? apa kabar yg kamunya anak beranak perlakukan Syifa seperti kepala keluarga!!! 😤😤😤😤😤
sunshine wings
😱😱😱😱😱🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
malunyaaa ya Allah 🫣🫣🫣🫣🫣😂😂😂😂😂
sunshine wings
Alhamdulillah.. 😍😍😍😍😍
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰💪💪💪💪💪
sunshine wings
Aamiin yra 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
👍👍👍👍👍👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
sunshine wings
dalam mimpimu.. pemalas!!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!