NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 2

Nirmala terbangun ia mengerang pelan, kelopak matanya berkedut-kedut saat seberkas sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai. Cahaya itu begitu menyilaukan, menusuk retinanya yang masih beradaptasi dengan kegelapan.

"Ssst..." Ia mendesis lirih, memalingkan wajahnya dari sumber cahaya itu, berusaha melindungi matanya yang sensitif. Kepalanya terasa berat dan berdenyut, sisa-sisa kejadian semalam masih menghantuinya.

Perlahan tapi pasti, ia kembali mencoba membuka mata. Kali ini, ia berhasil. Meskipun sedikit perih, matanya mulai mampu menangkap detail-detail yang ada di sekelilingnya. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangannya.

"Di mana aku?" batinnya bertanya-tanya.

Ruangan itu terasa asing, namun nyaman. Ia berbaring di ranjang yang empuk, dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Dinding berwarna krem memberikan kesan hangat, sementara pencahayaan yang lembut tidak menyakiti matanya. Sebuah televisi layar datar besar tergantung di dinding, dan suara AC yang berdesir halus mengisi keheningan.

Nirmala menyadari, ia berada di rumah sakit. Lebih tepatnya, di sebuah kamar VIP. Ruangannya luas dan mewah, dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang membuatnya terasa seperti kamar hotel bintang lima. Ia bisa melihat sofa empuk, meja kecil dengan vas bunga segar, dan kamar mandi pribadi yang bersih dan modern.

"Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa sampai di sini?" pikirnya, mencoba mengingat kejadian semalam. Namun, yang ia ingat hanyalah suara tembakan, darah, dan ketakutan yang mencekam.

Tiba-tiba, suara pintu terbuka memecah keheningan. Nirmala tersentak kaget, refleks menoleh ke arah sumber suara.

Di ambang pintu, berdiri seorang pria dengan postur tinggi tegap dan aura wibawa yang kuat. Wajahnya tampan, dengan garis rahang tegas dan mata tajam yang memancarkan kecerdasan. Janggot tipis dan rambut panjangnya yang biasanya tergerai bebas, kini diikat rapi, memberikan kesan yang lebih bersih dan profesional.

Nirmala tertegun sejenak, terpukau dengan ketampanan pria itu. Ia merasa familiar dengan wajah itu, namun ia tidak bisa mengingat di mana ia pernah melihatnya.

Pria itu menatap Nirmala dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kelegaan, kekhawatiran, dan rasa ingin tahu yang bercampur menjadi satu. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan, mendekati ranjang tempat Nirmala berbaring.

"Siapakah pria ini? Dan mengapa ia menatapnya dengan tatapan seperti itu?" Nirmala merasakan jantungnya berdebar kencang, menunggu pria itu berbicara.

Melihat sosok pria asing itu mendekat, Nirmala merasakan ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, napasnya tercekat. Ia refleks memundurkan tubuhnya, berusaha menjauhi pria itu, namun punggungnya menabrak sandaran kasur rumah sakit yang keras.

"Siapa dia? Apa yang dia inginkan dariku?" pikir Nirmala panik.

Otaknya berusaha mengingat kejadian semalam, namun ingatannya masih kabur dan tidak jelas. Ia hanya ingat suara tembakan, kegelapan, dan rasa takut yang luar biasa.

Pikiran buruk mulai menghantuinya. Mungkinkah pria ini adalah salah satu penjahat yang semalam? Mungkinkah ia datang untuk menghabisinya karena ia telah menembak salah satu rekan mereka?

Nirmala lupa, atau lebih tepatnya belum ingat, bahwa ia adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa Saga dan Ace pada malam itu. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah ketakutan dan keinginan untuk melarikan diri dari situasi yang mengerikan ini.

"Ampun, Tuan!" Nirmala berseru dengan suara gemetar, mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memohon ampun. Air mata mulai membasahi pipinya.

