Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.
Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.
Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.
Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?
Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Rose menatap Zayn dengan mata yang sudah tak lagi jernih. Nafasnya berat, kulitnya memanas, dan pandangannya buram oleh sesuatu yang tidak ia mengerti.
"Sayang--" bisiknya lirih, suaranya bergetar namun penuh desakan.
Zidan menelan ludah. Ia tahu ada sesuatu yang salah dari tingkah Viola malam itu, tapi ia tak mengerti apa.
"Jangan lakukan ini--" ucap Zidan pelan, mencoba menarik diri, namun Viola justru semakin mendekat.
"Aku hanya menginginkannya--" katanya dengan mata yang sudah dipenuhi gairah.
Zidan menggenggam bahunya, menahannya agar tidak semakin larut dalam emosi. "Viola, kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan."
Namun Rose menggeleng. "Aku sadar, sayang-- aku menginginkannya, meski hanya malam ini--"
Zidan memejamkan mata keras-keras, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Ia bisa merasakan Viola.semakin tidak terkendali, seperti kehilangan arah.
Rose menyambar bibir Zidan dan melumatnya dengan rakus. Kelemahannya sudah disentuh oleh seorang wanita, membuat Zidan tak bisa lagi mengelak.
"Kau yang menginginkan ini, Viola. Aku sudah menyuruhmu bersabar, tapi tidak mau. Baiklah, kalau begitu kita akan melakukannya malam ini, di sini !" batin Zidan, yang mulai menyambut perlakuan Viola.
Zidan tidak tahu bahwa Viola sudah dijebak oleh Erik. Karena Erik telah menaruh bubuk perangsang di minuman wanita itu hingga membuatnya seperti itu. Sedangkan Viola yang sudah mulai kepanasan dirinya sudah mengerti bahwa Erik telah menaruh bubuk perangsang dalam minuman terakhirnya.
Di kamar, Viola mendorong tubuh Zidan ke atas ranjang. Hal itu membuat pria itu jatuh terlentang dengan wajah sayu menahan gairahnya.
Viola menaruh jarinya di atas bibir Zidan dan membuat pria itu bungkam. Viola juga mengelus seluruh badannya yang sudah polos tanpa pakaian, membuat Zidan menutup mata dengan bibir sedikit mendesis.
Mantan wanita malam itu telah berhasil membuat Zidan tidak bisa berkutik. Viola bangkit dan melepas seluruh pakaiannya, hanya menyisakan pakaian dalam di bagian atas dan bawahnya saja. Dia juga melepaskan celana Zidan dengan kasar hingga membuat pria itu kini polos tanpa busana.
Zidan bangkit saat Rose akan memasukkannya ke dalam mulut. Dia tidak mau jika itu sampai terjadi, karena Fahira tidak pernah melakukannya dengan alasan kotor, takut terjadi penyakit di dalam tubuhnya.
Viola yang melihat itu mendorong Zidan agar diam dan jangan banyak bergerak.
Selesai di bagian bawah, Viola langsung mencium bibirnya dan membuat Zidan kembali bungkam. Zidan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Yang dia rasakan saat ini adalah bahwa wanita itu bergerak di atas tubuhnya. Zidan tidak bisa lagi menahan semua rasa itu. Dia bangkit dan beralih menindih tubuh wanita itu.
Cukup lama keduanya 'bermain', sampai akhirnya Zidan merasakan bahwa dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia bergerak cepat, kemudian berhenti secara mendadak saat merasa sudah tiba di ujung hasrat yang membawanya.
Zidan yang sudah melepaskan, kemudian menjatuhkan dirinya di samping wanita itu dengan napas tak beraturan. Dia menoleh menatap Viola dan ternyata wanita itu sudah tertidur dengan begitu pulasnya. Zidan bangkit dengan posisi miring, lalu menepuk pelan pipi wanita itu.
"Viola, kau tidak apa-apa?" tanya Zidan. Tidak ada jawaban dari wanita itu. "Kamu sangat lelah rupanya? Apa mungkin ada seseorang yang menaruh obat perangsang di minumannya?" gumam Zidan kembali.
Zidan menatap Viola dan akhirnya memilih bangkit untuk ke kamar mandi.
Pagi harinya, Zidan terbangun dari tidurnya. Dia pindah tidur di kamarnya semalam dan meninggalkan Viola yang tidur di kamar tamu. Dia mengambil ponselnya yang ia isi baterai di atas nakas. Matanya membulat sempurna saat dia melihat ada dua puluh lima panggilan tak terjawab dari istrinya, Fahira. Dia kemudian menekan tombol hijau, segera menelponnya.
"Halo, Assalamualaikum Bang. Apa kau masih di apartemen? Kau tahu tidak Viola ada di mana? Dia tidak pulang semalam, dan ponselnya juga tidak aktif," ujar Fahira langsung, memberi banyak pertanyaan sebelum Zidan menjawab salamnya.
"Waalaikumussalam. Ya, semalam Viola bilang padaku. Katanya dia ada urusan penting. Dia juga tidak memberi tahu aku mau ke mana. Biarkan saja, jika urusannya sudah selesai pasti dia pulang, Sayang. Kamu enggak usah khawatir ya," sahut Zidan berbohong.
"*Maafkan aku, Sayang. Aku sudah berbohong padamu. Semua yang terjadi di luar kendaliku*," ucap Zidan dalam hati.
Keduanya akhirnya mengobrol sebentar dan Zidan masuk ke dalam kamar mandi selesai mematikan teleponnya. Dia mandi dan akan bersiap menuju kantornya, karena akan ada meeting pagi ini.
Selesai bersiap, dia melangkah keluar. Ternyata sudah ada Viola di meja makan sambil memakan roti panggang yang ia buat untuk sendiri.
"Kau sudah bangun? Bagaimana, apa sudah lebih baik?" tanya Zidan agak sedikit canggung.
"Maafkan aku semalam, aku melakukannya tanpa sadar. Ada seseorang yang menjebakku di klub. Dan akhirnya membuat malam itu--" sahut Viola merasa bersalah.
"Baiklah aku maafkan, tapi kau ini sudah menjadi seorang Muslim, Viola. Tidak baik wanita Muslim memasuki klub malam, apalagi sampai meminum minuman yang haram itu. Lain kali jangan kau ulangi! Jika ada masalah, ceritakan padaku. Insyaallah aku akan membantu semampuku," jelas Zidan panjang lebar, menasehati wanita itu dengan lembut.
"Terima kasih, Mas. Tapi kita melakukannya semalam tanpa pengaman. Aku juga sudah meminum pil kontrasepsi agar tidak hamil," sahutnya sembari menggigit roti panggang ke dalam mulutnya.
"Baiklah, apa pun yang membuatmu nyaman. Lakukan saja. Yang pasti, kita akan melakukannya lagi atas kesadaran kita masing-masing. Oke!"
Viola mengangguk sebagai jawaban. Zidan mengusap lembut kepala wanita itu dan mengecup dahinya sebagai tanda perhatian. Zidan mengambil minum dan meminumnya, kemudian kembali bicara dengan Viola.
"Aku berangkat dulu ke kantor. Jika kau ingin pulang hari ini, jangan pernah katakan apa pun pada Fahira soal semalam. Aku bilang padanya bahwa kau ada urusan di luar hingga membuatmu tidak bisa pulang. Kau mengerti?"
"Iya, aku mengerti," sahutnya lembut.
Zidan kembali mengacak rambut Viola dan mengecup pucuk kepalanya singkat. Zidan tersenyum dan berpamitan untuk pergi.
"Aku pergi dulu."
Viola tersenyum simpul. Diperlakukan seperti itu oleh Zidan membuatnya semakin jatuh cinta. Tapi, dia tidak bisa memiliki pria itu seperti Fahira memilikinya.
Dalam perjalanan, Zidan terus terbayang saat perlakuan Viola di atas ranjang. Dia merasakan berbagai gaya baru saat bersama wanita itu. Selama menikah dengan Fahira, mereka hanya menggunakan gaya-gaya itu saja, terkadang membuatnya bosan.
Zidan tersenyum mengingat Viola yang berada di atasnya, membuat dia semakin melayang.
"Astaghfirullah--.Ya Allah, apa aku berdosa membayangkannya bersama istri keduaku?" gumam Zidan, bicara sendiri.
Sedangkan Viola sudah bersiap untuk kembali pulang. Dia juga sudah memakai pakaian semalam agar Fahira dan ibu mertuanya tidak curiga. Viola memesan taksi online dan menghampirinya di halaman apartemen.
"Jalan, Pak," ujar Viola pada supir taksi.
"Ke mana Neng?" tanya supir, menatap wanita itu dari kaca spion.
"Ke Jalan Mangga Nomor Dua!"
Viola menatap jalanan di balik kaca mobil. Dia sedikit mengingat kejadian semalam bersama Zidan. Dia terus memukul keningnya dan mendengkus kesal karena menyesali perbuatannya yang terlalu gegabah.
...----------------...
**Bersambung**....
ko jadi gini y,,hm
jalan yg salah wahai Zidan,emang harus y ketika kalut malah pergi k tempat yg gak semestinya d datangi,Iyu mah sama aja malah nyari masalah..
dasar laki laki
drama perjodohan lagi