Legenda Sang Kaisar Naga
Satu cambukan menghantam punggung seorang pemuda. Tak seorang pun yang berani berbicara. Bukan karena takut, melainkan karena aturan yang berlaku selama ribuan tahun.
Ctaaasssss
Cambuk merah membara kembali menghantam punggungnya. Kali ini, pemuda itu memuntahkan seteguk darah. Pandangannya berkunang-kunang, tak seorang pun yang berani menghentikan hukuman cambuk itu.
"Pelayan rendahan! Kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Jenderal Ming, orang yang menghukum pemuda itu dengan 100 cambukan api.
"Aku berlatih untuk melindungi orang-orang yang kusayangi, tapi kalian memikirkan hal lain!" jelasnya dengan napas yang terputus-putus.
Ctaaasssss
Satu cambukan kembali menghantam punggungnya. Cambukan itu membuatnya tak sadarkan diri. Meski begitu, Jenderal Ming tak berhenti. Setelah lebih dari 100 cambukan, barulah ia berhenti. Bukan menghentikan hukuman, melainkan mengganti cambuk api dengan cambuk guntur.
Gooonggg
Bunyi lonceng langit menggema di istana kekaisaran. Bunyi lonceng menandakan satu hal, ada orang yang usianya genap 15 tahun. Di kekaisaran Huang, usia 15 tahun sudah dianggap dewasa.
Seiring dengan suara lonceng langit, cahaya multi warna menyelimuti pemuda yang tak sadarkan diri di atas altar hukuman. Cahaya tersebut menembak ke langit, membentuk 4 roh hewan suci.
Semua orang terkejut! tak terkecuali Kaisar Huang. Penasaran dengan cahaya itu, ia pergi ke altar hukuman. Wajahnya memerah saat mengetahui siapa yang membangkitkan roh spiritual. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lelaki itu menyerang pemuda di altar menggunakan cambuk pembelah langit.
"Pelayan kurang ajar! Hari ini juga, aku mau dantiannya dihancurkan! Di kekaisaran Huang, hanya putraku yang boleh membangkitkan roh terkuat!" teriak Kaisar.
Jenderal Ming mengangguk patuh. Ia menyimpan cambuk petir. Kali ini, sang Jenderal mengumpulkan energi spiritual di telapak tangannya.
"Seekor cacing bermimpi jadi naga! Kesalahan yang sangat besar!" ujar Jenderal Ming sebelum telapak tangannya menghantam perut pemuda itu.
Bukannya hancur, pukulan itu justru membuka segel dantiannya. Dibawah tatapan marah Kaisar, luka-luka pemuda itu sembuh dengan sendirinya.
"Pelayan kecil, matilah!" Kaisar menusukkan pedangnya ke jantung pemuda itu. Tusukan itu menyebabkan jantung si pemuda berhenti berdetak. Di waktu yang bersamaan, 4 roh spiritual di langit menghilang.
"Jenderal, lempar mayatnya ke lembah kematian!" pinta Kaisar sebelum meninggalkan altar.
"Inilah hukuman bagi kalian orang-orang rendahan yang ingin berlatih! Siapapun yang melanggar, maka saat itu juga nyawanya akan melayang!"
Setelah memberi peringatan, Jenderal Ming melesat ke lembah kematian. Di sana, ia melempar tubuh si pemuda ke lembah sambil tersenyum.
"Salahkan dirimu karena terlahir dari rahim Guang Xiu! Salahkan juga ayahmu yang tidak jelas itu," gumam sang Jenderal.
Sementara itu, tubuh si pemuda terjun bebas menuju ke dasar lembah. Sesaat sebelum ia menyentuh tanah, seberkas cahaya muncul di sampingnya. Cahaya itu berubah menjadi sesosok pria yang tampan dan berwibawa.
"Manusia rendahan! Beraninya kalian menyiksa putraku!" Lelaki itu menatap langit dengan penuh amarah. Amarahnya membuat bumi bergetar, dan petir menyambar.
Lelaki itu mengobati luka-luka pemuda itu. Dilihat dari penampilannya, bisa dipastikan kalau lelaki tersebut bukan orang biasa. Terlebih lagi, ia memakai cincin aneh yang memperjelas status dan posisinya.
Dengan menggunakan kekuatan magis yang sangat kuat, lelaki itu menyembuhkan luka-luka putranya. Selain luka fisik, luka jiwa dan organ dalam anaknya yang rusak parah pulih perlahan-lahan.
Setelah luka-luka pemuda itu sembuh, lelaki itu menghilang. Beberapa saat setelah ia pergi, pemuda itu membuka matanya.
