Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35. pelabuhan terakhir...
Ledakan Kebenaran yang dipicu oleh Kunci Pemicu Temporal telah mengubah Sumatra menjadi medan perburuan berskala besar. Rani, Dion, dan Maya, dipimpin oleh Ibu Sumi, berlari secepat mungkin menuruni lereng curam Bukit Merah. Di belakang mereka, sirene dan suara helikopter yang berdatangan memenuhi udara.
Ibu Sumi: (Berjalan cepat) "Jalur ini menuju ke hutan lindung. Kita akan menuju titik evakuasi yang dijanjikan Kapten Arya. Itu adalah Pelabuhan Nelayan Kuno di selatan."
Rani: "Kapal apa yang akan menjemput kita? Pelabuhan pasti dijaga ketat setelah Darurat Militer!"
Ibu Sumi: "Kapal itu dari Jaringan Konservasi—kapal penangkap ikan yang tidak akan pernah dihentikan oleh militer. Tapi kita harus sampai di sana sebelum fajar menyingsing. Ini adalah perjalanan malam yang panjang."
Saat mereka berlari, Dion kembali menyalakan headset kecilnya untuk mendengarkan siaran radio. Situasinya jauh lebih buruk dari yang mereka bayangkan.
Penyiar Berita (Melalui headset): "Komandan Jaya menolak semua tuntutan dan menyebut rekaman video itu Deepfake hasil konspirasi asing. Namun, laporan militer menyebutkan adanya pemberontakan terbatas di beberapa pangkalan udara di Jawa dan Sulawesi. Pasukan Jaya kehilangan kendali di luar Jakarta..."
Dion: "Mereka bertindak, Rani! Pasukan sendiri mulai berbalik melawan Komandan Jaya!"
Rani: "Tentu saja. Setelah rekaman 100% itu tersebar, tidak ada tentara patriotik yang akan berperang untuk seorang pengkhianat dan calon pembantai nuklir! Kita telah memicu revolusi, Dion."
Perjalanan mereka dipenuhi bahaya. Mereka harus menyeberangi jalur sungai yang deras dan menghindari patroli Pasukan Khusus yang menyisir hutan dengan anjing pelacak. Berkat keahlian Ibu Sumi, mereka selalu selangkah lebih maju.
Namun, di tengah semua kekacauan itu, Arya menjadi kekhawatiran terbesar mereka. Dia ditinggalkan di dalam gua Jaringan Konservasi dan kini berada di jantung zona perang.
Maya: (Berbisik kepada Rani saat mereka berlari) "Rani, kau yakin Arya akan aman? Bagaimana jika militer menemukan gua itu?"
Rani: "Ibu Sumi adalah kunci terpenting yang Arya miliki. Dia tidak akan pernah membawa kita ke pelabuhan jika dia tidak yakin Arya aman. Dia kembali ke gua sendirian setelah mengamankan kita. Jaringan Konservasi memiliki lebih banyak anggota dan taktik yang lebih baik daripada yang kita bayangkan."
Setelah berjam-jam perjalanan, mereka mulai mencium bau laut dan mendengar suara ombak. Mereka tiba di pinggiran hutan yang menghadap ke garis pantai.
Ibu Sumi: (Menunjuk ke sebuah teluk kecil, to the point) "Pelabuhan Terakhir. Kapal itu akan menunggu di sana."
Mereka melihat teluk kecil yang dipenuhi perahu nelayan tradisional. Di ujung dermaga kayu kecil, tampak sebuah kapal penangkap ikan tua berukuran sedang. Kapal itu terlihat usang dan tidak mencurigakan.
Rani: "Itu dia. Kita harus segera sampai di kapal!"
Tiba-tiba, lampu sorot yang kuat menyinari teluk.
SREK!
Di bukit di seberang teluk, muncul dua kendaraan militer lapis baja ringan yang dilengkapi senapan mesin berat. Mereka telah menunggu.
Tentara (Melalui Mega-fon): "JANGAN BERGERAK! KAMI MENGETAHUI IDENTITAS KALIAN! KALIAN ADALAH PENGKHIANAT NEGARA DAN TARGET ALFA-9! JATUHKAN SENJATA, ATAU KAMI AKAN MELEPASKAN TEMBAKAN!"
Mereka terjebak. Antara lautan yang tertutup oleh kapal musuh dan pelabuhan yang kini dikuasai oleh pasukan darat Jaya.
Ibu Sumi: (Mengangkat senapan berburu tua) "Mereka tidak akan mendapatkan kalian. Kalian harus melarikan diri ke laut. Ada yang akan mengurus Pasukan Alpha-9 ini."
Di teluk kecil yang seharusnya menjadi jalan keluar mereka, kini mereka dikepung. Lampu sorot dari dua kendaraan lapis baja menyilaukan mata, dan laras senapan mesin menunjuk lurus ke arah mereka.
Rani menarik Dion dan Maya ke balik tumpukan kotak kayu yang berserakan di dermaga.
Rani: (Berbisik cepat) "Tidak ada kesempatan untuk baku tembak frontal! Kita hanya punya senapan dan satu granat tangan! Mereka punya senapan mesin berat!"
Ibu Sumi: (Dengan tenang memasukkan peluru ke senapan berburunya) "Mereka tidak akan menembak tanpa perintah langsung dari Komandan Jaya. Mereka ingin menangkap kalian hidup-hidup, sebagai bukti bahwa Daftar Hitam adalah kebohongan. Itulah kesalahan mereka."
Tiba-tiba, dari kegelapan di belakang dermaga, terdengar suara tembakan cepat. Bukan dari senjata militer, melainkan dari senapan silenced.
Pffft! Pffft! Pffft!
Lampu sorot dari kendaraan lapis baja di bukit tiba-tiba padam.
Tentara (Melalui Mega-fon, suara panik): "Siapa di sana?! Serangan! Amankan posisi!"
Ibu Sumi: (Tersenyum tipis) "Jaringan Konservasi telah tiba. Mereka mengalihkan perhatian, sama seperti yang kulakukan. Sekarang lari ke kapal! Aku akan memberikan perlindungan tembakan!"
Ibu Sumi melangkah maju, melepaskan tembakan berulang kali ke arah bukit, membalas tembakan Pasukan Khusus yang kini muncul dari semak-semak. Perhatian militer kini terbagi antara bukit dan dermaga.
Rani: "Cepat, Dion! Ke kapal! Sekarang!"
Mereka berlari melintasi dermaga kayu yang reyot. Kapal penangkap ikan tua itu telah menyalakan mesinnya dan melepaskan tali.
Saat mereka melompat ke dek kapal, Rani sempat berbalik melihat Ibu Sumi.
Rani: (Berteriak) "Sumi! Cepat naik!"
Ibu Sumi: (Menembakkan peluru terakhirnya, berteriak balik) "Aku harus kembali ke gua! Kapten Arya menungguku! Kalian bawa kebenaran itu ke tempat aman! Pergilah!"
Kapal itu mundur dari dermaga. Dua tentara Pasukan Khusus muncul di dermaga, mengarahkan senjata mereka.
Dion dengan cepat meraih senapan Rani dan menembak tepat ke kaki mereka.
DOR!
Para tentara itu jatuh. Kapal itu kini berada di air terbuka.
Mereka bergerak cepat menjauhi teluk. Suara tembakan dan sirene segera menghilang di belakang mereka, ditelan oleh lautan yang luas. Di atas kapal penangkap ikan tua yang berbau ikan dan garam, mereka bertemu dengan dua pria bertubuh besar yang mengenakan pakaian nelayan. Mereka adalah anggota Jaringan Konservasi.
Kapten Kapal: (Mengangguk pada Rani) "Kalian aman. Kapal ini menuju perairan internasional. Kapten Arya sudah mengatur segalanya. Dia hanya meminta satu hal: Lanjutkan perjalanan. Jangan pernah kembali sampai waktunya tepat."
Maya: (Menatap ke belakang, ke arah Sumatra yang gelap) "Tapi Arya... dia masih di sana. Sendirian..."
Kapten Kapal: "Kapten Arya tidak pernah sendirian di hutan itu. Jaringan Konservasi adalah bentengnya. Fokus kalian sekarang adalah membawa bukti itu dan diri kalian ke tempat yang aman. Begitu dunia mulai bergerak, Kapten Arya akan aman."
Di tengah kegelapan, kapal itu membelah ombak, membawa mereka menjauh dari tanah air yang kini dilanda kekacauan.
Rani menghidupkan panel komunikasinya untuk yang terakhir kali. Berita itu universal dan tidak terbantahkan.
Penyiar Berita Global: "Intervensi Global terhadap Indonesia telah diumumkan. Komandan Jaya telah ditangkap oleh unit militer loyalis yang kini menguasai ibukota. Sumber militer mengatakan ia akan diadili atas tuduhan kejahatan perang dan makar. Ini adalah hari baru bagi Indonesia."
Dion dan Maya saling berpelukan. Mereka telah berhasil. Perjalanan yang dimulai di bunker kumuh dan kereta api tua itu, kini berakhir dengan perubahan besar pada sejarah dunia.
Dion: "Kita berhasil, Maya. Kita mengubah masa depan."
Rani: (Berdiri di haluan, menatap cakrawala) "Ya. Dan sekarang, tugas kita adalah membangun masa depan itu. Kita harus menggunakan koneksi Arya dan Daftar Hitam untuk memastikan Jaya tidak pernah kembali, dan semua yang dia wakili, hilang selamanya."
Mereka telah meninggalkan Arya, tetapi mereka membawa janji: untuk melihat kembali ke masa depan, hanya ketika Arya kembali.