Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERCINTA
Alis Ethan menaik satu, "Dia bilang ap Gigolo kata dia tadi!"
Ethan menarik pergelangan tangan Grace, "Apa Nyonya tidak menyukai teknik suaminya, sampai harus mencari Gigolo!" balas bisik Ethan.
Sarah langsung mengernyit, sungguh daat ini dia merasa hatinya sangat masam melihat pemandangan klasik di depan matanya saat ini, benar-benar sakit sampai menusuk sampai ke hati. Ethan dan Grace terlihat sedang saling menggoda, saling ingin mencium satu sama lain.
Ethan langsung menarik tangan Grace, masuk ke dalam lift VIP. Mengabaikan Sarah, dia berjalan begitu saja melewatinya. "Kak Ethan!" teriak panggil Sarah.
Ethan tetap mengabaikan Sarah, pintu lift tertutup. Napas Sarah tersengal karena menahan kesal. "Bagaimana mungkin aku dikalahkan lagi!" rutuknya dalam hati.
"Karena kau mengabaikan aku, saatnya aku harus mengeluarkan kartu As-ku!" pikir Sarah.
Di dalam lift Ethan menggenggam erat tangan Grace, pintu lift terbuka. Dia langsung menarik Grace ke kamar yang ada di ruang kerjanya. Dengan kasar melemparkan tubuh istrinya itu.
"Ethan, kau sedang kerasukan hantu ya!"
Tidak menjawab, dia langsung menekan tubuh Grace dibawahnya. "Karena Nyonya sepertinya sudah melupakan rasa bercinta, pagi ini aku akan menyempatkan diri untuk mengingatkan rasanya lagi!"
Ethan mulai mencium kasar penuh hasrat bagian tengkuk leher istrinya itu. Menangkap kedua tangan istrinya dan menguncinya di atas kepala.
Ethan juga langsung mengunci bibir Grace dengan lumatan maha dasyhat membara. Grace berusaha mendorong tubuh Ethan,tapi apa daya kekuatan Ethan seakaam bertambah berkali kali lipat di pagi hari ini.
Ethan menarik tubuh Grace, lalu menggiringnya ke meja dan menaikan tubuh Grace sampai terduduk di meja. "K-kau mau apa?"
Ethan mulai membuka sabuknya seraya berkata, "kita mulai pekerjaan di pagi hari ini!"
Grace menggelengkan kepalanya, dalam hati menyesal karena telah memprovokasi suaminya itu, sehingga langsung berubah menjadi hewan buas yang siap memakannya.
"Ethan!" sentak Grace ketika suaminya itu membuka kedua kakinya.
Lenguhan pun mulai terdengar memenuhi kamar di ruang kerja Ethan. Sementata itu, Sarah saat ini sedang berdiri di depan pintu kamar itu. Hatinya meradang, selama dekat dengan Ethan. Dia tidak pernah diijinkan masuk ke kamar itu.
Tiga puluh menit berlalu, tanda-tanda Ethan dan Grace belum juga terlihat keluar dari kamar itu. Sementara itu, di dalam kamar hanya terdengar detak jam dinding dan desiran napas yang mulai berat.
Kertas-kertas di meja bergeser ketika tubuh mereka bersandar di tepi meja, menjadi saksi bisu dari momen yang tak akan dilupakan.
Dokumen terabaikan, seperti sengaja memberi ruang untuk sesuatu yang lebih penting dari aktivitas kerja di pagi ini. Tatapan mereka bertemu, lama dan dalam, seakaan mencari kepastian di mata satu sama lain. Tak ada kata-kata yang terucap, hanya tarikan napas yang semakin dekat.
Waktu terasa mlambat. Suara gesekan kursi, napas yang saling bertaut, dan detak jantung yang berpacu mengisi ruangan itu. Tak ada suara selain bisikan lembut dan rintihan tertahan yang keluar diantara helaan napas.
Ethan melepaskan pelukannya, Grace masih terduduk diatas meja dengan rambut dan pakaian yang sedikit berantakan. Sementara Sarah masih setia menunggu di luar pintu kamar.
Begitu melihat pintu dibuka dia pun langsung sedikit merasa lega. "Kak Ethan!"
Pandangan Sarah langsung mengedar, begitu melihat Grace keluar, dia langsung memperhatikan rupa kakaknya saat inim rambut terlihat berantakan, baju yang sedikit kusut.