"Aku ada di mana?" tanyanya dengan bingung.
Ia melihat sekelilingnya, tapi tak menemukan siapapun. Di sampingnya, terdapat sebuah kitab kuno, cincin ruang, dan juga pedang. Meski masih bingung, pemuda itu mengambil ketiga benda itu tanpa ragu.
"Kitab Dewa Langit!"
Pemuda itu membaca nama kitab itu dengan kening yang berkerut. Penasaran dengan isi kitab itu, ia membuka halaman pertama. Setelah membuka halaman pertama, huruf-huruf pada kitab itu melayang di hadapannya.
"Apa yang—" Sebelum ia mengatakan sesuatu, huruf-huruf itu masuk ke kepalanya.
"Sebenarnya ini kitab apa?"
Si pemuda bingung. Ia kembali memeriksa kitab itu. Anehnya, tak satu pun huruf yang tertulis di lembaran kitab kuno itu. Semuanya hilang, seolah halaman-halaman itu memang kosong sejak awal.
"Bocah, mengapa kamu ada di sini?" tanya seorang pria paruh baya.
Lama menunggu, tapi pertanyaannya tak juga dijawab. Pria itu sedikit kesal, tapi sebisa mungkin ia menunjukkan ekspresi datarnya.
"Bangun-bangun, aku sudah ada di sini, Kakek!" jelasnya.
"Sepertinya kita ditakdirkan bertemu. Namaku Shen Douzhi, orang-orang memanggilku Dewa Suci," jelas pria itu.
(Note: Shen Duozhi hanya nama samaran)
"Aura Kakek sama seperti aura yang tertinggal di kitab ini. Selain itu—"
Pemuda itu tak melanjutkan ucapannya. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Sebuah gulungan kecil berwarna merah. Di dalam gulungan itu, terdapat lukisan wajah seseorang.
"Tidak usah pura-pura, Ayah!" ucapnya.
Pria itu tersenyum. Dengan sekali jentikan jari, pria tua itu berubah menjadi pria yang tampak lebih muda. Di alam langit, mungkin tak ada yang mengenalnya, tapi di alam suci atau alam bintang, namanya sangat terkenal. Dia adalah Dewa Suci atau gelar lainnya Kaisar Bintang. Kaisar terkuat yang jatuh ke alam langit 15 tahun silam.
"Ayah yang tak bertanggungjawab!" Kesal pemuda itu.
Ucapan putranya membuat Kaisar Bintang kesal. Ia teringat kembali dengan peristiwa 15 tahun lalu. Waktu itu, racun bintang biru membuatnya melakukan sesuatu diluar kendalinya.
"Semua orang menganggap ibuku wanita penghibur. Menderita selama 15 tahun, tapi pelakunya bersembunyi di sini seperti seorang pengecut," ucap pemuda itu.
Kaisar Bintang tak bisa berkata-kata. Dulu, dirinya harus menikahi gadis yang dinodainya dan tinggal bersama gadis itu selama setahun. Karena suatu hal, ia harus meninggalkan anak dan isterinya.
Pemuda itu beranjak dan menjauhinya ayahnya. Ia kesal karena ditinggalkan bertahun-tahun. Terlebih lagi, dantiannya tersegel selama belasan tahun. Segel yang mengunci dantiannya menyebabkan orang-orang menjadikan dirinya alat penguji jurus.
"Guang Shen!"
Panggilan itu tidak dihiraukannya. Pemuda itu mulai berlatih. Sebenarnya, ia sendiri hendak memeluk ayahnya dan melepas kerinduannya, tapi kekesalannya jauh lebih besar dibandingkan kerinduannya terhadap ayahnya.
"Ayah tahu kamu kesal, tapi dengarkan Ayah dulu!" pinta Lelaki itu.
Meski masih kesal, Guang Shen menghentikan latihannya. Ia mendekati ayahnya lalu duduk di batu besar.
"Ayah berasal dari alam suci. Sebelum bertemu ibumu, Ayah sudah pernah menikah. Tinggal bersama kalian sangat berbahaya. Jadi, sebisa mungkin keberadaan kalian kurahasiakan," jelas Lelaki itu.
"Siapa nama saudaraku?" tanya Guang Shen.
"Xuan Long, usianya sudah 100 tahun," jawab Xuan Tian, ayah Guang Shen.
"Ayah tidak bisa berlama-lama di sini. Jadi, berlatihlah dengan baik!"
Sebelum Xuan Tian meninggalkan lembah, seorang pemuda muncul di sana. Kedatangan pemuda itu membuatnya panik. Terlebih lagi, tatapan pemuda itu menyiratkan sebuah kebencian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments