Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.
Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.
Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.
Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."
Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.
Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.
Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keyra
Lisa tersentak. Ia berdiri kaku di samping Javier, merasa canggung dan asing saat melihat adegan di depannya. Siapa wanita ini? Mengapa ia begitu akrab dengan Javier? Dan mengapa ia memeluk Javier tanpa ragu sedikit pun, di depan umum, di depan Lisa yang adalah istri Javier?
Javier tampak kaku sejenak, sebelum akhirnya dengan sopan namun tegas melepaskan pelukan wanita itu. Matanya menatapnya datar, dingin, dan menjaga jarak.
"Keyra, ada apa?" tanyanya, nada suaranya terdengar dingin, jauh berbeda dengan kehangatan yang baru saja ia tunjukkan saat memperkenalkan Lisa.
Keyra masih menggenggam lengan Javier, seolah tak ingin melepaskan. Wajahnya yang cantik menampakkan ekspresi rindu, namun ada kilatan posesif di balik sorot matanya yang berbinar. Ia tampak tak menyadari seseorang berada di sana bahkan terkesan mengabaikan—kehadiran Lisa.
Barulah kemudian, pandangannya beralih ke Lisa. Senyum di bibirnya memudar, digantikan oleh kerutan samar di dahi. Ia menatap Lisa dari ujung rambut hingga kaki, tatapan yang terang-terangan menunjukkan ketidaksetujuan dan sedikit... permusuhan?
"Aku mencarimu, Kak Javier," ucap Keyra manja, mengabaikan kehadiran Lisa sepenuhnya.
Lisa menggigit bibir bawahnya. Kata-kata manja itu menusuk seperti duri. Javier tidak pernah memberitahunya soal wanita ini. Dan caranya memanggil 'Kak Javier' terasa terlalu akrab untuk seseorang yang tidak penting.
"Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Aku sudah lama menunggumu."
"Tidak perlu seperti ini." ucap Javier melepaskan rangkulan Keyra dari tubuhnya.
"Kenapa kak? Apa kaka tidak kangen sama aku?" Suaranya lirih, seperti merayu.
Lisa menahan napas. Ia merasa seperti penonton dalam drama yang tidak ingin ia tonton.
"Bukan begitu, kamu harus menghormati Lisa. Dia istriku, kakak iparmu." jawab Javier membuat suasana semakin menegang.
Keyra memindai penampilan Lisa dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Istri?" ulang Keyra, suaranya melengking tajam, seolah baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. Bola matanya membesar, dan kerutan di dahinya semakin dalam, menunjukkan kekesalan yang kentara.
Ia menatap Lisa dari atas ke bawah, pandangan menghakimi yang membuat Lisa semakin kecil hati. "Kak Javier, apa maksudmu? Sejak kapan kau punya istri? Dan wanita ini... siapa dia?"
Lisa menghindari tatapan Keyra. Tapi meski menunduk, ia bisa merasakan sinisnya sorot mata perempuan itu. Tatapan yang mengatakan: 'Kau tidak pantas di sini.'
Javier menghela napas, raut wajahnya menegang. Ia menarik tangan Lisa agar lebih dekat dengannya, seolah ingin melindunginya dari tatapan tajam Keyra. "Keyra, ini Lisa. Kami sudah menikah beberapa waktu lalu. Dan tolong, bersikaplah sopan."
Keyra tertawa. Bukan tawa yang hangat atau lucu, tapi tawa kering, sinis, seolah ia sedang mendengar lelucon buruk. "Sopan? Bagaimana aku bisa sopan pada wanita yang tiba-tiba muncul entah dari mana dan menyebut dirinya istrimu? Kau bahkan tidak pernah memberitahuku! Apa ibu tahu tentang ini?"
"Keyra, cukup!" Suara Javier kini terdengar lebih tegas, menghentikan tawa sinis Keyra. "Ini bukan urusanmu.
Dan juga, bukan urusan ibumu. Jadi bicara pada ibumu untuk menghentikan semua perjodohan karena kini aku sudah punya istri. Sekarang, kalau tidak ada hal penting lagi, kami harus pergi."
Keyra tampak terkejut dengan nada suara Javier yang begitu dingin. Bibirnya sedikit bergetar, dan matanya mulai berkaca-kaca. Namun, alih-alih meredakan diri, ia justru semakin menjadi-jadi.
