Cinta Istri Kedua

Di perjalanan menuju vila, Giska satu mobil dengan Nyonya Jenny dan Bramantyo. Sedangkan Aurel satu mobil dengan Davon.

Perjalanan ke vila memakan waktu cukup lama di tambah kemacetan yang selalu di temuinya. Giska memilih mengistirahatkan diri dengan memejamkan kedua matanya, setelah cukup lama berbincang dengan Nyonya Jenny dan Bramantyo.

Mereka pun akhirnya tiba di vila, tapi mobil Davon dan Aurel masih tertinggal di belakang.

" Giska, kamu pilih kamar yang ada di lantai dua ya, pilih yang mana saja. " ucap Nyonya Jenny pada Giska saat baru memasuki vila.

" Iya mah. " jawab Giska.

" Iya, sudah mama sama papa istirahat dulu. "

Giska hanya menganggukinya.

Nyonya Jenny dan Bramantyo pergi ke kamar mereka yang berada di lantai satu. Giska akhirnya memilih kamar yang terdapat balkon, pemandangan kebun teh bisa ia lihat dari situ.

Sebelum mengistirahatkan tubuhnya, Giska terlebih dahulu membersihkan tubuhnya yang terasa lengket agar nyaman saat beristirahat.

Davon dan Aurel baru saja tiba, mereka pun langsung masuk ke dalam vila. Aurel yang sudah beberapa kali ke vila itu, sudah hafal betul tata letak setiap ruangan di sana. Kedua mata Davon mencari keberadaan wanita yang sangat ia cintai.

" Von, ayo.. " Aurel mengajak Davon untuk pergi ke kamar mereka yang biasa ia tempati. Sedangkan Davon hanya mengikuti langkah Aurel.

" Dimana Giska? " batin Davon.

Aurel meletakan beberapa pakaian yang ia bawa untuk dua hari ke depan menginap di vila saat sudah sampai ke kamar mereka. Dan ternyata kamar Aurel bersebelahan dengan kamar yang Giska tempati.

Siang hari, Giska yang baru saja keluar dari kamarnya tidak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang tidak ia kenali.

" Hai.. " sapa Juno.

Juno Arlando Kurniawan sepupu Davon, anak dari adik perempuan Bramantyo.

" Kamu siapa? " tanya Giska yang tak mengenali Juno.

" Kenalin nama ku Juno, cowok paling ganteng sejagad raya ini. " ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Giska pun menyambutnya.

" Cih, narsis! "

" Kaka, istri baru ka Davon yah? " tebak Juno.

" Iya, kok kamu tau? " Giska.

" Ck, apa sih yang gak aku tau, jangan panggil aku Juno kalo berita sepenting ini sampai gak tau. " ucap Juno memicingkan kerah baju dengan satu tangannya.

" Iyain aja deh anak kecil mah, " ucap Giska yang malas menanggapi Juno yang selalu narsis.

" Iih kaka kok gitu sih. "

" Juno, Giska kita makan siang dulu. " Nyonya Jenny memanggil mereka untuk makan siang.

Tidak lama kemudian, Aurel dan Davon ikut bergabung untuk makan siang.

" Juno, kamu disini juga? apa kabar kamu? " tanya Aurel yang baru saja melihat keberadaan Juno.

" Iya kak, kabar ku sangat baik. " Juno.

Mereka makan siang dalam keheningan, Davon sesekali melirik ke arah Giska.

" Kak Davon beruntung banget yah, punya dua istri yang cantik cantik. Aku jadi iri. " celetuk Juno membuat semua menghentikan kegiatan makannya.

Davon hanya diam saja mendengar ucapan Juno.

" Juno. " Bramantyo memperingatkan Juno agar tidak berbicara saat makan.

" Hehe... sorry, aku jadi pengen punya dua istri. "

" Heh Juno, lulus sekolah aja belum udah mikirin punya istri. " seru Nyonya Jenny.

" Kan nanti tan, " Juno.

" Masih kecil gak usah mikirin itu, belajar yang bener biar lulus dapet nilai bagus. " Nyonya Jenny.

" Bisa kalian diam, ini di meja makan. " Bramantyo.

Sore harinya Giska di temani Juno untuk berjalan jalan di sekitar kebun teh, Juno anak yang menyenangkan untuk di ajak ngobrol, sikap gesreknya membuat Giska sedikit terhibur.

Juno tak hentinya menceritakan kisah cinta monnyetnya disekolah. Tidak sedikit gadis yang bisa di pacarinya, dengan ketampanan yang ia miliki membuat para gadis mengejarnya. Hal itu yang selalu ia banggakan di depan Giska.

" Serius? kamu punya pacar lima? " tanya Giska yang tak percaya dengan pengakuan bocah SMA yang sebentar lagi akan lulus.

" Iyalah kak, mana ada si aku bohong. "

" Terus, gimana ngejalanin nya? kalo mau ketemuan harus bagi jadwal dong? " tanya Giska.

" Hehe... yah aku harus pinter lah kak membagi hari ama mereka. cewek aku cantik cantik loh kak. " Juno tidak lupa menunjukan foto para gadis yang berstatus pacarnya yang ada di ponselnya.

" Gak ketauan sama mereka? " Giska masih belum percaya.

" Jangan sampai ketauan lah.. " ucap Juno dengan santai. " Makanya kak Davon harus belajar dari aku. " Juno.

" Iikkkhhh... dasar bocah! " Giska mencubit lengan Juno.

Davon dan Aurel menghampiri Giska yang asik bercanda ria dengan Juno.

" Ehh kak Davon.. " ucap Juno yang melihat Davon sudah berdiri di dekatnya. Giska segera menghentikan tawanya dan menoleh ke arah Davon.

" Rel.. " Sapa Giska pada Aurel.

" Lo keliatan senang banget sih ketawa mulu dari tadi. " ucap Aurel.

" Ini nih Rel, Bocil gesrek banget bikin gue ketawa mulu. " Giska.

" Juno emang gitu.. " Aurel.

" Kak Giska nanti nangis loh kalo ketawa mulu. " ucap Juno.

Seketika Giska menghentikan tawanya lagi. " Iya iya. "

" Gis, bisa bicara sebentar. " Davon menyerukan suaranya.

" Mau ngomong apa? "

" Ngak di sini Gis. "

Aurel terlihat murung mendengar Davon ingin berbicara hanya berdua dengan Giska.

Giska yang melihat perubahan di wajah Aurel memberikan isyarat pada Davon.

Davon yang mengerti maksud Giska lalu berkata. " Ini masalah pekerjaan yang aku pernah tawarkan padamu. "

" Rel, " panggil Giska utnuk meminta ijin padanya.

Aurel mengerti dan menganggukkan kepalanya untuk mengijinkan Davon berbicara dengan Giska.

Davon dan Giska meninggalkan Aurel bersama Juno.

" Mau kemana Von? " tanya Giska.

" Kamar kamu dimana? " tanya Davon.

" Ngapain ke kamar? jangan gila Von. ini masih siang ada Aurel juga. " ucap Giska yang sudah terlihat cemas.

Davon sama sekali tak mengindahkan apa yang di katakan Giska, dia mengurung Giska di kamar yang Giska tempati.

Pintu kamar sudah di tutup dan tak lupa menguncinya. Davon segera meluapkan keinginannya dengan mencium Giska dengan rakus.

" Von, aku masih belum bisa. " ucap Giska memperingatkan.

" Aku tau. " Davon.

Davon mulai mencumbu Giska, melucuti semua pakaian yang menempel pada tubuh istrinya menyisakan secarik kain yang menutupi bagian penting tubuh itu.

Giska menahan agar tidak mengeluarkan suara desahan yang bisa saja terdengar dari luar. Cukup lama mereka memadu kasih hingga tak terasa langit mulai menggelap.

Suara tawa Aurel dan Juno terdengar sangat nyaring di luar sana, membuat Giska menghentikan Davon yang masih menikmati kegiatannya.

" Von, ada Aurel. " Giska menahan pundak Davon agar sedikit menjauh dari tubuhnya.

" Kita lanjutkan besok, mungkin haid ku sudah selesai. " ucap Giska membujuk Davon agar melepaskan dirinya.

Davon akhirnya menuruti permintaan Giska, dan perlahan bangkit dari tubuh Giska.

" Aku mandi dulu. " Davon segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tok.. tok.. tok..

" Gis.. Giska... " suara teriakan Aurel terdengar dari balik pintu kamar.

Giska sangat gugup mendengar suara Aurel yang sedang mencarinya.

" Gis, lo di dalem kan.. "

Giska segera memakai pakaian yang berceceran akibat ulah Davon. " Ya Allah, kenapa gue kaya kepergok selingkuh sama suami orang. "

*

*

*

Bye.. bye..