Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-28
"Ternyata kamu cukup menarik yah? Menyimpan alat penyadap di balpoin yang selalu saya bawa kemana mana?" ucap Bagas lagi.
Jasmin yang tidak mengerti apa yang tengah di katakan Bagas hanya diam tak berkutik tanpa bisa menjawab cercaan pertanyaan dari Bagas.
"Saya juga tahu raga kamu memang diam, tapi otak kamu tengah bertanya tanya bagaimana saya bisa tahu jika kamu adalah biang dari semua perampokan yang saya alami akhir akhir ini?" tanya Bagas
Brekkkkkk
Berbagai potret foto berceceran di meja sofa saat Bagas melempar bukti bukti foto yang ia dapatkan ke meja hingga berceceran.
"Di sekitar kamu ada pengkhianat, buktinya dia memberikan foto foto kamu ke saya dengan nama anonim..."
"Ini kamu bukan? Dan ini Dimas?" tanya Bagas pada Jasmin yang langsung di jawab anggukan kepala.
" Hehh!!! Pantas saja, barang yang di beli Jamok bisa ada di balpoin pribadi saya, ternyata melalui kalian perantara nya...." ujar Bagas yang benar benar membuat Jasmin semakin tidak mengerti.
"Maksudnya? Mengapa foto saya dan Dimas bisa berhubungan dengan nama Jamok?" tanya Jasmin melotot tak percaya saat Bagas menuduhnya dengan tidak jelas.
"Jangan pura pura tidak kenal..."
"Bukankah semalam rencana kalian? Kamu menggoda saya agar saya lengah, lalu Dimas masuk ke kantor saya di Kemenkeu untuk mencuri semua data korup Jamok, dan peran kamu yang lain adalah kamu tahu dari alat sadap yang kamu pasang di mana letak bukti yang saya simpan di kantor..."
"Rencana nya cukup tersusun tapi sayang kalian gagal, karena sepintar pintarnya tupai melompat pasti ada jatuhnya dan sebaik apapun kamu menutupi bangkai pasti tercium baunya, jangan berlagak si paling cerdas karena sampai manapun saya akan menangkap manusia manusia seperti kalian!!!!!" ujar Bagas dingin dengan tatapan tajam lalu beranjak bangun dari tempatnya duduk.
"Bagaimana jika itu memang bukan saya?" tanya Jasmin yang sontak membuat langkah Bagas terhenti.
"Hehhh... ternyata tebakan saya benar, kamu sama seperti penjahat yang lain, yang akan berkata sok membuktikan setelah tertangkap basah...." cibir Bagas dingin lalu pergi berlalu dari rumah Jasmin tanpa ingin mendengarkan penjelasan Jasmin.
Setelah kepergian Bagas, sekuat tenaga Jasmin mencerna apa badai yang tengah ia hadapi saat ini, jujur saja ia benar benar tidak tahu apa alasan Bagas datang menuduhnya ke rumah tiba tiba, dan ia lupa sejak kapan ada laptop yang terhubung dengan penyadap suara di balpoin milik Bagas.
"Rendi...." teriak Jasmin memanggil Rendi.
"Iyah Bu...." jawab Rendi yang langsung masuk begitu namanya di panggil.
"Tolong bantu saya buat jelasin ke diri saya, tentang apa ini semua? Saya tahu kamu mendengar keributan kamu di dalam..." ujar Jasmin datar seraya mendudukkan bokong nya di atas sofa.
"Maaf Bu, saya lancang menguping..." ucap Rendi meminta maaf dengan tulus.
"Jelaskan, saya tahu kamu bukan pria bodoh..." ujar Jasmin lagi.
"Menurut saya, ibu terkena jebakan, dan sialnya ini jebakan yang tersusun rapih, bukan hanya ibu tapi pihak pak Jamok pun sedikit di rugikan, karena menurut saya bapak hanya memiliki bukti pembelian pak Jamok dengan alat sadap hanya melalui surat surat dan foto yang dikirim secara anonim...." jelas Rendi menjelaskan dengan hati hati.
"Jadi siapa yang di untungkan?" tanya Jasmin.
"Saya tidak hafal..." jawab Rendi.
"Saya tahu kamu memasang kamera cctv di dalam rumah yang terhubung langsung ke hp kamu demi keamanan Rani di sini..." ucap Jasmin bisik bisik yang langsung membuat Rendi melotot sempurna.
"Maaf Bu saya lancang!!!" ujar Rendi meminta maaf seraya menjatuhkan dirinya ke lantai bersujud meminta maaf.
"Tidak ada waktu, kita bicara di luar...." ajak Jasmin lalu mengambil ponsel miliknya dan berlalu keluar dari rumah bersama Rendi.
Sampai di sebuah kafe Jasmin memesan tempat privat yang berada tepat di ujung kafe, seraya menyeruput minuman nya yang telah datang Jasmin mengajak Rendi untuk berbincang.
"Ini rekaman cctv semalam..." ujar Rendi seraya menyerahkan tablet miliknya yang langsung terhubung pada cctv rahasia yang ia pasang.
"Apa ibu benar benar tidak marah, saya memasang cctv di rumah ibu tanpa izin?" tanya Rendi penuh penyesalan.
"Tidak ada waktu untuk saya marahin kamu, yang penting rekaman cctv yang menangkap saya tengah kelihatan aurat di hapus bagian itu nya saja..." jawab Jasmin lugas, dengan pandangan yang tak lepas memperhatikan dua orang yang masuk ke dalam rumahnya.
"Ren, apa kamu memasang penyadap di samping nakas saya?" tanya Jasmin yang tetap fokus ke layar di tangannya.
"Tidak Bu..." jawab Rendi cepat dengan dada yang dag Dig dug kencang takut di salahkan karena kelancangan nya memasang cctv tanpa izin pemilik rumah layaknya lelaki cabul.
"Saya tahu..." lagi lagi Jasmin menjawab pertanyaan nya sendiri.
"Bukankah mereka Bu Darsih dan pak Yanto?" tanya Jasmin seraya memperlihatkan layar di tablet milik Rendi.
"Iyah Bu, dari ciri cirinya itu memang mereka..." jawab Rendi seraya memperhatikan dengan seksama jika itu memang Bu Darsih dan Pak Yanto.
"Betul Bu itu mereka, terlihat dari tubuh gimbal pak Yanto dan tubuh ramping Bu Darsih...." ujar Rendi lagi.
"Tapi, bukankah Bu Darsih terlihat seperti wanita muda jika dilihat dari belakang? Hanya kulit dan wajahnya saja yang membuatnya terlihat tua?...." tanya Jasmin tersenyum devil seolah menemukan kelemahan mereka seraya menghentak hentakkan jari jarinya ke atas meja.
"Kita satu kubu bukan?" tanya Jasmin lagi.
"Belum tentu Bu, hanya karena ibu berpikir Bu Darsih terlihat muda dari belakang tidak masuk akal jika menyimpulkan mereka teman kita..." jawab Rendi cekatan
"Bukan dia... Tapi kamu..." ujar Jasmin datar seraya menunjuk tubuh Rendi.
"Ehmm-mm sebagai permintaan maaf saya karena lancang memasang cctv saya bersumpah tidak akan mengkhianati ibu dan siyap untuk selalu berada di pihak ibu jika sewaktu-waktu ibu membutuhkan saya..." jawab Rendi dengan penuh keyakinan.
"Bukan karena lancang memasang cctv, tapi karena musuh kita kemungkinan sama, yakni Bu Leni...." ujar Jasmin seraya tersenyum penuh arti, karena ia tahu betul saat malam ia melihat Rendi yang masuk mencari sesuatu ke kamar milik Leni dan Bagas, jika ia ingin mencari barang Bagas seharusnya ia mencari juga di ruang kerjanya tetapi Rendi hanya mencari di kamar mereka dan mengobrak abrik kamar mereka tanpa membuat berantakan.
"Ekhemmm---" Rendi berdehem lalu menarik salah satu kursi di sana dan menduduki nya, kakinya terangkat sebelah dengan tangan memainkan cincin yang bertengger di jari manisnya.
"Sejauh apa kamu mengetahui tentang saya?" tanya Rendi dingin tanpa menatap wajah majikan nya