💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11: Aaron Mulai Mencari
Kemarahan Aaron Whitmore tidak lagi bisa disembunyikan. Setelah kekalahan memalukan di tender dan pesan singkat yang dikirim Natalie, ia menjadi paranoid. Bunga yang dikirim 'Elara' itu tergeletak di mejanya, menjadi pengingat pahit atas kegagalannya.
"Siapa wanita ini, sialan?!" teriak Aaron, melemparkan vas bunga itu ke dinding marmer. Pecahan kaca dan air tumpah membasahi karpet mahal.
Eliza Whitmore, yang biasanya tenang, kini terlihat panik. "Ini tidak masuk akal, Aaron. Tidak ada Holding Group sebesar Elara yang muncul tiba-tiba tanpa jejak di Asia. Kita harus memanggil semua kontak kita."
Aaron memanggil Kepala Keamanannya, Hardian, seorang pria yang loyal dan kejam.
"Hardian, aku ingin kau selidiki wanita bernama Elara ini. Setiap detail: dari mana dia berasal, siapa yang membiayainya, dan mengapa dia begitu terobsesi dengan kelemahan finansial kita," perintah Aaron. Matanya menunjukkan keraguan yang terus mengganggunya. "Dan... cari tahu juga tentang... Natalie Ainsworth."
Eliza tersentak. "Natalie? Untuk apa? Dia sudah mati di mata kita, Aaron. Dia sudah tidak relevan."
"Tidak relevan?" desis Aaron. "Wanita itu, Elara, tahu persis bagaimana cara memukulku. Dia tahu tentang Bank Sigma dan konflik warisan. Hanya segelintir orang yang tahu detail itu. Dan Natalie adalah salah satunya."
Aaron mencengkeram kepalanya. Ia ingat tatapan Elara. Dingin. Penuh amarah. Itu adalah tatapan yang sama persis saat ia mencabut cincin dari jari Natalie lima tahun lalu. "Aku ingin tahu apakah Natalie masih hidup. Selidiki tempat pembuangan mayat atau catatan rumah sakit yang relevan dengan kasus lima tahun lalu. Jika dia masih hidup, aku akan menghabisinya sendiri."
Di saat yang sama, di ruang rapat rahasia Natalie, ia sedang memprediksi setiap langkah Aaron.
"Tuan Hadiningrat, dalam 24 jam ke depan, Aaron akan memanggil Hardian untuk menyelidiki Elara, dan dia akan kembali membuka arsip tentang Natalie," ujar Natalie, menunjuk timeline strategi di layar.
Hadiningrat terkejut. "Bagaimana Anda bisa begitu yakin?"
"Karena aku tahu cara berpikirnya, Tuan. Ketika dia panik, dia akan mencari kambing hitam lama. Tugas kita sekarang adalah memastikan Hardian menemukan 'bukti' bahwa Natalie Ainsworth sudah meninggal, dan 'Elara' adalah musuh baru yang tidak berhubungan."
Natalie menjelaskan strateginya: "Maria, gunakan jaringan hacker kita di Eropa. Tanam data palsu di catatan imigrasi Singapura, tunjukkan bahwa Elara adalah putri seorang pengusaha Eropa yang baru meninggal dan mewarisi Holding Group. Pastikan semua jejak di Indonesia hilang."
"Dan bagaimana dengan jejak kematian Natalie, Nyonya?" tanya Hadiningrat.
Natalie tersenyum tipis. "Lima tahun lalu, setelah aku pergi, aku meminta Maya untuk membuat laporan fiktif. Laporan itu mencatat 'seorang wanita tanpa identitas yang cocok dengan deskripsi Natalie' ditemukan tewas di pinggiran kota, akibat bunuh diri. Pastikan Hardian menemukannya. Itu akan menutup kasus Natalie selamanya di mata Aaron."
"Mengapa Anda harus menutup kasus Natalie? Bukankah lebih baik dia tahu Anda masih hidup?"
"Tidak. Jika dia tahu aku masih hidup, dia akan mencari Kenzo. Dan jika dia tahu Elara adalah Natalie, dia akan melancarkan serangan pribadi. Aku ingin dia fokus pada Elara Holding, pada ancaman finansial, bukan pada wanita yang ia cintai. Aaron tidak akan pernah menyangka bahwa mantan istrinya yang lemah kini menjadi musuh terbesarnya."
Hardian bekerja dengan cepat, namun semua yang ia temukan adalah buntu. Jejak Elara sempurna: lahir di Zurich, mewarisi perusahaan besar, dan tidak memiliki koneksi ke Indonesia, kecuali Hadiningrat.
Namun, Hardian menemukan sesuatu yang lain—arsip kasus lama. Laporan kepolisian lima tahun lalu, mencatat penemuan mayat seorang wanita yang diduga bunuh diri dan tidak teridentifikasi. Hardian mencocokkan deskripsi fisik mayat itu dengan deskripsi Natalie.
Hardian membawa laporannya kepada Aaron.
"Tuan, Nyonya Elara tidak punya hubungan apa pun dengan Indonesia. Kecuali Tuan Hadiningrat," lapor Hardian. "Dia adalah investor murni dari Eropa. Adapun tentang Natalie Ainsworth..."
Hardian menyerahkan laporan polisi itu. "Ditemukan mayat lima tahun lalu yang cocok dengan deskripsi Nyonya Natalie. Kasus ditutup sebagai bunuh diri. Sepertinya, dia memang sudah tidak ada, Tuan. Kita harus fokus pada Nyonya Elara."
Aaron menatap laporan itu. Matanya memancarkan rasa lega yang keji. Lega karena Natalie yang lemah tidak akan pernah bisa kembali dan menuntut apa pun darinya.
"Bunuh diri," desis Aaron, tersenyum dingin. "Begitulah seharusnya nasib wanita lemah. Fokus pada Elara, Hardian. Hancurkan perusahaannya. Aku ingin tahu setiap kelemahan finansialnya."
Malam itu, Natalie melakukan panggilan video dengan Maya. Maya tampak gugup.
"Nat, aku melihat berita. Aaron sedang panik. Dia mencari Tuan Hadiningrat," bisik Maya.
"Dia tidak akan menemukan apa pun, Maya. Semua jejak sudah kuamankan. Bagaimana Kenzo?"
Kenzo, yang kini berusia lima tahun, berlari menghampiri layar. "Mama! Kapan Mama pulang?"
Air mata Natalie nyaris jatuh. Perannya sebagai Elara harus kejam, tapi perannya sebagai ibu haruslah hangat. "Sebentar lagi, Sayang. Mama sedang bekerja untukmu. Bersabar, ya."
Setelah Kenzo pergi, Maya menatap Natalie dengan serius. "Nat, kau harus lebih hati-hati. Aku tahu kau kuat, tapi Aaron sangat cerdik. Jangan sampai kecintaanmu pada Kenzo menjadi kelemahanmu."
Natalie tersenyum, senyum yang menunjukkan ketenangan. "Itu tidak akan terjadi, Maya. Aaron berpikir Natalie sudah mati dan Elara adalah musuh barunya. Dia tidak akan pernah menyangka bahwa mereka adalah orang yang sama. Aku sudah memperhitungkan segalanya."
"Aku sudah memenangkan perang psikologis pertama," kata Natalie pada dirinya sendiri. "Kini saatnya aku memenangkan perang finansial."