"Jadi ini sebabnya kau tidak pernah menghubungiku lagi? Karena wanita ini? Apa yang dia lakukan padamu, Kak? Dia pasti sudah mencucimu otakmu!" Ia menunjuk Lisa dengan jari telunjuknya, seolah Lisa adalah biang keladi dari semua masalah.
"Keyra!" Javier melangkah maju, memposisikan dirinya di antara Keyra dan Lisa. Wajahnya mengeras, dan rahangnya mengatup rapat.
"Jaga bicaramu! Aku tidak akan membiarkanmu menghina istriku."
Keyra mundur selangkah, terkejut melihat kemarahan di mata Javier. Ia tidak pernah melihat Javier semarah ini sebelumnya. Namun, harga dirinya terlalu tinggi untuk menyerah begitu saja. Ia melirik Lisa dengan pandangan penuh kebencian, seolah semua kemarahannya kini tertuju pada wanita yang berdiri di samping Javier.
"Kau pasti penyihir," desis Keyra pada Lisa, suaranya nyaris tak terdengar namun penuh racun. "Kau sudah mengambil Kak Javier dariku."
Lisa merasa tubuhnya kaku, ingin sekali membalas namun kata-kata seolah tercekat di tenggorokannya. Ia hanya bisa menunduk, merasa malu dan tidak berdaya. Javier merasakan kegelisahan Lisa. Ia meraih tangan Lisa, menggenggamnya erat, seolah memberi kekuatan.
"Kau sudah dengar sendiri, Keyra," ujar Javier, suaranya rendah namun penuh otoritas. "Dia istriku. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun berbicara seperti itu padanya. Sekarang, minggir lah. Kami punya hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada meladenimu."
Javier menarik tangan Lisa dan bergegas pergi, meninggalkan Keyra yang masih terpaku di tempatnya, menatap kepergian mereka dengan mata berkilat marah dan dendam. Lisa sendiri berjalan di samping Javier, pikiran kalut, dan perasaan campur aduk. Ia tahu, pertemuan ini hanyalah awal.
☘️
Saat Javier akhirnya memutuskan untuk pulang, Lisa merasa napas lega yang luar biasa. Peran itu melelahkan, dan ia sudah tidak sabar untuk kembali ke kamarnya, melepas gaun ketat ini, dan menjadi dirinya sendiri lagi.
Meskipun hanya untuk sesaat, ia merasa telah melewati ujian pertamanya. Namun, ia tahu ini baru permulaan. Masih banyak malam-malam lain yang harus ia hadapi, dan Javier... ia tahu Javier tak akan pernah membuatnya mudah.
Mobil melaju mulus menembus malam kota yang mulai sepi. Lampu jalan memantul di permukaan jendela, menciptakan bayangan-bayangan bergerak di wajah Lisa yang termenung. Ia duduk diam di kursi penumpang, memeluk dirinya sendiri, gaun malam yang ia kenakan terasa seperti belenggu—indah di luar, sesak di dalam.
Javier tidak bicara sejak mereka meninggalkan tempat acara. Hanya suara mesin dan desiran ban yang mengisi keheningan di antara mereka.
Lisa menatap ke luar jendela, mencoba mengalihkan pikirannya dari apa yang baru saja terjadi, tapi bayangan wajah Keyra masih jelas—tatapan benci, tawa sinis, dan kata-kata penuh racun itu terus terngiang di telinganya.
"Kau pasti penyihir... Kau sudah mengambil Kak Javier dariku."
Lisa memejamkan mata, menahan sesak di dadanya. Ia tahu ini bukan cinta sungguhan, hanya pernikahan kontrak yang dingin dan penuh kesepakatan, tapi tetap saja—dihina di depan umum, oleh wanita yang entah dirinya saja tidak tahu wanita itu siapa. Javier tidak mengatakan apapun padanya.
Hening masih membungkus perjalanan mereka pulang. Javier tetap menatap lurus ke depan, tangan kirinya menggenggam kemudi, sementara tangan kanannya sesekali mengepal di atas paha, seperti sedang menahan sesuatu yang mendidih dari dalam. Sementara Lisa, duduk di sampingnya, masih terjebak dalam pusaran pikirannya sendiri.
Saat mobil berhenti di halaman rumah, Javier mematikan mesin tapi tak langsung turun. Ia menyandarkan punggungnya ke jok, menarik napas panjang.
“Ayo masuk,” katanya singkat, nadanya berat. Tapi saat Lisa hendak membuka pintu, Javier tiba-tiba berkata, “Tunggu.”
Lisa berhenti. Ia menoleh, mendapati Javier menatap lurus ke depan, matanya gelap, seperti menimbang-nimbang sesuatu yang sulit.
“Aku harus menjelaskan tentang Keyra,” katanya akhirnya.
Lisa menahan napas. Dalam hatinya, ia memang menunggu penjelasan itu. Tapi ia tidak mendesak. Ia ingin mendengarnya, tanpa paksaan.
“Dia… bukan seperti yang kau kira,” ucap Javier pelan. “Keyra itu adik tiriku.”
Lisa mengerutkan dahi. “Adik tiri?”
Javier mengangguk. “Dia anak dari ibu sambungku. Ayahku menikah lagi setelah ibuku meninggal waktu aku masih remaja. Pernikahan yang tidak pernah aku setujui. Tapi ayahku bersikeras. Dan Keyra… dia masih kecil waktu itu. Aku mencoba menjaga jarak, tapi dia selalu menempel. Menganggapku kakaknya. Awalnya kupikir hanya kekaguman anak kecil, tapi makin dewasa, dia jadi aneh.”
Lisa menyimak dalam diam. Setiap kata yang keluar dari mulut Javier terasa seperti potongan puzzle yang perlahan membentuk gambaran yang lebih utuh.
“Keyra bukan sekadar manja,” lanjut Javier, nadanya mulai tajam. “Dia terobsesi. Pernah sekali, dia diam-diam masuk kamarku dan menyimpan foto-fotoku di bawah bantalnya. Dia menulis jurnal tentang ‘pernikahan’ kami yang tak pernah terjadi. Dia… membuat semuanya terasa tidak nyaman. Aku akhirnya memilih tinggal terpisah dari keluarga.”
Lisa membelalakkan mata. Terkejut.
“Aku... tidak tahu harus berkata apa,” ucap Lisa jujur.
Javier menatapnya. “Kau tak perlu bilang apa-apa. Tapi aku ingin kau tahu satu hal—pernikahan kita mungkin kontrak, tapi aku akan tetap melindungimu. Aku tak akan biarkan siapa pun, bahkan Keyra, mempermalukanmu seperti tadi.”
Lisa hanya mengangguk kecil. Di hatinya, masih ada luka. Tapi entah kenapa, mendengar Javier berkata begitu, hatinya sedikit mengendur.
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Javier mengantar Lisa ke kamarnya, tapi sebelum pergi, ia berdiri sebentar di ambang pintu.
“Keyra tak akan berhenti,” katanya. “Dia akan berusaha mencari celah. Dan aku tak bisa menjanjikan bahwa dia tidak akan kembali mencoba menyakiti.”
Lisa menatapnya, matanya dalam dan tajam. “Kalau begitu... pastikan kau ada di sisiku saat dia datang.”
Javier mengangguk pelan, lalu menutup pintu kamar Lisa.
.
Pagi harinya, Lisa bangun lebih awal. Matahari baru saja menyembul di balik tirai saat ia turun ke dapur. Ia membuat teh hangat untuk dirinya sendiri dan duduk di kursi makan. Pikirannya masih penuh dengan segala hal yang terjadi semalam. Perutnya belum siap menerima makanan, tapi dadanya penuh pertanyaan.
Keyra.
Adik tiri Javier.
Lisa menghela napas. Sebagian dari dirinya ingin pergi, melarikan diri dari kerumitan ini. Tapi ia teringat pada kata-katanya sendiri semalam—"Pastikan kau ada di sisiku saat dia datang."
Dan ia tidak pernah bicara sembarangan.
Di ruangan kerjanya, Javier sedang memandangi layar laptop. Tapi pikirannya melayang. Sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Dari: Keyra
> Kau menyakitiku lagi, Kak. Tapi kau akan lihat. Aku tidak akan kalah dari wanita itu.
Javier menghapus pesan itu tanpa membalas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...