Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-pura bodoh
Latisha baru saja selesai membersihkan diri saat bel apartemennya berbunyi terus-menerus.
Bergegas Latisha berpakaian lalu merapikan penampilannya. Ia menggerutu dalam hati merutuki orang yang terus saja menekan bel apartemennya tanpa henti. Padahal niatnya setelah mandi adalah beristirahat, ia lelah karena baru saja pulang dari butik untuk membeli beberapa pakaian formal untuknya bekerja, dua hari lagi ia akan mulai bekerja di perusahaan properti yang kemarin mewawancarai nya. Ia sangat bersyukur karena ternyata ia bisa lolos dan bekerja di sana. Kini ia tak perlu risau untuk menghadapi hidup kedepannya. Fokus nya sekarang adalah mencari keberadaan putranya. Ia sudah meminta seorang detektif mencari informasi tentang putranya. Namun ternyata itu tak gampang karena minimnya informasi yang ia punya. Namun ia tak akan menyerah, ia harus terus berjuang mencari putranya itu. Ia bahkan telah menghabiskan setengah uang tabungannya untuk membayar detektif itu.
Latisha bergegas keluar dari kamar nya karena merasa terganggu dengan bunyi bel yang terus menerus berdering. Saat ia membuka pintu apartemennya. Tiba-tiba tubuhnya hampir saja terjungkal karena mereka yang berada di luar sana langsung menerobos masuk kedalam apartemen nya.
Latisha mengernyitkan kening nya saat melihat ketiga orang yang datang itu kini sudah duduk manis di atas sofa.
"Kenapa lama sekali membuka pintu untuk kami?" Prayan mendelik menatap Latisha yang terlihat kesal. Padahal harus nya ia yang kesal karena telah menunggu cukup lama di luar.
"Mau apa kalian ke sini?"' bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Latisha malah balik bertanya. Ia merasa heran dengan kedatangan ketiga orang yang selama ini tak peduli padanya. Untuk apa mereka datang ke apartemen nya? Latisha yakin ada sesuatu yang mereka inginkan karena tidak mungkin mereka datang tanpa tujuan.
"Tidak sopan Kamu, bukannya menjawab pertanyaan ayahmu kamu malah balik bertanya, dasar anak durhaka. Sebaiknya kamu ambilkan dulu minuman dan makanan untuk kami. Apa kamu tidak lihat kami kehausan karena lama menunggu kamu yang membukakan pintu?" Ujar Agniya sambil mendelik ke arah anak tirinya.
"Maaf aku tidak memiliki minuman dan makanan untuk kalian. Sekarang katakan apa maksud kalian datang menemui ku? Bukankah di antara kita sudah tidak ada ikatan?apa anda lupa udah memutuskan hubungan ayah dan anak kemarin? Jadi untuk apa Anda datang ke sini?" Latisha menatap tajam Prayan yang berdecak mendengar perkataannya. Sudah tak ada lagi rasa hormat Latisha untuk pria itu karena selama ini Prayan telah berbuat buruk padanya, bahkan Ayah kandungnya itu malah mendukung Radmila yang telah menghancurkan rumah tangganya.
"Hei jaga ucapan kamu, biar bagaimanapun Kamu terlahir karena saya." Prayan menatap tajam Nana yang terlihat tenang.
"Saya tahu tapi saya juga tidak memilih untuk dilahirkan dari benih anda. Sungguh jika bisa memilih, saya tidak ingin terlahir menjadi putri anda. Sudah banyak hal buruk yang Anda lakukan pada saya dan juga Ibu saya jadi sekarang saya tidak ingin lagi berurusan dengan anda. Beruntungnya anda telah memutuskan hubungan diantara kita." Ujar Latisha panjang lebar. Prayan yang emosi pun hampir saja melayangkan tangannya ke pipi Latisha, namun dengan sigap wanita itu mencekal tangan ayahnya. Prayan yang kaget mendapatkan perlawanan dari Latisha pun melotot dengan nafas yang tersengal.
"Berani kamu melawan saya?" Tatapan Prayan yang tajam masih mengarah ke arah Latisha.
"Tentu saja saya berani karena saya tidak salah. Cepat katakan apa yang kalian inginkan? Jika tidak, lebih baik kalian segera keluar dari sini sebelum Saya memanggil pihak keamanan untuk mengusir kalian." Ujar Latisha tegas. Prayan pun berusaha untuk mengontrol emosinya. Ternyata Latisha kini telah berubah. Putri sulungnya itu kini sudah berani melawannya setelah kejadian tempo hari, dimana dengan yakinnya ia memutuskan hubungan ayah dan anak diantara mereka. Saat itu Prayan percaya jika tanpa bantuan dari Latisha, ia bisa hidup mewah. Prayan yakin saat Radmila menggantikan posisi Latisha dengan menikahi Drakara, ia bisa ikut menikmati harta kekayaan menantu nya itu. Tapi nyatanya semua hanya angan belaka. Bukannya dinikahi, Radmila malah di pecat. Belum lagi mobil Radmila yang dulu di belikan Drakara, kini di ambil kembali oleh Nurcelia. Bukan nya untung yang di dapat, mereka malah buntung.
"Dengar, mulai saat ini kamu harus memberi uang bulanan sama saya sebagai tanda bakti mu sebagai seorang anak." Dengan tak tahu malu nya Prayan berkata.
Sontak saja perkataannya itu membuat Latisha tertawa.
"Anda minta uang bulanan? Gak salah? Memangnya anda lupa telah menganggap saya bukan bagian dari keluarga? Jadi saya tidak punya kewajiban kepada anda dan sebaliknya Anda pun tidak punya hak meminta kepada saya. Lagi pula bukannya Anda yang kemarin berkoar-koar gak butuh saya lagi? Anda juga mengatakan jika hubungan keluarga kita sudah putus? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba datang minta uang bulanan?" Lanjut Latisha.
"Kenapa tidak minta uang kepada putri kesayangan Anda? Bukankah selama ini dia yang selalu perhatian dan memberi Anda uang?" Latisha tersenyum sinis.
"Jangan banyak bicara, pokoknya lakukan apa yang saya katakan tadi. Gara-gara kamu kini Radmila dipecat dari perusahaan jadi kamu yang harus bertanggung jawab menghidupi kami." Ujar Prayan lagi tak tahu malu.
"Kenapa Anda malah menyalahkan saya? Yang memecat Sonia bukan saya. Kenapa jadi saya harus bertanggung jawab?" Latisha mengernyitkan kening nya.
"Jelas semua nya memang salah kamu. Kenapa kamu harus bercerai dengan Drakara, hingga Drakara murka dan kemudian memecat Radmila. Ini semua salah Kamu, sekarang kami tidak lagi memiliki pemasukan karena Radmila sudah tidak bekerja lagi, jadi sudah seharusnya kamu yang memberi kami uang bulanan." Ujar Agniya dengan lantang.
Lagi, Latisha tertawa terbahak mendengar perkataan Agniya.
"Hei bukannya Anda yang menginginkan saya berpisah dengan Drakara agar putri tercinta Anda bisa masuk ke keluarga Dirgantara? Lalu kenapa sekarang malah menyalahkan saya? Bukankah seharusnya kalian bahagia karena sebentar lagi Radmila akan menggantikan posisi saya menjadi menantu di keluarga Mahaprana." Ujar Latisha.
"Jangan bilang kalian sudah di tendang juga dari keluarga Mahaprana." Latisha tertawa puas. Ia memang sudah tahu rencana Nurcelia sebelumnya. Tapi ia tak menyangka akan secepat ini Radmila di depak oleh Nurcelia.
Wajah Agniya tampak memerah. Ia malu karena apa yang dikatakan Latisha benar adanya.
"Astaga, jadi benar kalian sudah di depak? Kenapa kalian menyerah begitu saja? Bukan kah kalian sudah susah payah membuat saya bercerai dengan Drakara? Harus nya kalian berusaha lebih keras lagi seperti usaha kalian dulu yang ingin memisahkan saya dengan Drakara." Latisha terkekeh.
"Sudahlah mbak. Jangan bicarakan hal itu lagi. Sekarang kami butuh uang. Serahkan sebagian harta gono gini mbak kepada kami." Ujar Radmila dengan enteng nya.
"Mbak pasti dapet banyak hartakan? Secara mas Bara adalah pengusaha kaya raya." Ujar Radmila.
"Jangan pura-pura bodoh Radmila, kamu tentu tahu Drakara tidak mau memberikan sepeser pun hartanya padaku. Bukankah ini adalah rencana kalian? kalian ingin aku pergi dengan tangan kosong. Dan sekarang keinginan kalian sudah terkabul. Jadi untuk apa kalian kesini meminta sesuatu yang aku tidak punya?" Latisha terkekeh.
Sejenak keheningan menyelimuti mereka.
"Kalau begitu serahkan kunci mobil mu pada kami. Bukankah kamu memiliki mobil?" Dengan tak tahu malunya Prayan malah ingin merampas satu-satunya kendaraan milik Latisha.
"Jangan harap. Saya tidak mungkin memberikan satu-satunya kendaraan milik saya kepada anda, mobil itu adalah hasil kerja keras saya ketika saya masih bekerja." Ujar Latisha menggelengkan kepalanya.
"Jangan pelit jangan juga tak tahu diri dan tak mau balas budi. Saya telah membesarkan kamu hingga kamu sebesar ini. Mobil itu tak cukup untuk membayar jasa saya membesarkan kamu, harusnya kamu tahu itu." Ujar Prayan lagi.
Kali ini Latisha tertawa lebih kencang, namun ada kepedihan dari sorot matanya.
"Kewajiban orang tua untuk membesarkan anaknya dan saya juga tidak memilih untuk menjadi anak anda, tapi apa benar saya dibesarkan oleh anda? setahu saya ibu sayalah yang berjuang menghidupi kami berdua. Mana tanggung jawab anda sebagai seorang suami dan ayah? Anda malah pergi meninggalkan kami dan dengan teganya anda mengambil alih satu-satunya hak milik saya. Rumah yang kalian tinggali saat ini adalah rumah Ibu saya. Saya tahu pasti karena saya memiliki sertifikat rumah tersebut. Sudah untung Saya tidak mengusir kalian dari sana, tapi lihat saja apa yang saya lakukan jika kalian masih mengusik hidup saya. Saya tak akan segan mengusir kalian dari rumah itu." Tegas Latisha.
Sontak saja ketiga nya terkejut. Terutama Prayan, ia akui jika rumah itu memang rumah mendiang istri pertamanya tak ada campur tangannya dalam membangun rumah itu karena rumah itu merupakan rumah peninggalan orang tua dari mendiang istrinya. Rumah yang cukup besar yang sekarang ia tinggali dan ia renovasi hingga terlihat lebih mewah adalah rumah milik istri pertamanya yaitu ibunya Latisha. Jika memang benar sertifikat rumah itu berada di tangan Latisha, celaka sudah dirinya karena ia pun tak bisa mengklaim rumah itu sebagai miliknya. Ia tidak memiliki bukti surat menyurat rumah tersebut.
"Jangan bohong kamu, rumah itu rumah papa dan kami telah merenovasi rumah itu hingga kini terlihat mewah. Jangan pernah kamu ngaku-ngaku rumah itu milik mu." Ujar Radmila. Latisha hanya tertawa mendengar perkataan Radmila. Ia melirik Prayan yang hanya diam.
"Benarkah? Apa kamu bisa membuktikan kalau itu rumah papamu? Apa dia memilki surat-surat rumah tersebut? Kalau ada, tolong perlihatkan. Jika tidak, jangan bicara sembarangan karena aku tak main-main. Aku sudah lelah menghadapi kalian. Aku juga sudah mengalah selama ini. Tunggu saja kalian pasti terusir dari rumah itu." Ujar Latisha yakin. Radmila dan Agniya pun saling berpandangan, lalu mereka berdua menatap Prayan yang terlihat pias.
"Jangan bilang semua yang dikatakan anak tak tahu diri itu benar pah. Ayo katakan bahwa perkataannya itu bohong." Agniya mengguncang lengan Prayan yang masih terdiam.
"Jangan macam-macam kamu Latisha. Lihat saja kalau kamu berani mengusik rumah itu." Sentak Prayan.
"Saya tidak akan mengusik jika kalian tidak lebih dulu mengusik saya. Selama ini saya sudah diam dan membiarkan kalian hidup tenang di rumah itu tapi kalian malah datang dan menghancurkan rumah tangga saya dan sekarang kalian datang ingin memeras saya? jadi jangan salahkan saya jika kalian semua terusir dari rumah itu. Saat ini saya membutuhkan uang untuk biaya hidup saya ke depannya, sepertinya menjual rumah itu akan menjadi solusi yang terbaiki bagi saya, kalian semua tahu saya tidak mendapatkan harta gono gini dari mantan suami." Ujar Latisha tenang.
Prayan begitu emosi saat mendengar perkataan Latisha, ia pun langsung beranjak dari duduknya dan langsung melayangkan tangannya ke pipi Latisha. Wanita itu hanya tersenyum dan tidak berusaha untuk mencegah tamparan Prayan.
"Satu lagi bukti yang akan membuat kalian menderita dengan pembalasan yang akan saya lakukan pada kalian. Ruangan ini telah terpasang CCTV dan saya akan melaporkan tindak kekerasan ini kepada pihak yang berwajib, jadi tunggulah surat panggilan yang sebentar lagi akan datang ke rumah kalian." Ujar Latisha dengan penuh percaya diri.
Prayan pun terkejut dengan ucapan Latisha. Lalu ia melihat sekeliling ruangan itu. Dan benar saja, ia melihat kamera cctv yang kebetulan mengarah pada nya. Seketika Prayan menciut. Ia takut jika harus berurusan dengan pihak yang berwajib.
"Jangan macam-macam Latisha, jika tidak aku tak akan segan melenyapkan mu." Ancam Prayan
"Satu lagi bukti anda telah mengancam saya. Jangan pikir saya takut. Saya benar-benar akan melaporkan anda dengan bukti yang saya punya. Cctv ruangan ini sudah terhubung dengan perangkat di pos keamanan apartemen ini." Ujar Latisha sambil tersenyum.
Prayan pun semakin pias. Lalu ia memberi isyarat kepada istri dan putrinya untuk pergi dari sana. Tanpa kata ia langsung melangkah keluar di ikuti oleh Agniya dan juga Radmila.
Latisha menatap kepergian ketiga orang itu dengan senyum sinis. Namun tak bisa di pungkiri jika ia juga merasakan kesedihan karena perlakuan Ayah kandungnya itu. Latisha sempat berpikir bahwa dirinya bukanlah Putri kandung Prayan karena pria itu memperlakukannya dengan sangat buruk. Ia selalu mendapatkan ketidakadilan dari pria itu. Namun pemikirannya itu terbantahkan saat ia menikah dan Prayan yang menjadi wali nikahnya. Itu menandakan bahwa Prayan benar-benar Ayah kandungnya. Namun entah mengapa pria itu seperti membencinya, Latisha pun tak mengerti.
Tak ingin lagi memikirkan mereka, Latisha pun beranjak kembali ke kamarnya setelah sebelumnya ia mengunci pintu apartemennya. Sebenarnya tak ada niatan untuknya melaporkan Prayan dan juga keluarganya ke pihak yang berwajib. Ia hanya menggertak mereka agar ketiga orang itu mengerti dan menjauh dari kehidupannya. Saat ini Nana tidak ingin direpotkan oleh mereka karena ia harus fokus bekerja dan mencari putranya.
Baru saja Latisha tiba di kamarnya ketika kemudian bel apartemen kembali berbunyi. Latisha pun mengerutkan keningnya. Apa mungkin mereka kembali untuk mengusiknya lagi? tapi rasanya itu tidak mungkin. Latisha pun segera keluar dari kamarnya, sebelum ia membuka pintu apartemen nya, dia melihat siapa tamu yang datang ke apartemennya melalui lubang pintu yang tersedia.
Alangkah kagetnya Latisha saat melihat tamu yang akan berkunjung ke unitnya itu.
Buat lebih dramatis dong. 😀