Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
“AARGH!”
Rasa sakit di kepalanya masih terasa saat ia membuka mata. Tangannya memegang sisi kepalanya, lalu mengangkat tangannya ke depan wajah. Bersih, putih, dan tidak ada darah.
“A–apa? Aku yakin tadi itu nyata, sangat nyata hingga rasa sakitnya masih ada.” Gumamnya menahan sakit, pelipisnya basah oleh keringat dingin yang bercucuran.
“Cepat dokter! Menantu saya belum sadar sampai sekarang.”
“Iya Bu,”
Keningnya berkerut dalam saat pintu kamar terbuka, matanya langsung terbelalak lebar melihat siapa yang datang. Yang berjalan lebih dulu adalah wanita paruh baya berparas cantik, rambutnya disanggul rapi yang membuatnya tampak elegan.
Adelina Knox, ibu mertuanya dan juga Mama Damien yang sudah meninggal dua tahun lalu. Wajah Sera seketika pucat, kenapa Adelina ada disini?
“Sera, kamu sudah sadar? Astaga! Mama sangat khawatir ketika kamu jatuh pingsan setelah pesta pernikahan usai.” Adelina mendekati Sera, matanya berkaca-kaca lalu saat ia berada cukup dekat langsung meraih Sera ke dalam pelukannya.
Otak Sera berpikir cepat, ia melirik dokter yang datang bersama Adelina. Tunggu… itu dokter yang sama yang dibawa oleh ibu mertuanya di malam setelah pesta pernikahan, saat itu kaki Sera terluka dan Adelina sangat mengkhawatirkannya dan langsung memanggil dokter keluarga.
“Sayang… kalau sakit seharusnya kamu bilang sama Mama,” Adelina melepaskan pelukannya, dan menatap Sera lembut seperti dulu. Kelembutan seorang Ibu yang membuat Sera selalu luluh.
Sera tidak menjawab, otaknya masih sibuk memproses apa yang terjadi. Secara refleks matanya turun menatap kakinya, dimana dulu Damien sengaja melukainya. Sekarang kakinya tidak terluka. Apa karena ia pingsan jadi Damien tidak punya kesempatan untuk menyakitinya?
“Mama, sekarang tahun berapa?” Tanya Sera, ia tahu ini terdengar aneh tapi ia punya beberapa tebakan dalam kepalanya dan ia harus memastikannya.
“Pertengahan 2022, dokter cepat kemari! Menantuku sepertinya memiliki beberapa masalah di kepalanya.” Adelina berteriak panik. Dokter Lanny tidak berani lambat, ia bergegas mendekat.
“Aku nggak apa-apa, Ma. Cuma… ya, cuma habis mimpi buruk.” Sera menenangkan Adelina, ia tersenyum dan meyakinkan Adelina bahwa ia baik-baik saja.
“Kamu tenang aja. Dokter Lanny adalah dokter terbaik, dia akan memeriksa kamu untuk memastikan kamu baik-baik saja.” Kata Adelina.
Dokter Lanny mendekat, melakukan pemeriksaan singkat pada Sera.
“Dia baik-baik saja Bu, hanya kelelahan dan butuh istirahat. Saya akan beri vitamin.” Kata Dokter Lanny, lalu membuka tasnya dan memberikan beberapa Vitamin pada Adelina.
“Kamu harus istirahat, mama akan minta Damien membawakan air untukmu agar kamu bisa minum obat secepatnya.”
“Mama,” Sera buru-buru menahan tangan Adelina. “Sebaiknya mama minta pelayan saja, Dami mungkin masih capek.”
Adelina mengerutkan keningnya, kebingungan dengan sikap Sera yang agak aneh.
“Baiklah. Kamu memang istri pengertian, tapi Damien juga akan kemari sebentar lagi jadi biarkan dia sekalian membawanya.” Adelina mengusap lembut rambut hitam Sera. “Kamu istirahat saja.”
Sera hanya bisa tersenyum pasrah sambil menatap pintu kamar yang sudah tertutup dari luar.
“Gila! Aku benar-benar kembali ke masa lalu,” gumam Sera masih tidak percaya menatap pantulan wajahnya melalui kaca di sisi kanan ranjang. Tubuhnya masih ramping, dan tidak kurus kering.
Tuhan memberikannya kesempatan, mungkin untuk memperbaiki kesalahan dan kebodohannya. Penderitaan tiga tahun itu seharusnya cukup, Sera tidak akan mengulanginya lagi.
Mengemis cinta Damien? Berharap pria itu akan luluh dengan segala usahanya. Semua itu benar-benar tidak ada gunanya.
“Nggak! Nggak! Damien nggak akan mencintai wanita biasa seperti kamu, Sera. Jadi, lebih cepat pergi lebih baik.” Kata Sera pada dirinya sendiri. Namun jantungnya masih berdetak kencang setiap kali menyebut nama itu bercampur dengan rasa sakit saat melihatnya membawa perempuan lain ke rumah mereka.
Sera turun dari ranjang, berjalan pelan ke jendela yang tirainya masih terbuka. Ia perhatikan kota London yang tenang dan gemerlap lampu di kejauhan yang berkelap-kelip indah.
Ia berusaha menenangkan diri sebelum Damien datang, karena jika waktunya masih sama seperti dulu. Maka sebentar lagi Damien akan masuk, lalu menatapnya dingin dan penuh kebencian.
Klik!
Benar dugaannya, pintu terbuka dan sosok pria tampan dengan tinggi seratus delapan puluh sembilan itu masuk dengan wajah dingin. Damien hanya dingin pada Sera, dan hangat pada orang lain selain Sera.
"Mama memintaku membawa ini," kata Damien datar, meletakkan gelas berisi air putih di atas nakas.
Tubuh Sera gemetaran, sekarang segala sesuatunya telah berbeda. Ia melihat Damien bukan lagi sebagai pangeran impiannya melainkan sebagai malaikat maut yang bermain-main dengan nyawanya.
Otak Sera tidak bisa berpikir, ia hanya menatap Damien takut. Hingga pria itu menjatuhkan diri di ranjang, tidak meliriknya sedikitpun. Itu bagus untuk Sera sehingga ia bisa sedikit bernafas lebih lega.
Dengan kaku Sera membalikkan badannya, menatap jauh keluar jendela. Ia tidak berani mendekat, tidak berani bersuara, bahkan ia sebisa mungkin menahan deru nafasnya agar tidak terdengar dan mengganggu Damien.
“Apa yang kamu lakukan disana? Sengaja berdiri supaya aku membujukmu untuk tidur bersama di ranjang?” Suara berat Damien terdengar memecah keheningan.
“N–nggak, aku lagi menikmati pemandangan malam hari.” Jawab Sera hampir gemetar. Jika dulu ia memang berharap begitu, maka sekarang ia berharap bisa berdiri sejauh mungkin dari Damien.
Namun, mengapa pertanyaan kali ini sedikit berbeda? Dulu Damien mengejeknya dan mengatakan tidak akan pernah menyentuhnya.
“Tidak usah dipikirkan, apapun yang dia katakan tetap tidak pernah baik.” Gumam Sera, mulai menghitung lampu di kejauhan untuk menenangkan diri dari ketakutannya terhadap Damien. Satu… dua…tiga… hingga hitungan keseratus, ia mendengar Damien turun dari tempat tidur lalu ada langkah kaki mendekat.
'Jangan kemari. Jangan!' Bisik hati Sera, tangannya mencengkram kuat ujung baju.
“Apa yang kamu lakukan disini? Apa lampu-lampu itu lebih menarik?” Tanya Damien tepat di belakangnya, bahkan Sera dapat merasakan nafas Damien menyapu tengkuknya.
“Pergi!” Refleks Sera berteriak dan menempel ke kaca di depannya, sebisa mungkin menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan Damien.
