Savitri Pratomo, bungsu dari Reza Pratomo, generasi ketiga klan Pratomo, adalah seorang guru bimbingan konseling sebuah SMK di kota Solo. Guru nyentrik yang hobi naik motor besar terutama Kawasaki Ninja nya, guru yang dikenal bar-bar oleh para murid-muridnya, bertemu dengan...
Kim Jaehyun, seorang CEO perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo dan Sragen, pria yang paling tidak suka wanita kasar, tomboy dan tukang berantem.
Keduanya bertemu dalam situasi yang konyol tapi berkesan. Bagaimana absurdnya hubungan dua anak manusia yang berbeda karakter dan bagaimana reaksi keluarga besar Savitri?
Kisah generasi ketiga klan Pratomo
Isi hanyalah halunya author
Jangan plagiat karena jiwa gesrek kita berbeda.
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abian Smith
Minggu Pagi, Bandara Adi Soemarmo Solo
Abian akhirnya tiba di kota Solo setelah menempuh perjalanan udara sekitar 28 jam dari New York ke Jakarta dan menyempatkan sehari bertemu dengan keluarga Giandra dan Gozali Ramadhan.
Pria tampan itu kemudian memilih memakai jasa bis trans yang akan membawanya ke halte Manahan dan dari situ dia akan naik ojek online menuju rumah Savitri.
Setengah jam kemudian, Abian tiba di rumah besar itu yang berdekatan dengan rumah milik Hiroshi Al Jordan.
Pak Dewo melihat pria bule itu pun tidak mengenali siapa karena biasanya yang ke rumah kalau bukan keluarga Al Jordan, Akandra atau Pratomo sendiri.
"Maaf, mas mau cari siapa?" tanya Pak Dewo saat membuka gerbang sedikit.
"Savitri. Pak Dewo, aku Abian pak. Abian Smith, anaknya pak Bryan." Abian mengeluarkan id card dan kartu namanya. "Ingat tidak?"
Penjaga rumah itu melihat id card dan kartu nama MB Enterprise. "Oalah, mas Abian tho! Masuk mas!" Pak Dewo membukakan pintu gerbang. "Lha mas Abian brewokan sekarang, kan saya jadi tidak mengenali."
Abian tertawa. "Guru nyentrik itu kemana pak?"
"Ada kondangan di hotel Dana, mas."
"Sama siapa?"
"Sendirian. Monggo mas. Masuk rumah, ada mbok Mar dan istri saya bik Yuni."
Abian menyeret koper dan berjalan masuk ke dalam rumah.
"Mbok Mar?" panggil Abian dan tampak pembantu rumah tangga berusia 50 an itu keluar dan melongo melihat pria itu.
"Siapa ya?"
"Abian mbok."
"Masyaallah! Mas Abian kok Saiki brewokan tho melu-melu mas Duncan" ucap mbok Mar yang memang mengenal keluarga Blair. "Yuk mas, mbok antar ke kamar tamu."
"Savitri kondangan?" tanya Abian.
"Iya mas. Di hotel Dana acaranya."
"Siapa yang nikah?"
"Anaknya pak RT."
"Savitri berangkat sama siapa? Biasanya kan bawa Sofyan atau Ricky?"
"Sendiri mas. Manyun tuh mbak Savitri soalnya ditelpon sama guru yang naksir dia tapi mbak Savitrinya nggak suka. Ngajak berangkat bareng" kekeh Mbok Mar.
"Padhune modus" gelak Abian.
"Lha ya itu yang dibilang mbak Savitri."
Abian tersenyum smirk. "Savitri bawa mobilnya kan?"
"Iya mas. Kenapa?"
Abian hanya nyengir.
***
Hotel Dana Slamet Riyadi Surakarta
Cantiknya Bu Guru satu ini
Savitri turun dari mobil merahnya dengan mengenakan baju ala India lengkap dengan pasmina dan aksesoris nya. Rambut coklat panjangnya disanggul simpel. Wajahnya pun hanya makeup secukupnya namun tetap menonjolkan kecantikannya. Savitri lebih mirip sang mama yang masih ada darah arabnya dibanding sang papa.
Gadis itu pun langsung menuju gedung pernikahan yang terdapat di hotel itu dan memberikan tanda tangan di buku tamu. Setelah memasukkan amplop berisikan uang, Savitri pun masuk dan bertemu dengan beberapa tetangganya.
Savitri berbasa basi dengan beberapa kenalannya sampai sebuah tangan menggandeng sikunya membuat gadis itu nyaris reflek hendak membanting namun dia ingat berada dimana.
"Kenapa tidak bareng denganku dik?" senyum Ekadanta yang senang melihat Savitri datang sendirian.
"Suka-suka aku lah pak. Memang kenapa kalau datang sendirian. Santai saja pak dan tolong tangannya dikondisikan ya. Saya tidak suka!" Savitri menatap tajam ke arah Ekadanta yang kemudian melepaskan pegangannya.
