NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Mendapat Serangan Yang Tidak Terduga

  Masalah cincin sudah Elvaro atasi. Siangnya ia berangkat ke kantor bersama dengan Aiden. Ketika sampai di ruangan, Amira datang dengan membawakan kopi kesukaan Elvaro dan menaruhnya di meja.

 "Selamat siang, Pak! Tumben Bapak datang siang sekali, " sapa Amira.

 "Ada apa?" tanya Elvaro.

 "Ada hal yang perlu saya bicarakan dengan Pak El. Bapak ada waktu sebentar?" tanya Amira dengan senyum ramah.

 "Baiklah. Silahkan duduk!"

 Amira duduk di sofa disusul oleh Elvaro duduk berhadapan dengannya.

 "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya? " tanya Elvaro sambil menyeruput kopinya.

 Amira tersenyum memperlihatkan sisi lembut dan manjanya.

 "Saya sebenarnya malu untuk mengatakan ini. Tapi seperti yang anda katakan. Jika saya berubah pikiran, saya harus menemui anda."

 Elvaro mengangguk pelan. Lalu ia bersandar pada punggung sofa dan duduk dengan santai.

 "Jadi?"

 "Saya menerima Pak Aiden. Dan saya ingin menikah dengan dia! " tegas Amira.

 "Dalam semalam?"

 "Anda tahu saya yatim piatu. Dan saya tidak punya kerabat. Saya tidak ingin terus hidup sendirian dan saya pikir Pak Aiden sangat baik dan juga penyayang. Saya sudah memikirkannya dengan baik. Dan saya juga sudah bertemu dan bicara dengan Pak Aiden. Kami ingin menikah. Tapi, apakah anda akan baik-baik saja? Karena jika saya menikah dengan Pak Aiden anda akan menjadi Ayah saya, " jelas Amira beralasan.

 "Mungkin, untuk sementara memang akan terasa sangat canggung. Tapi, apa kamu sudah memikirkan ini matang-matang? Jangan sampai nantinya kamu malah menyesali keputusan kamu ini, " balas Elvaro.

 Amira menggeleng. "Saya percaya kepada Bapak dan Pak Aiden. Sudah lima tahun saya bekerja dengan anda."

 "Baiklah. Kita bicarakan ini nanti. Sebentar lagi rapat akan dimulai. Tolong kamu persiapkan terlebih dahulu. Kita lanjut bicarakan ini nanti di rumah, " ujar Elvaro sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

 "Baik, Pak."

 Amira dan Elvaro beranjak dari duduknya. Kemudian mereka pun pergi menuju ruang rapat bersama. Berjalan di belakang Elvaro, Amira menatap punggung Elvaro dengan sangat lama.

  [Pak El? Haruskah anda menikahi orang lain setelah saya begitu lama bekerja dengan anda? Secuek itu kah anda kepada saya? Sampai anda sama sekali tidak tertarik kepada saya. Tapi, tidak papah. Selama saya bisa dekat dengan anda, saya pasti bisa merebut hati anda dan anda hanya akan menjadi milik saya seorang. ] Bathin Amira.

  Dalam perjalanan menuju ruang rapat, mereka bertemu dengan Aiden yang juga hendak pergi ke ruang rapat. Tatapan Aiden dan Amira bertemu. Amira tersenyum manis kepada Aiden. Sementara Aiden merasa sangat canggung dan gugup karena ada Elvaro di sana. Tapi, Aiden tidak bisa membohongi diri. Setiap kali bertemu Amira ia sangat deg deg gan. Dan jadi salah tingkah.

 "Selamat siang, Pak Elvaro. Bu Amira! " sapa Aiden.

 "Selamat siang, Pak Aiden!" Balas Amira.

  Elvaro hanya mengangguk kecil menyadari kecanggungan mereka. Tapi ia hanya bisa tersenyum, karena merasa sangat lucu melihat tingkah mereka yang seperti ini.

  ***

  Rapat sudah selesai.

 "Aiden? Bisa kita bicara?"

  Tanya Elvaro setelah keluar dari ruang rapat.

 "Boleh."

 "Kalau begitu, saya permisi, " sela Amira berpamitan untuk memberikan ruang kepada mereka agar bisa bicara dengan santai.

  Elvaro mengajak Aiden keluar untuk berbincang santai sambil minum kopi bersama.

 "Ada apa?" tanya Aiden.

 Elvaro menyeruput kopi dingin yang sudah ada di hadapannya.

 "Kapan kamu akan melamar Amira?" tanya Elvaro.

 Aiden tersenyum sambil tersipu malu.

 "Tidak perlu terburu-buru. Untuk saat ini, urus dulu saja pernikahan Ayah. Setelah semua selesai, baru kita urusi masalah pernikahan ku dengan Amira, " jawab Aiden.