Hatinya meradang ketika melihat ada tanda merah di leher Grace. "K-kalian... apa yang baru saja kalian lakukan?"
Grace merapikan pakaiannya, Ethan langsung duduk di meja kerjanya. Sarah masih tidak terima, "Kak... Apa kalian baru saja bercinta?"
Grace berdehem, lalu menjawab, "Memangnya kenapa kalau Tuan Muda Mo meniduriku, tidak ada yang salah kan?"
Mata Sarah langsung memerah, sementara Grace merasa malas berdebat, dia pun pergi meninggalkan ruanv kerja suaminya itu. Sarah langsung berdiri di depan meja kerja Ethan. "Apa kalian benar-benar baru saja bercinta?"
Ethan terlihat serius membaca berkas yang ada diatas meja, "Suami istri...bukankah wajar?"
Sarah semakin sesegukan, lalu berkata, "jika bukan karena hwri itu!" isak tangis sarah mencekat suaranya. Lalu dia berkata lagi, "Aku melepaskan masa depanku karena keluarga Mo, apa sudah lupa ?"
Gerakan tangan Ethan membalik halaman terhenti sambil menggigit bibir bawahnya. Dia meletakan pulpennya lalu menatap wajah Sarah, rahangnya mengeras, namun dalam sepersekian detik kembali melembut.
Dia pun bangkit berdiri, lalu memeluk menenangkan Sarah. "Maafkan aku?" Katanya sambil menepuk-nepuk punggung Sarah.
Ethan melepaskan pelukannya, lalu membuka laci meja kerjanya. Mengambil sebuah kartu emas dan memberikannya kepada Sarah. "Belanjalah sepuasmu!"
Senyuman pun menyapa kembali ke wajah sarah seraya mengulurkam tangan mengambil kaetu itu. "Kalau begitu, Kak Ethan kembali bersibuk saja. Aku pergi dulu, tidak mengganggu lagi!"
Ethan mengangguk, Sarah pun keluar dari ruangan kerja Ethan sambil tersenyum, lalu berkata. "Wah… cantik sekali,” gumamnya pelan.
Sarah mengangkat kartu itu sejajar dengan wajahnya, seolah ingin memastikan kilau logamnya benar-benar nyata. Ada rasa kemenangan yang sulit disembunyikan, perasaan seperti telah naik satu tingkat dalam hidupnya, mengalahkan kakaknya.
"Lihat, kak Ethan baru saja memberiku kartu emas!" swsumbarnya di depan Grace.
"Dengan ini aku tidak perlu belanja tanpa khawatir limit, bisa dapat fasilitas eksklusif!" katanya bangga di depan wajah Grace
Memikirkan tentang perasaan lebih dihargai setiap kali dia bertransaksi. Maka saat ini hatinya dipenuhi semangat baru. Sarah segera meraih ponselnya, memotret kartu itu, lalu menjadikannya status di ponsel.
Grace terlihat tetap serius membalaa email. Tadi dia baru saja menganggap ada kaset kusut yang tidak sengaja dia putar. Merasa kesal memdengar ocehan adiknya itu. Grace pun berkata, "Kau memiliki uangnya, tapi aku memiliki tubuhnya. Dan, siapa tahu mungkin nanti aku hamil!"
"Tadi itu dia sangat hebat... maksudku benar-benar hebat!" kata Grace lagi.
Pada saat berkata kalimat itu, bertepatan dengan Ethan yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Senyum samar terjejak diwajahnya. Sementara Grace langsung berdiri, wajahnya sedikit panik. "A-apa tadi dia mendenhar perkataanku!"
"Oh ya ampun!" Kata Grace dalam hati, sembari ingin rasanya menggali lubang dalam-dalam dan masuk ke dalamnya.
"Ikut aku!" kata Ethan kepada Grace.
Mendengar itu, Grace langsung mengambil tabletnya. Lalu mulai membacakan agenda hari ini. Sementara itu Sarah cukup merasa puas dengan kartu di tangannya, jadi kali ini dia lebih memilih mengalah dan pergi meninggalkan grup Mo.
Bagi Grace hari ini akan terasa seperti maraton tanpa garis akhir. Jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi ketika telepon di tiap meja staff sudah mulai berdering bersahutan, pesan-pesan masuk tanpa henti, dan kalender di layar ponsel penuh dengan warna-warna berbeda menandakan rapat, presentasi, dan tenggat waktu.
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu