Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Sebelas
***
Seburuk apapun seorang Ayah, beliau tetap Ayah kita. Mau benci, marah, kecewa, tetap saja suatu saat kita akan menginginkan untuk bertemu, saling bicara dari hati kehati.
Begitu juga dengan Nadine dan Fahri, mereka berdua sama-sama kecewa kepada Ayah mereka. Hanya saja, Nadine diselingi dengan rasa Benci, sementara Fahri hanya kecewa.
Fahri mungkin sedikit beruntung karena bisa merasakan kasih sayang Ayah nya, beda lagi dengan Nadine.
Nadine pikir, selama hidupnya tidak akan bertemu dengan Ayah dan Abang nya. Bahkan ia tidak begitu berharap ingin dipertemukan dengan mereka, ia hanya ingin tahu saja mereka masih hidup atau tidak.
Dan hari ini, Nadine di pertemukan dengan Abang nya, sudah bertemu beberapa kali. Hanya saja waktu pertemuan itu mereka tidak tahu kalau mereka ini kakak beradik.
Selesai Makan siang, Nadine, Raka dan Fahri pergi ke rumah orang tua Fahri.
Ternyata jantungnya berdebar lebih kencang sekarang daripada tadi saat akan bertemu Fahri. Dalam otaknya rasanya ingin mengatakan putar balik, tapi hatinya berkata lain. Malah ingin bertemu dengan Ayah kandung nya.
Mereka sudah sampai di depan rumah satu lantai namun cukup luas. Nadine memandangi rumah tersebut dari dalam mobil.
Raka hanya diam, ia tidak akan memaksa Nadine untuk segera keluar. Ia tahu betul dengan perasaan Nadine.
Nadine menghela nafasnya, “Nanti Abang ikut masuk kan?”
Raka menganggukkan kepalanya. “Tentu.”
Keduanya keluar, Fahri sudah berdiri di teras rumahnya.
Nadine masih menggenggam tangan Raka, mereka berjalan dan masuk ke dalam Rumah. Saat baru masuk, mereka disambut oleh perempuan paruh baya, Nadine tebak pasti itu Istri Ayah nya.
Tiba-tiba saja rasa Benci itu kembali muncul, walaupun sudah lama. Tapi tetap saja perempuan yang sekarang sedang menatap nya itu seorang perebut.
“Mah, ini Nadine.” ucap Fahri pada Mamanya.
Perempuan paruh baya itu tidak langsung menyahut, malah terus memperhatikan Wajah Nadine.
Nadine yang di perhatikan seperti itu merasa risih, ia ingin sekali bicara. Tapi berusaha menahan nya.
“Bawa ke kamar aja, Ayah pasti senang.” ucapnya ketus.
“Wah ternyata bukan orang baik.” gumam Nadine dalam hatinya.
Fahri menghela nafasnya. “Yuk, Lo juga boleh ikut.” ucap nya pada Raka.
Mereka bertiga berjalan menuju kamar orang tua Fahri. pintu di buka oleh Fahri, sehingga ia bisa melihat seorang pria paruh baya berbaring di atas ranjang.
“Ayah stroke di bagian kaki sama tangan, kalau bisa masih bisa tapi nggak begitu jelas.” ucap Fahri.
Mereka masuk, Nadine menahan nafasnya saat melihat paruh baya yang ada diatas ranjang. Genggaman nya semakin erat, Raka mengelus genggaman tangan mereka, memberikan kenyamanan.
“Yah, Abang udah nepatin janji Abang bawa Nadine kesini.” ucap Fahri.
Pria yang bernama Andi itu menatap Mereka dengan mata yang berkaca-kaca.
“Nad-ine, A-yah min-ta Ma-af.” ucapnya dengan terbata-bata.
Nadine hanya diam, tapi matanya terus menatap Ayah nya. Ingin memeluk tapi seperti ad yang menahan nya.
“A-yah in-gin ber-te-mu Ib-u ka-mu, ing-in ber-te-mu Ne-nek sa-ma Ka-kek.”
Nadine langsung mengeluarkan ponselnya, ia mengirimkan pesan kepada Ibu dan saudara nya yang di Bandung.
“Sudah Nadine beritahu mereka, tapi Nadine tidak bisa berjanji mereka mau bertemu.” ucap Nadine. Ia sedang berusaha menahan Air matanya.
“Ma-af.” ucapnya lagi.
“Mau seberapa sering bilang Maaf, tidak akan pernah merubah semua yang pernah terjadi. Sama halnya seperti kaca yang sudah pecah, tidak akan pernah bisa utuh lagi. Mungkin bisa tapi tidak akan semulus seperti semula.” Ucap Nadine.
“Lebih baik sekarang mendekatkan diri pada Tuhan, minta ampun padanya.” lanjut Nadine.
“Ay-ah ma-u pel-uk bo-leh?” tanya Pak Andi.
Nadine menatap Raka dulu, yang di tatap menganggukan kepalanya. Dengan ragu Nadine mendekat dan duduk di pinggiran ranjang, kemudian ia memeluk Ayah nya. Terdengar Ayah nya semakin menangis, dan air mata Nadine yang dari tadi di tahan Akhirnya keluar juga.
Nadine masih memeluk Ayah nya, ada perasaan nyaman. Ini merupakan pelukan pertama nya semenjak ia dilahirkan.
“Maaf, gara-gara ucapan Nadine Ayah jadi begini.” bisik Nadine.
Nadine melepaskan pelukannya, ia masih duduk di pinggiran ranjang. Terlihat Pak Andi berusaha Menggelengkan kepalanya.
“Buk-an sa-lah ka-mu. Ini teg-uran dar-ri tu-han.” balasnya.
Nadine memejamkan mata sejenak, “Aku nggak bisa lama, soalnya harus ke toko.” ia berdiri. Dan kembali menatap Ayah nya. “Aku sudah memaafkan kesalahan Ayah, tapi belum benar-benar memaafkan.” ucap Nadine.
“Nadine pamit.”
Sebelum keluar dari kamar tersebut, ia sempat melirik Ayah nya sebentar. Setelah itu baru ia keluar kamar dan diikuti oleh Raka dan Fahri.
Baru saja keluar, Nadine mendengar suara perempuan memanggil Raka dengan antusias. ternyata perempuan masih memakai baju sekolah SMP, ingin memeluk Raka. Tapi Raka langsung menghindar sehingga Fahri yang di peluk.
Perempuan tersebut merupakan Adik Fahri, bererti Adiknya Nadine juga.
“Ih Bang Raka, kenapa selalu ngehindar sih.” Sasa namanya. Ia mengerucutkan bibirnya.
“Jangan cari masalah.” tegur Fahri pada adiknya.
Mata Sasa kini beralih ke Nadine, ia terus memperhatikan Nadine dari atas sampai bawah. “Oh ini Anaknya selingkuhan nya Ayah.” ucapnya.
Alis Nadine menyatu, “Maksud Lo?”
“Ya, Lo kan anak dari selingkuhan nya Ayah. Untungnya Lo nggak di anggap anak.”
Nadine tertawa keras. “Hahahah, Jadi maksud Lo Ayah Lo itu selingkuh sama Ibu Gue gitu?”
Sasa menganggukan kepalanya mantap. Nadine tersenyum sinis.
“Wow, jadi Nyokap Lo ini udah ngarang cerita apa aja sama Lo?” tanya Nadine. tapi ia langsung melanjutkan ucapannya. “Asal Lo tahu, tuh Ibu Lo yang jadi pelakor. tanya juga sama Abang Lo, dia lahir pas orang tua Lo udah nikah atau belum? Atau tanya langsung aja sama bokap Lo itu.”
Kemudian Nadine menatap tajam Ibu nya Fahri. “Saya nggak nyangka ternyata anda cukup licik ya, padahal anda sendiri yang merebut suami orang. kalau kata Saya sih Anda harus sujud di bawah kaki Ibu saya, sekalian cium kakinya. Agar nanti pas mau mati nggak nyusahin orang, dan biar Anak gadis Anda ini tidak menjadi pelacur seperti Anda.” ucap Nadine. Ia langsung menarik tangan Raka untuk segera pergi dari sana.
Saat mereka sampai di luar, Terdengar suara Sasa yang ingin berusaha mengejar nya. tapi sepertinya di tahan oleh Fahri.
“Dasar Keluarga Gila.” Gumam Nadine.
Sepertinya sekarang Ia harus terus berada di samping Raka, jangan sampai Sasa mendekati Raka.