NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:25.2k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Waktunya ngampus

Beberapa minggu telah berlalu sejak pengumuman yang mengubah hidup Arjuna. Waktu yang ia isi dengan bekerja keras di proyek bangunan sambil sesekali membaca buku-buku yang ia beli bersama Ucup. Hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari pertama ia secara resmi akan menginjakkan kaki di Universitas Nusantara Global sebagai mahasiswa baru.

Pagi itu, Arjuna bangun jauh sebelum adzan Subuh. Jantungnya berdebar dengan campuran rasa gugup dan semangat yang meluap-luap. Ini bukan lagi mimpi. Ini adalah kenyataan. Ia mengenakan kemeja putih bersih yang ia setrika dengan sangat hati-hati semalam, dipadu dengan celana bahan hitam, sesuai dengan aturan pakaian untuk kegiatan OSPEK bagi para "Maba" (Mahasiswa Baru).

Saat ia bercermin, ia melihat sosok yang berbeda. Bukan lagi sekadar Arjuna si anak desa atau Arjuna si kuli bangunan. Hari ini, ia adalah Arjuna Wicaksono, penerima beasiswa prestasi UNG. Sebuah rasa bangga yang hangat menjalar di dadanya.

Ia sengaja berangkat sangat pagi untuk menghindari macet dan agar tidak terlambat di hari pertamanya. Teman-teman kosnya yang lain masih terlelap. Dengan langkah ringan dan penuh harapan, ia berjalan menuju jalan raya untuk mencegat angkot.

Setelah menunggu beberapa saat, angkot yang menuju ke arah kampusnya pun datang. Ia naik dan mengambil tempat duduk di dekat jendela, membiarkan angin pagi menerpa wajahnya. Perasaannya begitu luar biasa.

Saat angkot mulai terisi oleh penumpang lain, ia mengedarkan pandangannya. Dan saat itulah, matanya terpaku.

Di sudut depan, duduk dengan tenang sambil membaca sebuah buku novel berbahasa Inggris, adalah Aulia.

Arjuna terkejut. Ia mengerjapkan matanya, mengira ia salah lihat. Tapi itu benar-benar Aulia. Mengenakan setelan kemeja putih dan rok hitam yang sama dengannya, namun entah kenapa di tubuhnya pakaian sederhana itu tampak begitu elegan dan berkelas.

Bagaimana bisa?

Pikiran Arjuna langsung berputar. Ia sangat yakin ia keluar dari kosan lebih dulu. Ia tidak mendengar suara pintu kamar Aulia terbuka. Ia tidak mendengar langkah kakinya di tangga. Kapan gadis ini berangkat? Kapan ia menyusul dan sudah duduk manis di dalam angkot bahkan sebelum Arjuna tiba di jalan raya?

Misteri kecil itu membuat Arjuna semakin melihat Aulia sebagai sosok yang sulit ditebak dan selalu selangkah di depan.

Seolah merasakan ada yang menatapnya, Aulia perlahan mengangkat kepala dari bukunya. Mata mereka bertemu di tengah keramaian angkot yang berguncang pelan. Untuk sesaat, hanya ada mereka berdua. Tidak ada senyum, tidak ada sapaan. Aulia hanya menatapnya dengan sorot mata tajamnya yang biasa, lalu memberikan sebuah anggukan kepala yang sangat singkat. Sebuah pengakuan tanpa kata. 'Jadi, kita bertemu lagi di sini. Di titik start.'

Arjuna, yang sedikit gugup, berhasil membalas dengan anggukan kaku.

Setelah itu, Aulia kembali menunduk, melanjutkan bacaannya seolah tidak ada apa-apa yang terjadi. Namun Arjuna tahu, sesuatu telah dimulai. Perlombaan di antara mereka tidak lagi hanya di atas kertas pengumuman. Perlombaan itu kini nyata, terjadi di kehidupan sehari-hari. Dan tampaknya, untuk pagi ini, ia sudah kalah start.

Angkot berhenti tepat di depan halte yang berjarak beberapa ratus meter dari gerbang utama Universitas Nusantara Global. Arjuna turun lebih dulu, mengucapkan terima kasih pada sopir, dan bersiap untuk berjalan sendirian. Ia mengira Aulia, seperti di dalam angkot, akan menjaga jarak dan pergi dengan caranya sendiri.

Namun, saat ia baru melangkah beberapa meter, sebuah suara jernih memanggil namanya.

"Arjuna."