“Aku tidak akan memakanmu, kenapa kamu takut?” Tanya Damien keheranan.
'Kamu memang tidak akan memakanku, tetapi bisa membunuhku!' Teriak Sera, tentu hanya dalam hati karena ia tidak punya cukup keberanian untuk menyuarakan di depan wajah Damien. Jika ia melakukannya, alih-alih hidup lebih lama, mungkin Damien akan mengirimnya kembali pada kematian malam ini juga.
Damien memegang bahunya lalu memutar Sera agar menghadapnya. Kerutan di kening pria itu semakin dalam saat merasakan Sera gemetaran.
“Kamu beneran takut sama aku?”
“Sebaiknya kamu tidur. A–aku suka lampu kota, jadi ingin melihat lebih lama.” Kata Sera menggerakkan bahunya, berusaha melepaskan pegangan Damien. Matanya sibuk menatap kesana-kemari, yang penting tidak melihat ke wajah Damien.
“Apa kamu takut sama aku?” Damien mengulang pertanyaannya, menarik tangannya. Lalu, mata birunya menatap wajah Sera yang pucat.
“Hahaha…” Sera berpura-pura tertawa santai. “Te–tentu saja nggak–”
“Terus kenapa tubuhmu gemetaran?” Potong Damien.
Sera menarik napas pendek, lalu merapatkan kedua lengannya ke tubuhnya sendiri. “Aku kedinginan. Ya, kedinginan.”
“Dingin? Ini musim panas.”
Sera hampir mengumpat mendengarnya, untung saja bisa menahan lidah. Benar, ini pertengahan musim panas dan Sera juga merasa kepanasan sejak tadi.
“Apa kamu takut?”
Dan untuk pertama kalinya sejak Damien masuk, Sera memberanikan diri untuk menatap wajah Damien. Wajahnya masih datar, namun jelas matanya kebingungan dengan Sera.
“Siapapun pasti takut di malam pertama pernikahan, apalagi menikah atas perjodohan.” Akhirnya Sera menemukan alasan yang pas untuk ketakutannya.
“Tapi kamu yang meminta Mamaku untuk menjodohkan kita, kamu juga yang membuat Aurel pergi.”
Damn! Sera lupa lagi. Karena saking takutnya dengan Damien sekarang, ia sampai lupa bahwa ia yang dulu meminta Adelina untuk menjodohkan mereka. Sera memang mencintai Damien sejak SMA, dan memanfaatkan kedekatannya dengan Adelina untuk mendapatkan Damien.
“Sepertinya aku mabuk saat itu,” Sera menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ingatannya kembali ke satu bulan sebelum pernikahan, Sera tanpa sengaja melihat Aurel berciuman dengan pria lain. Jadi Sera pikir Aurel dan Damien sudah putus, karena tidak ingin Damien kembali dekat dengan wanita lain, Sera dengan cepat membujuk Adelina untuk menjodohkan mereka.
Siapa sangka Damien dan Aurel belum putus yang membuat Damien berpikir Sera merusak hubungannya dengan Aurel. Hal itulah yang membuat Damien membencinya.
Tapi, Sera masih belum tahu kenapa Damien membiarkan pacarnya berciuman dengan pria lain? Itu masih aneh bagi Sera sampai sekarang.
“Kamu merusak hubunganku dan sekarang kamu bilang kamu mabuk?” Tanya Damien geram.
“Dami, itu benar-benar kesalahan. Saat aku ingin memperbaiki lagi, Mama Adelin tidak mau mendengarkan. Ja–jadi kita menikah. Begitu.” Sera berusaha mengarang sebuah alasan, ia ingin meyakinkan Damien kalau ia tidak mencintainya dan ide pernikahan ini hanyalah kesalahan yang dilakukan orang mabuk. Sera berharap Damien mengerti dan menceraikannya lalu ia tidak perlu mati saat Aurel kembali.
...✯✯✯...
...Like, komen dan vote 💗...
kyanya Sera dijebak..😩
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB