Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
" Bu tolong anak-anak saya sudah lelah, untuk malam ini saja.Saya mohon bu." Aku memohon sembari memangkupkan kedua tanganku didepan dada.
" Pak!"
Bukannya menjawab ucapanku,Bu Tati justru memberi kode pada suaminya.Tak lama setelahnya suami Bu Tati berjalan menghampiriku.
" Astaga apa yang akan mereka lakukan." Gumamku dalam hati namun aku tetap berusaha tenang kendati perasaanku susah campur aduk tak karuan, aku juga begitu merasa lelah.
" Kemarikan kopernya Bu,jangan tidur di masjid mari disebelah masih ada yang kosong Bu.Kebetulan sisa satu,memang bagian itu tak sebesar dibandingkan yang lain tapi jika untuk bertiga insyaallah cukup Bu." Ucap pak misto ,bah angin segar di malam hari.
" Iya Bu mari,koper biar saya dan suami saya yang bawa.Ibu ajak anak-anak kedalam,ini sudah malam Bu ,kasian mereka." Disusul istrinya juga mendekat ke arahku.
Greeep
Ku raih tangan Bu Tati,tak ada kata yang bisa ku ucapkan selain terimakasih.
" Sudah-sudah, ayo Bu buruan angin malam tidak bagus buat kesehatan terutama buat anak-anak." Imbuh Bu Tati.
" Allhmdulillah, terimakasih ya Allah Engkau Kirimkan orang-orang baik ini kepadaku." lirihku.
Gegas aku menghampiri anak-anak yang sudah menggelar slimut dan tas kecil sebagai bantal.
" Dinda,Hanif ayo nak ikut ibu.Allhmdulillah Bu Tati mengizinkan kita tinggal di kontrakan,ayo sayang kalian sudah lelah bukan?"
Ku tatap wajah anak-anakku yang terlihat sangat letih.
Setelah membereskan selimut dan tas anak-anak kami jalan beriringan dan masuk ke gank kecil disebelah masjid.
Tak sampai lima menit kami sampai didepan kontrakan,betul kata pak woto disini kotrakanya cukup besar karna rupanya ada Ratusan pintu berjejer didepan kami.
Luas tanah yang mungkin kurang lebih Tiga hektar itu berisi kontrakan,ah pemiliknya pasti sangat kaya raya sekali.Sekilas aku membayangkan seandainya aku memiliki banyak uang pasti aku ingin membuat usaha kontrakan.
Hem, membayangkannya saja membuatku merasa senang apa lagi jika sampai benar-benar aku miliki.Untuk saat ini aku sudah cukup bersyukur karna sudah ada tempat tinggal, kedepannya aku harus siap mencari pekerjaan agar anak-anakku tidak kelaparan dan tetap bersekolah.
Dengan bekal yang aku bawa mudah-mudahan cukup untuk bayar kontrakan dua bulan kedepan dan untuk biaya pindah sekolah anak-anak.
" Bu,mari masuk sudah malam!"
Suara bu Tati membuyarkan lamunanku.
Astaga rupanya aku terlena begitu lama hingga aku tak sadar anak-anak sudah didalam.
" Ah iya Bu,maaf.Ibu terimakasih banyak sudah membantu saya,em ini Bu ambil sebagai DP untuk dua bulan kedepan." Aku menyodorkan dua puluh lembar uang seratus ribuan pada Bu Tati yang sudah aku siapkan sebelum aku pergi tadi aku sempat menyisihkan didalam amplop.
" Bu,belum juga dipakai ibu sudah bayar aja." Kekeh Bu Tati mungkin merasa tidak enak hati.
" Diterima Bu,biar saya lebih enak dan nyaman." Ucapku memaksa.
" Wah saya jadi ngga enak nih Bu!" Ucap Bu Tati.
" Jangan begitu Bu,dibikin enak saja.Em,itu uang dua juta Bu.Untuk dua bulan kedepan apa kurang Bu? Jika iya nanti satu bulan dari hari ini saya bayar sisanya.Bukan apa-apa saya masih ada uang tapi buat keperluan sehari-hari dulu."