 Elvaro mengangguk tanda mengerti. Lalu kemudian, ia menyeruput kopi dinginnya lagi.

 "Kapan Ayah mengetahuinya?" tanya Aiden penasaran.

 "Apa?"

 "Perasaanku pada Amira."

Elvaro tertawa kecil. "Bagaimana Ayah tidak tahu, kalau sikapmu begitu jelas setiap kali bertemu dengan Amira. Dan ketika Bima mengatakan kalau wanita yang ingin Ayah nikahi adalah Amira, wajahmu langsung pucat. Lalu, ketika Ayah menjawab bukan, kamu terlihat sangat lega. Bukankah semua itu menjelaskan kalau kamu sangat menyukai Amira, " jelas Elvaro.

 Aiden tersenyum malu karena ternyata Elvaro sangat memahami dirinya.

 "Terima kasih, Ayah. Karena Ayah sudah mau memahami perasaanku, " balas Aiden.

 "Tapi, Ayah sedikit kecewa. "

 Elvaro menatap tajam ke arah Aiden sambil melipat kedua tangannya di dada.

 Aiden membalas tatapan Elvaro dengan penuh pertanyaan. Aiden menaikkan sebelah alisnya.

 "Sudah begitu lama kamu menyukai Amira. Tapi sedikit pun kamu tidak mengambil tindakan apapun. Seharusnya jika kamu suka, kamu harus berani setidaknya dekati dia dengan perlahan. Diam saja tidak akan membuat dia tertarik sama kamu. Kamu sebut dirimu itu anak Ayah?" sambung Elvaro.

 "Ayolah, Ayah! Jangan begitu."

 Elvaro tertawa kecil sedikit meledek Aiden.

 Ketika mereka begitu asik mengobrol dan bersenda gurau. Tiba-tiba saja ada seseorang datang menghampiri mereka dengan langkah yang begitu cepat. Dilihat dari postur tubuhnya sepertinya dia seorang pria. Ia memakai jaket hitam, celana hitam, topi hitam, dan masker hitam.

  Untung saja Elvaro kebetulan Elvaro melihat ke arahnya dan langsung sigap menghindar. Ketika pria itu mengayunkan sebilah pisau yang tajam ke arahnya.

 Gubrak!

 Pria misterius itu tersungkur jatuh diatas meja menumpahkan kopi dingin milik Elvaro. Aiden spontan berdiri terkejut melihat kejadian itu.

 "Sial!"

 Pria itu kembali bangkit karena serangannya tidak mengenai Elvaro. Untungnya Elvaro hebat dalam berkelahi. Ketika pria itu menyerang kembali dengan pisaunya, Elvaro secepat kilat menepis serangannya dan menangkap tangan pria tersebut lalu merebut pisaunya.

 Krekk!

  Terdengar Elvaro mematahkan tulang di pergelangan tangan pria itu. Sehingga pria itu meringis kesakitan.

 "Aaaa...!"

  Elvaro mendorong pria tersebut hingga terjatuh di lantai. Ia menatap dengan tajam ke arah pria tersebut.

 "Siapa kau? Berani sekali ingin menyerangku?" tanya Elvaro dengan tegas dan dingin.

  Pria tersebut mulai ketakutan. Ia tahu kalau ia harus menyerah. Dengan tangan seperti itu ia tidak akan bisa mengalahkan Elvaro. Tanpa menjawab apapun, pria itu segera bangkit dan berlari pergi. Ia kabur terbirit-birit.

 "Hei! Jangan kabur kamu!"

 Aiden hendak mengejarnya. Tetapi dihentikan oleh Elvaro.

 "Sudahlah biarkan dia pergi."

 "Tapi Ayah, kalau dibiarkan nanti dia pasti akan menyerang Ayah lagi, " balas Aiden.

 "Tidak apa. Meskipun Ayah tidak melihat wajahnya. Tetapi, Ayah mengenali bau farpum yang ada di tubuhnya. Siapa dia? Biar Ayah saja yang urus nanti. Jangan ikut campur, " sahut Elvaro dengan begitu tenang.

 Orang-orang yang ada di Kafe dan menonton kejadian itu menjadi sangat tegang. Dan ada salah satu orang di Kafe yang merekam kejadian itu. Sehingga dalam beberapa menit saja vidio Elvaro langsung tersebar di internet.

 Kebetulan, vidio itu sampai pada Anya dan Amira yang tengah menonton saat ini. Anya hanya merasa kagum melihat keberanian Elvaro.

 Sementara itu, Amira sangat khawatir karena seseorang telah menyerang orang yang ia cintai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!