Ia berbalik dan mendapati Aulia sudah turun dari angkot dan kini berdiri menatapnya.

"Kita dari kosan yang sama, dan kuliah di tempat yang sama," kata Aulia dengan nada logis dan praktis, seolah sedang menyatakan sebuah fakta yang tak terbantahkan. "Kenapa kita tidak berangkat bareng saja sih?"

Arjuna terdiam, benar-benar bingung. Pertanyaan itu begitu sederhana, begitu normal, namun datang dari Aulia, rasanya menjadi sesuatu yang luar biasa. Gadis ini, rivalnya yang dingin dan misterius, baru saja mengajaknya untuk... berangkat bersama? Logikanya tidak menemukan alasan untuk menolak, tapi hatinya masih merasa canggung.

Melihat Arjuna yang hanya diam, Aulia menghela napas pendek. "Lebih efisien. Dan lebih aman. Daripada jalan sendiri-sendiri."

"Ah... i-iya, benar juga," jawab Arjuna akhirnya, merasa sedikit bodoh. "Maaf, saya tidak terpikir ke sana."

"Aku tahu," balas Aulia singkat.

Mau tidak mau, Arjuna pun akhirnya berjalan berdampingan dengan Aulia menuju gerbang kampus. Suasananya sedikit kaku. Arjuna tidak tahu harus berkata apa, sementara Aulia tampak nyaman dalam keheningannya.

Saat mereka melewati gerbang utama yang megah, pemandangan di dalamnya membuat Arjuna kembali terpesona. Kampus ini begitu luas, hijau, dan tertata rapi. Udara pagi terasa sejuk dan bersih. Dan yang paling penting, suasana masih sangat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa lain atau staf kampus yang berlalu lalang.

"Kita kepagian," kata Aulia sambil melirik jam tangan elegannya. "Masih lebih dari satu jam sebelum acara pembukaan OSPEK dimulai."

Arjuna hanya mengangguk.

"Mumpung masih sepi," lanjut Aulia, seolah bisa membaca pikiran Arjuna yang ingin menjelajah. "Kita lihat-lihat dulu."

Tanpa menunggu jawaban, Aulia mulai berjalan menyusuri jalan utama kampus, dan Arjuna secara otomatis mengikutinya. Mereka berjalan dalam diam pada awalnya, melewati gedung-gedung fakultas yang modern dan megah. Arjuna melihat papan nama 'Fakultas Ekonomi dan Bisnis', gedung yang akan menjadi rumah akademisnya, dengan perasaan bangga.

"Kita satu jurusan, kan?" tanya Aulia tiba-tiba, memecah keheningan. "Manajemen Bisnis."

Pertanyaan itu lebih terdengar seperti pernyataan. Arjuna menoleh, rasa terkejutnya kini berlipat ganda. "Iya... Manajemen Bisnis. Kok kamu bisa tahu saya juga di sana?"

"Aku melihat daftar alokasi jurusan untuk penerima beasiswa," jawabnya datar sambil terus berjalan. "Peringkat satu dan peringkat dua. Ditempatkan di jurusan yang sama. Kebetulan yang menarik, bukan?"

Arjuna terdiam. Jadi, takdir tidak hanya menempatkan mereka di universitas yang sama, tapi juga di medan pertempuran yang sama persis. Setiap kelas, setiap tugas, setiap ujian, ia akan berhadapan langsung dengan Aulia.

Mereka terus berjalan, melewati perpustakaan pusat yang bangunannya seperti sebuah mahakarya arsitektur, lalu melintasi area danau buatan yang indah di tengah kampus. Keheningan di antara mereka kini tidak lagi terasa sekaku tadi, melainkan terisi oleh sebuah tegangan kompetitif yang tak terucapkan.

Mereka berhenti di sebuah bangku taman yang menghadap ke danau. Sinar matahari pagi mulai terasa hangat, dan mahasiswa-mahasiswa baru lainnya mulai berdatangan, memenuhi jalanan kampus dengan tawa dan obrolan. Momen tenang mereka berdua telah berakhir.

"Sudah waktunya," kata Aulia sambil berdiri.

Arjuna ikut berdiri. Ia menatap Aulia, rivalnya. Kini ia tahu, perlombaan di antara mereka akan terjadi di setiap langkah yang mereka ambil di kampus ini.

Perlombaan mereka akan segera dimulai, dan untuk pertama kalinya, mereka akan melangkah ke garis start yang benar-benar sama.

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!