Aku memang tak memiliki banyak uang karna setiap bulan aku hanya mendapatkan jatah dua juta dari mas Arjun,uang itu adalah sisa uang belanja yang aku sisihkan setiap harinya.Maklum suamiku hanya bekerja sebagai meneger disalah satu cabang perusahaan besar yang ada di kota.
Gaji suamiku yang entah sampai detik ini aku pun tidak pernah tau seberapa banyak,karena setiap bulan aku hanya dijatah dua juta untuk kebutuhan anak-anak dan makan sehari-hari.
Jika aku tidak pandai mengolah mungkin aku tidak akan pernah punya tabungan, jangankan menyisakan cukup untuk semuanya pun rasanya mustahil.
" Dua juta? Ini malah bisa untuk tiga bulan nanti ibu tinggal menambahkan empat ratus ribu saja.Disini satu bulan delapan ratus ribu saja Bu, bagaimana apa ini saya kembalikan yang empat ratus ribu?" tanya Bu Tati.
" Tidak bu, simpan saja biar bulan ke tiga saya tinggal bayar sisanya.Oh ya jangan panggil saya Bu, panggil saja saya Arini Bu atau arin saja.Anak saya yang perempuan namanya Dinda dan yang laki-laki Hanif." Aku memperkenalkan diri pada Bu Tati.
" Oh ya Rin,jangan sungkan jika butuh sesuatu.Ya sudah istirahatlah, hoaams.Saya juga sudah ngantuk." Ucap Bu Tati.
" Iya Bu, terimakasih sudah membantu saya.Selamat istirahat ya Bu,sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
" Sama-sama Rin,oh ya panggil saja saya mba.Usia saya dan kamu sepertinya tidak terpaut begitu jauh.Ya sudah, silahkan istirahat mudah-mudahan kamu nyaman." Ucap Bu Tati sebelum meninggalkan kami.
Aku masuk kedalam, kontrakan tiga petak yang cukup nyaman.Tempatnya bersih dan bersyukur dapur dan kamar mandinya cukup luas.
" Allhmdulillah terimakasih ya Allah." Ucapku lirih,ku lihat kedalam ternyata anak-anak sudah tidur,mereka sudah merapihkan tempat tidur dan memasang kain seprai yang aku bawa.
Aku bersyukur karna diberikan anak-anak yang rajin dan pengertian.Mereka tidak manja karna memang sudah terbiasa melakukannya,aku memang mengajarkan anak-anak untuk terbiasa membereskan tempat tidur mereka.
Kutatap wajah polos anak-anakku yang sudah terlelap.
Tes tes tes
Tak terasa air mataku menetes tiada henti.
Sakit sekali rasanya,tak pernah aku membayangkan membawa anak-anak hidup seperti ini.
" Maafkan bunda nak!" Lirihku.
Cup cup
Ku cium puncak kepala Hanif dan Dinda bergantian.
Entah sampai jam berapa aku terjaga karna larut dalam pikiranku hingga aku terlelap.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Kediaman Arjun
" Arini,riin! Brengsek,biasanya jam segini dia sudah didapur ini kenapa masih sepi.Apa karna marah dia sampai terlambat bangun."
Arjun bergegas naik keatas ke kamar anak-anak karna mengira Arin yang marah tidur bersama anak-anaknya dilantai atas.
Sepulang dari mencari bebek bakar Arjun memutuskan membawa indah pulang kerumah.Kebetulan anak semata wayangnya indah sedang mengerjakan tugas kelompok dirumah temannya dan izin untuk menginap.
Arjun membawa indah tidur dikamar tamu karna kamar Arjun dan Arini berantakan, Arjun tak sempat melihat kekamarnya karna saat sampai rumah indah terus merengek minta ditemani tidur.
Tok tok tok
" Arini buka pintunya, istri macam apa kamu membiarkan suami kamu kelaparan pagi-pagi." teriak Arjun dari depan pintu.
Karena tak ada sahutan dari dalam Arjun berbuat mendobrak pintu kamar itu,namun saat Arjun tengah melakukan kuda-kuda suara teriakan ibunya membuatnya lari dan turun ke bawah.
" Arjuuun!"
Bersambung.....