NovelToon NovelToon
Terikat Janji Dengan Princess

Terikat Janji Dengan Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Vampir / Cinta Terlarang / Iblis / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: zeyynmaloth

Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.

Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.

Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.

Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Transisi

Pagu itu, langit biru menggantung luas tanpa cela, seolah memberi jeda dari kekacauan di negeri Tudor. Semua terjadi begitu cepat dan mengundang air mata. Waktu menunjukkan pukul 11 : 00, kegiatan pemakaman telah usai, kegiatan pelantikan ratu Tudor telah usai, dan kegiatan pelantikan marshal yang baru telah usai.

William akhirnya membuktikan ucapannya, dia sempat berandai-andai beberapa kali mengenai penyaksian ayahnya. Pasukan Zeyynmaloth yanh ditugaskan ke negeri Wales pun dibatalkan. Kini, pasukan Zeyynmaloth semuanya hanya beranggotakan 5 anggota. Bahkan semuanya adalah Zeyynmaloth senior.

Bagi William sendiri, menjadi marshal di umur 18 tahun adalah rekor dunia. Sementara bagi Queen Mary, memimpin negeri sendirian akan menjadi hal yang membuat punggung dan kaki kelelahan.

Sementara itu, di akademi sihir tampaknya Princess Guinevere telah melewati malam panjang yang melelahkan. Dia kini terbaring di kamarnya dan sudah bangun. Begitu nyenyaknya tidur putri satu ini, jika ada di sampingnya pasti akan mendengar suara dengkuran yang kuat.

Beberapa jam kemudian adalah waktu makan siang. Guinevere, Penny, Henny dan Lily berkumpul di kantin dengan makanan makanan kesukaan mereka masing-masing dihadapan mereka.

"Ternyata menggabungkan kekuatan dengan Light Buff adalah ide yang bagus," puji Penny pada Henny.

"Benar sekali, kami tak tahu apa yang kau alami. Tapi sepertinya tak mudah jika harus mengalahkan mereka sendirian," ucap Lily.

"Aku tak sendiri, ini semua berkat bantuan yang aku terima." Senyuman manis terpampang di wajah Guinevere.

"Biar bagaimanapun kau itu hebat loh ..." Henny meminum teh kesukaannya lalu melanjutkan perkataannya. "Ternyata kita tak salah pilih ya~" Tangan Henny bertepuk sekali, tanda apresiasi.

"Kurasa, semua menjadi mungkin jika bersama ..." ucap Princess Guinevere, tangannya digerakkan lalu menyantap sup kesukaannya. "... aku dapat bantuan selain dari kalian bertiga loh~"

"Apa? Yang benar saja Guiny?"

"Siapa bantuan selain dari kami itu?"

"Iya siapa? Bukannya semua orang dihipnotis ya?"

Teman-teman Guinevere begitu penasaran akan ucapan yang menggantung. Melihat reaksi teman-temannya, Guinevere jadi tersenyum kecil. "Yah pokoknya ada deh~" kelakar Guinevere. Ketiga temannya seketika makin penasaran.

"Ternyata benar dugaan ku, 3 Light Buff masih belum cukup untuk menghadapi Demon Lord," ucap Henny, pandangannya menunduk karena tak ingin disalahkan.

"Henny ~ , saran kau sudah bagus kok. Malahan saran kamu itu langkah terbaik ~." Tangan Guinevere bergerak menghampiri tangan Henny di meja. "Memang apa langkah terbaik kita selain saran kamu?" jempol Guinevere mengusap pelan punggung tangan Henny.

"Baiklah baik. Memang bantuan yang kau maksud itu dari siapa?" tanya Henny.

"Kalian tahu kan tentang rahasia keturunan Sundr?" tanya Guinevere. "Masa gak tahu lah, dulu aku pernah cerita tahu~" Tangan Guinevere diangkat lalu jari telunjuknya tegak di depan bibir.

"Aku tahu." Penny berucap dengan nada tinggi sehingga beberapa mata tak diinginkan menyorot padanya.

"Hei. Shhsst ..." bisik Lily. Tangannya mengisyaratkan agar diam.

"Hehe ... maaf ya," ucap Penny, tangannya menggaruk kepalanya, senyum kecil terpampang di wajahnya tanda menyesal.

"Gimana kalau kita penuhi mulut Penny dengan batu?"

"Ha ha ha ha ..."

Tawa mereka berempat pecah, nyaring dan lepas, seperti anak kecil yang melepas beban dunia hanya dengan lelucon bodoh.

Sementara itu, ketegangan terjadi di istana Dark Dicepratops. Semua iblis kelas atas yang tersisa berkumpul di meja bundar yang redup akan pencahayaan. Dengan sorot mata yang saling memangsa, seperti mau saling makan saja.

"Terimalah! Ini kemungkinan terburuk kita." Helena membuka pembicaraan, tangannya menyilang di dada.

"Ggrrrr.... Ini semua salah Raipope!" teriak Thackloz. Jari telunjuknya dibentang lurus. "Kau tak membantu menyerang sama sekali, padahal yang lain sedang berjuang. Kau malah gini ..." sambung Thackloz, dia memperagakan gerakan dari ucapannya. Duduk manis dengan tangan ditempatkan di belakang kepala dan kaki direntangkan lurus di meja.

Namun, wajah Raipope datar, tak berubah sama sekali, seperti suasana hatinya yang datar. Sorot matanya yang tajam memang hal biasa baginya. "Kau sendiri kenapa malah pergi?" tanya Lewis.

"DIAM!!" teriak Helena menyela pembicaraan. "Jangan bertingkah seperti bocah manusia!" tambahnya.

"Hherghh."

Thackloz begitu kesal, bahkan tanpa ia sadari, meja yang terbuat dari batu hitam itu telah retak karena cengkramannya. "Raipope itu iblis yang aneh."

"Thackloz, Kane, beri aku penjelasan kenapa kalian meninggalkan Lucent!" teriak Helena, nada bicaranya seperti jerit kesakitan karena tersiram bara.

Thackloz tak mau menjawab, dia lebih fokus menahan api amarahnya. Saat itu Kane menjawab. "Kami diganggu Lewis. Maka dari itu kami mengejarnya." Kane menurunkan bahunya.

"Lalu ... kau pula kenapa malah kabur? Bukannya Lilith sedang berjuang?" tanya Raipope. Mendengar perkataan Raipope yang seperti itu, Helena mulai tak senang. "Kau tak tahu Raipope ..." Helena beranjak dari kursinya, nada bicaranya pun naik satu oktaf. "... Lawan kami bukanlah orang lemah. Kalau kau yang di posisi ku sudah pasti kau akan melarikan diri juga," teriak Helena.

"Itu berarti kau menganggap prinsip ku yang egois ini benar kan?" tanya Raipope.

"Aku tak mengerti apa yang kau maksud." Helena menghela nafas agar amarah reda. Dia juga telah duduk tenang kembali. "Setidaknya aku sudah berjuang sekuat tenaga." ejek Helena.

"Jika aku mengerahkan kemampuan ku, yang ada Lewis akan segera ditemukan. Bukan hanya itu, Lewis juga akan kalah dan tunduk padaー"

"Cukup!" teriak Helena. Tangannya menghantam meja dengan kuat.

Sore itu, di negeri Tudor tetes-tetes kecil jatuh perlahan, seperti bisikan langit yang enggan menangis terlalu keras, namun enggan menahan rasa. Jalanan seketika basah, dan bau tanah tercium bagi orang yang berdiam diri meneduh di pinggir jalan.

Cuaca yang tak cerah disana mencerminkan hati Queen Mary. Langkah kaki sang ratu membawanya ke segala sudut ruangan, mencari sang marshal baru. Berkat usahanya, William ditemukan, dia sedang duduk di luar istana sendiri. Hanya duduk menikmati secangkir teh hangat miliknya dan menatap hujan gerimis.

Langkah demi langkah Queen Mary berjalan mendekat dengan pandangan yang sedikit menunduk. "Rasanya, tak ada seorangpun yang bisa ku ceritakan mengenai keresahan ini, kecuali William."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!