"Yuk aku kenalkan ke keluarga aku..."
"Buat apa pak?" tanya Savitri curiga.
"Biar tahu kalau ada rekan kerjaku disini."
"Maaf pak, saya menolak permintaan bapak karena itu sudah terlalu personal sifatnya dan saya tidak mau ada kesalahpahaman antara keluarga bapak dan saya.."
"Tapi dik, hanya berkenalan saja kok..."
Savitri tetap tidak bergeming dan memilih berdiri di tempatnya. Tiba-tiba beberapa tamu undangan berbisik - bisik dan membuat Savitri menoleh.
Wajah gadis itu melongo tidak percaya melihat siapa yang datang.
"Mas Abian...?" bisik Savitri sambil tersenyum. Abian yang melihat Savitri langsung menghampiri.
Abian Smith
"Hai!" sapanya sambil memeluk Savitri dan mencium pelipisnya mengacuhkan pandangan orang-orang.
"Kapan datang mas?" tanya Savitri bahagia dan lega.
"Tadi dan sampai rumah mu malah ditinggal kondangan. Aku susul saja lah." Abian menatap Ekadanta. "Siapa ini Savitri?" tanyanya dengan bahasa Indonesia yang fasih.
"Ini rekan kerjaku. Pak Ekadanta ini mas Abian." Savitri sengaja tidak memperkenalkan siapa sebenarnya Abian agar Ekadanta tidak menggangunya lagi.
"Abian Smith" Abian mengulurkan tangannya yang disambut ogah-ogahan oleh Ekadanta.
"Ekadanta Hirawan, teman dekat dik Savitri."
Savitri melongo. Makin ngadi-ngadi ih!
"Kamu sudah ketemu pengantinnya?" tanya Abian sambil menggandeng tangan Savitri.
"Belum. Yuk mas ketemu sama pengantinnya di pelaminan. Pak Eka, saya tinggal dulu ya." Savitri pun berjalan bersama dengan pria bule itu.
Ekadanta menatap kesal. Lagi-lagi sama bule! Kemarin juga sama bule, sekarang sama bule lagi! Apa memang kamu sukanya sama bule?
"Eka, apa gadis itu yang mau kamu kenalin?" suara ibunya terdengar di telinga Ekadanta.
"Iya Bu."
"Ayu, tapi dia sudah punya pacar nak. Golek liyane wae. Wong wedhok kok geleman ( maunya ) dicium sama bule di depan umum. Ibu nggak suka!"
Tapi aku suka sama Savitri, Bu.
***
"Itu yang ngejar-ngejar kamu?" tanya Abian yang sekarang menggunakan bahasa Inggris.
"Iya. Tahu nggak mas, dia itu mau ngenalin aku ke keluarganya. Kan kasus! Bisa-bisa dia ngadi-ngadi bilang aku kekasihnya! Modyar lah aku!" cebik Savitri.
"Dia tampak kecewa dan marah sama kamu."
"Biarin saja. Kemarin pun pas aku sama bang Neil, sudah macam aku sudah menjadi miliknya harus laporan sama siapa, ngapain. Helloooo, suka-suka gue lah!"
Abian tertawa kecil. "Kamu tuh ! Memang belum dapat cowok yang Membagongkan sesuai keinginan kamu."
"Belum. Doakan saja!" senyum Savitri.
Keduanya pun memberikan selamat kepada pengantin dan orangtuanya di pelaminan.
***
"Dalam rangka apa nih mas Abian ke Solo?" tanya Savitri sambil makan hidangan yang disediakan.
"Kangen kamu lah! Masa kangen Sabrina? Sofyan dan Bang Joshua bisa ngamuk nanti" gelak Abian. "Oh, Rhea minta dibelikan daster."
"Ya Allah, mas. Kan bisa aku kirim tanpa harus kamu kesini lah!"
"Ish, kamu tuh nggak peka ih. Kalau aku tadi nggak datang, kamu sudah dikira calon istri teman guru mu itu lho."
Savitri tampak bergidik. "Ojo tho mas. Kowe kok malah gawe horor tho Yaaa."
Abian terbahak. "Kamu besok Juni datang ke Jepang kan? Acara kondangan pianis durjana itu."
"Datang lah! Rugi kalau aku nggak datang! Kapan lagi melihat si pianis itu dengan Diajeng Aya-aya nya."
"Heran aku sama Ayame. Kok bisa tabah sama Eiji ya?" gumam Abian.
"Namanya juga jodoh mas."
"Moga-moga Ayame tabah sama absurd nya Eiji."
"Mas Abian tuh gimana? Mbak Ayame udah jadi manajer nya mas Eiji dua tahun lebih, dah hapal sama kelakuannya" gelak Savitri.
"Sama saja dengan Aurora dengan Neil."
"Yoooiiii."
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift comment
Tararengkyu ❤️🙂❤️