Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
~"Ini adalah saatnya!! Kita harus membawa cahaya kembali ke Dunia kita!!"
"Tegakan punggung kalian, busung kan dada kalian!! Ini adalah waktunya kita berjuang!!!"
"Kalahkan merekaa!!!" ~
Aku memperhatikan pertunjukan teater dengan seksama, sesekali aku tanganku bergerak mengambil popcorn di pelukanku.
Kisah yang menceritakan sang legenda itu mengingatkanku pada Alzer, dimana di dalam cerita ayahnya lah yang menjadi pahlawan.
Menit demi menit berlalu, kini pertunjukan telah selesai, para pengunjung satu-persatu keluar dari tempat teater.
"Wahh...apa kau lihat itu? Saat dia mengayunkan pedangnya wussh...wushh..."ucap Etor Dengan menggebu-gebu.
"Sepertinya kau benar-benar menjadi pengagum Tuan Salvator ya Etor" ucap Kira yang langsung di anggukki laki-laki berambut kuning itu.
"Dia sangat kerenn!!" Ulang Etor yang membanggakan idolanya.
Aku tertawa mendengar Etor yang menggebu-gebu, laki-laki itu penuh semangat bahkan ketika orang disekitarnya sudah kewelahan setelah berkeliling di Pasar Sihir.
"Jadi kalian akan pergi kemana setelah ini?" Tanyaku
Kira dan Etor terlihat berfikir sejenak, sebelum menjawab dengan serempak.
"Makan!" Ucap mereka berdua
"baiklah, bagaimana jika kita mencari makan di sebelah sana" saranku sambil menunjuk kearah sebuah resto.
"Ya..ayo kesana aku sudah lapar" jawab Kira sambil menarik lenganku dan Etor.
Kami memasuki resto kecil yang kini penuh dengan pengunjung, para pelayan menghidangkan makanan dengan bantuan sihir mereka, tak heran jika nampan melayang-layang di udara saat berada di restoran tersebut.
Aku dan teman-temanku mengambil duduk di dekat panggung kecil yang kini menampilkan musisi dengan suara merdu, Etor menulis pesanan kami pada kertas yang ia ambil di tengah meja, kemudian membakarnya di tungku api yang letaknya tak jauh dengan meja kami.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku heran
"Aku memberikan pesanan kepada para pelayan" jawab Etor dengan membenarkan Kacamatanya.
"Dengan cara membakarnya?" Kali ini Kira lah yang bertanya.
"Yup tepat sekali, tungku itu berguna seperti alat teleportasi untuk barang-barang kecil dan ringan" jelas Etor yang sepertinya tau banyak tentang alat-alat sihir
Aku dan Kira mengaguk secara bersamaan, beberapa saat setelah itu nampan yang berisi makanan yang kami pesan melayang tepat di atas kami, nampan itu turun perlahan membuat kami bisa menggapai makanan-makanan yang sudah kami pesan.
Saat setelah kami memindahkan pesanan ke meja, nampan tersebut kembali melayang dan pergi kembali ke tempatnya semula.
"Wahh sepertinya di sini semua menggunakan sihir ya" ucapku sambil menggeleng kagum
"Kau benar, itu sangat keren" sahut Kira menyetujui
Setelah itu kami mulai menyantap makanan kami masing-masing, aku memesan bubur Jamur Alaska yang tidak pernah ku makan sebelumnya, Etor memesan kaki Gurita panggang laut selatan, dan Kira memesan Sup Wortel biru yang baik untuk kesehatan, katanya sih.
Kami menyantap hidangan dengan sesekali melirik kearah panggung yang saat ini menunjukan seorang putri duyung yang bernyanyi dengan ekor yang diayun ayunkan.
Melodi yang dinyanyikan sangat indah dan menyentuh hati, lagunya tentang pertemuan sepasang kekasih yang terpisah di masalalu kemudian bertemu lagi di kehidupan yang baru.
"Lagunya....bagus" gumamku lirih.
"Oh, begitukah menurutmu?" tanya Kira yang membuatku mengaguk.
"Aku dengar lagu itu berdasar dengan cerita nyata" lanjut Kira setelah meminum airnya.
"Itu lagu yang bahkan usianya lebih tua dari usiaku" gumam Kira mendengarkan lagu yang kini melantun lembut dari bibir penyair.
"Ya..kisah dibaliknya sangat tragis" sahut Etor
"Bagaimana ceritanya?" Tanyaku yang penasaran.
"Singkat saja, lagu itu berkisah tentang seorang manusia dan seorang Siren yang tidak bisa bersama, kemudian mereka di temukan takdir di kehidupan mereka yang baru ribuan tahun jauh setelah mereka berpisah" jelas Kira.
Aku mengaguk mengerti, aku tidak begitu tahu tentang cerita aslinya tapi lagunya sangat menyentuh hati, dan sepertinya aku akan menambahkan lagi itu kedalam playlist favoritku di dunia sihir.
Hari sudah mulai gelap, saat ini kami menyusuri kota sihir dengan riang gembira, sampai saat kami melintasi jalanan sepi dan gelap.
Aku merasakan leherku panas, sama seperti saat malam dimana aku di serang oleh pengguna sihir gelap, tanganku menggosok bagian belakang leherku yang panas.
"Aku merasa...suasananya tiba-tiba berubah..." Ucap Etor yang kemudian di anggukki oleh Kira.
"Sebaiknya kita bergegas ke Asrama" ucapku menahan rasa panas di leherku.
Kami berjalan cepat menuju Asrama, tapi tiba-tiba kepulan asap merah memenuhi jalan, membuat mataku menjadi semakin buram dan lemas.
"Oh...apa ini?" Ucap Kira saat melihat mereka dikerumuni asap merah
"L-lari....kalian harus lari..." Ucapku memberi mereka peringatan.
"Apa maksudmu Erika?" Kali ini Etor yang berbicara.
Mataku menatap sekitar, aku mendorong mereka menjauh saat bayangan hitam mencengkeram ku kuat.
"Per...gi..." Dengan susah payah aku mengeluarkan suara.
Mereka yang terjatuh keluar dari asap merah menatap ngeri kearah ku yang kini di cengkeram oleh mahluk hitam yang tidak pernah ku ketahui wujudnya.
"ERIKA!!!!" Teriak Kira saat aku merasa mulai melayang menjauh dari tanah.
Disaat-saat terakhirku aku melihat mereka mengeluarkan tongkat sihir, tapi tidak ada yang keluar dari sana, mantra yang mereka rapal kan seolah-olah tidak terdeteksi, tongkat mereka seolah-olah menjadi sebuah tongkat yang tidak berguna saat berhadapan pada sesuatu yang menahan ku.
Pandanganku kabur dan pendengaranku mulai tidak jelas, kini semua gelap dan sunyi, menandakan aku sudah tidak sadarkan diri di tangan sesuatu yang seharusnya aku hindari.