NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Saat Husna akan menggendong Ava, Husna melihat Jovan yang masuk ke kamar putrinya.

Jovan menghampirinya dan langsung menggendong Ava.

"Masya Allah, cantik sekali Putri Ayah."

Jovan menggendong Ava dengan satu tangan, sementara tangan yang lain membelai lembut pipi putrinya.

"Kamu sangat cantik seperti Mama kamu, nak." puji Jovan.

Husna terdiam saat mendengar perkataan dari Jovan.

Husna bangkit dari tempat tidur dan membersihkan tempat tidur Ava.

"Malam nanti kita mengadakan resepsi dan setelah ini ikut aku untuk membeli gaun pesta." ucap Jovan.

Husna melirik ke arah Jovan yang masih menggendong Ava.

"Aku ada gaun pesta, Van. Jadi kita nggak usah beli lagi."

Jovan sedikit tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Husna.

"BI MARTA!!" panggil Jovan dengan nada yang sangat tinggi.

Mendengar suara tinggi Jovan, Ava lansung menangis kencang.

Husna yang jengkel langsung mengambil Ava dari gendongan Jovan.

"Apa kamu sudah gila, Van? Bagaimana bisa kamu berteriak di depan Ava?!" ucap Husna yang langsung marah dengan Jovan.

Husna langsung keluar dari kamar dan meninggalkan Jovan yang masih mematung.

Disaat bersamaan Bi Marta masuk dan melihat ketegangan antara mereka berdua.

Di taman belakang yang luas dan tertata indah, Husna mencari bangku kayu di bawah pohon maple yang rimbun.

Ia duduk, menimang-nimang Ava dengan gerakan lembut sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Sssshhh... Sayang, sudah ya. Jangan takut. Mama di sini. Ayah tidak marah pada Ava, kok. Ayah hanya sedang lelah," ucap Husna berbohong dengan lembut sambil menenangkan Ava.

Tangisan Ava yang kencang berangsur-angsur mereda, berganti menjadi isakan kecil yang sesekali diselingi napas panjang.

Husna merasakan Ava menyandarkan kepala mungilnya di bahu Husna, mencari kenyamanan.

Di pelukannya, Ava akhirnya terlelap, napasnya teratur dan tenang.

Husna tersenyum tipis saat melihat Ava yang kembali tidur.

Disatu sisi ia masih ingat tentang pertengkaran nya dengan Jovan di ruang makan saat Jovan membandingkannya dengan mendiang Aisyah.

"Aku paling tidak suka dengan orang yang sidak membanding-bandingkan antara aku dan Aisya. Aku ya aku. Aisya ya Aisyah." ucap Husna.

Tanpa Husna sadari kalau Ibu Riana ada di belakang dan mendengar perkataan dari Husna.

Ibu Riana yang mendengarnya tersenyum tipis dan berjalan ke arah Husna.

"Apa anak Mama menyakiti kamu, Na? Sampai-sampai kamu bergumam sendiri disini?" tanya Mama Riana sambil membelai pipi Husna.

Husna sedikit terkejut dengan kedatangan Mama Riana.

"N-nggak Ma. Hanya saja tadi Jovan meninggikan suaranya saat menggendong Ava." jawab Husna.

"Dia memang begitu, Husna. Setelah Aisyah pergi, emosinya sedikit tidak stabil. Dia mencintai Ava,tapi dia tidak bisa mengendalikan dirinya, terutama saat stres pekerjaan. Kamu harus sabar, Sayang," ujar Ibu Riana.

Husna menganggukkan kepalanya dan ia akan mencoba untuk bersabar menghadapi Jovan yang seperti kulkas seribu pintu.

Setelah selesai mengobrol dengan Mama Riana. Husna mengajak Mama Riana untuk masuk kedalam rumah.

Saat masuk kedalam rumah, ia melihat Jovan yang menatapnya.

"Ma, Husna ke kamar dulu." ucap Husna yang kemudian masuk ke kamar Ava.

Mama menganggukkan kepalanya dan mengijinkan Husna ke kamar.

Jovan memeluk tubuh Mama Riana yang baru saja tiba.

"Van, boleh kita bicara di tempat lain?"

Jovan menganggukkan kepalanya dan mengajak Mama Riana ke ruang kerjanya.

Kemudian Jovan menutup pintu ruang kerjanya yang kedap suara.

Ruangan itu didominasi warna gelap dan memiliki jendela besar yang menghadap taman belakang.

Ia berjalan ke meja kerjanya dan berdiri di sana, menatap ibunya dengan tatapan penuh tanya.

"Ada apa, Ma? Apa ada masalah dengan persiapan resepsi nanti malam?" tanya Jovan dengan wajah serius.

Ia sangat tahu kalau Mamanya pasti akan menasehatinya.

"Mama dengar kamu membandingkan Husna dengan Aisyah. Kamu menyindir Husna karena terlambat bangun, padahal Husna semalaman terjaga mengurus Ava yang menangis. Dan Husna mengatakan, 'Aku paling tidak suka dengan orang yang suka membanding-bandingkan antara aku dan Aisyah. Aku ya aku. Aisyah ya Aisyah.'" Ibu Riana mengulangi kalimat Husna dengan intonasi yang lembut namun menusuk.

Jovan yang mendengarnya langsung mencengkram erat kedua tangannya.

Ia tidak menyangka jika Husna akan bicara seperti itu saat di taman belakang.

"Tentu saja, Ma. Aisyah adalah istri yang sempurna! Husna hanya...."

"Hanya apa, Jovan? Hanya pengasuh berstatus istri? Apa kamu lupa, dia adalah menantu sah Mama, dan istri sahmu di mata agama dan hukum? Dan dia adalah ibu sambung Ava, yang mau mengorbankan masa depannya demi putrimu!"

Jovan terdiam sejenak, wajahnya mengeras menahan amarahnya.

"Dia memang hanya pengganti, Ma. Aku menikahinya karena Ava butuh ibu. Aku sudah jelaskan itu pada Husna! Dan aku sudah jujur, Ma. Hatiku milik Aisyah! Aku tidak pernah meminta Husna mencintaiku, dan aku tidak akan pernah mencintainya! Aku tidak mau membohongi dia, Ma. Aku akan memberinya semua yang dia butuhkan, kecuali hatiku!"

Ibu Riana terkejut mendengar ucapan kasar putranya. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri.

"Baiklah, Jovan. Kamu boleh tetap mencintai Aisyah. Itu hakmu. Tapi sebagai Ibumu, Mama hanya ingin mengingatkan. Husna adalah wanita yang berhati emas. Dia meninggalkan cintanya, keluarganya, dan negaranya untuk memenuhi permintaanmu, permintaan Ayahmu, demi seorang anak yang bukan darah dagingnya. Dia adalah titipan Tuhan, Nak. Bukan robot." ucap Ibu Riana yang jengkel dengan putranya.

Ibu Riana berjalan menuju pintu ruang kerja putranya.

Sebelum membuka kenop, ia menoleh kembali ke arah Jovan, tatapannya kini berubah menjadi peringatan keras.

"Teruslah bersikap dingin dan tidak menghargainya, Jovan. Teruslah membandingkannya dengan bayangan masa lalu yang sempurna di kepalamu. Tapi ingat ini baik-baik, Jovan. Jangan pernah menyesal kalau suatu hari nanti, wanita baik itu mahar pengganti hati' yang kamu sebut memilih untuk pergi, meninggalkanku, meninggalkanmu, dan meninggalkan rumah megah ini. Saat itu terjadi, kamu tidak hanya kehilangan istri dan ibu bagi Ava, tapi kamu akan kehilangan kesempatanmu untuk kembali menjadi manusia yang hangat."

Setelah mengucapkan kalimat terakhir yang terasa seperti ancaman, Ibu Riana membuka pintu dan melangkah keluar.

Kemudian Ibu Riana menuju ke kamar atas untuk menemui Husna.

Tok... tok... tok....

Husna bangkit dari tempat tidur dan segera membuka pintu kamarnya.

Ibu Riana langsung memeluk tubuh Husna dan ia meminta maaf karena putranya sudah menyakitinya.

"Husna, ini gaun pesta yang Mama belikan. Nanti malam kamu pakai ya, nak. Tunjukkan ke suami kamu kalau kamu tidak bisa dibandingkan dengan mendiang Aisyah."

Husna menganggukkan kepalanya dan ia berjanji akan memakai gaun itu.

"Jangan panggil ibu, ya. Panggil Mama saja." pinta Mama Riana.

"I-iya Ma," ucap Husna sambil tersenyum tipis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!