"Saya minta maaf... Saya tidak sengaja membunuh teman Anda. Saya mohon, Tuan, lepaskan saya. Jangan sakiti saya."

Nirmala terisak, mencoba menjelaskan situasinya. "Saya anak yatim piatu. Saya tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Saya tidak punya apa-apa, Tuan. Saya orang miskin. Saya tidak punya uang untuk membayar ganti rugi."

Saga mengerutkan keningnya, menatap Nirmala dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti mengapa wanita ini begitu ketakutan.

Namun, melihat air mata yang membasahi pipi Nirmala dan mendengar permohonannya yang putus asa, Saga justru tidak bisa menahan tawanya. Ia tertawa terbahak-bahak, melepaskan semua ketegangan dan kekhawatiran yang ia rasakan selama ini. Suaranya menggema di ruangan itu, membuat Nirmala semakin ketakutan.

"Hahaha..." Saga terus tertawa, memegangi perutnya yang terasa sakit karena terlalu banyak tertawa juga mengelap air matanya. Ia tidak bisa berhenti. Pemandangan Nirmala yang ketakutan itu terlalu lucu dan ironis untuk diabaikan.

"Khm... " Saga berdeham keras, berusaha menghentikan tawanya dan mengendalikan diri. Ia merapikan pakaiannya yang sedikit kusut, mencoba mengembalikan wibawanya yang sempat hilang karena tertawa terbahak-bahak.

Aura mencekam kembali hadir saat Saga mulai memasang ekspresi serius. Ia menatap Nirmala dengan tatapan tajam dan menusuk, seolah mencoba menembus pikiran wanita itu. Matanya yang tadi bersinar karena tawa, kini kembali dingin dan tanpa ekspresi.

Nirmala merasakan tubuhnya menegang saat Saga menatapnya seperti itu. Ia merasa seperti seekor mangsa yang sedang diintai oleh predator. Ketakutannya semakin menjadi-jadi.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Saga dengan suara rendah dan dingin, memecah keheningan yang mencekam. Nada suaranya mengisyaratkan bahwa ia tidak akan menerima jawaban yang tidak jujur.

Nirmala semakin ketakutan mendengar pertanyaan Saga. Ia tidak bisa membuka mulutnya untuk menjawab. Lidahnya terasa kelu, dan tenggorokannya tercekat.

Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba menyiratkan bahwa ia tidak tahu apa-apa.

Tiba-tiba, pintu ruangan kembali terbuka, memecah ketegangan yang mencekam. Kali ini, sosok Nyonya Griffin muncul dari balik pintu.

Wajahnya tampak geram, dan matanya memancarkan kemarahan. Ia menatap Saga dengan tatapan tajam, seolah ingin menegur cucunya itu karena telah membuat wanita di depannya ketakutan.

Nyonya Griffin melangkah masuk ke dalam ruangan dengan cepat, menghampiri Saga yang masih berdiri terpaku di dekat ranjang Nirmala. Tanpa basa-basi, ia memukul lengan Saga dengan keras, membuat cucunya itu meringis kesakitan.

"Aduh!" Saga mengaduh sambil mengelus lengannya yang baru saja dipukul oleh Nyonya Griffin. Ia menatap omanya dengan tatapan protes, namun tidak berani membantah.

Nyonya Griffin menghampiri ranjang Nirmala dengan langkah anggun. Ia meraih tangan Nirmala yang gemetar, mengelusnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Senyum hangat menghiasi wajahnya yang sudah berkeriput.

"Hai, Sayang," Nyonya Griffin berkata dengan suara lembut dan menenangkan. "Cantik, siapa namamu?"

Mendengar sapaan lembut dari Nyonya Griffin, Nirmala terkejut dan heran. Ia tidak menyangka akan diperlakukan sebaik ini. Namun, pikiran buruk kembali menghantuinya.

"Mungkinkah wanita tua di depanku ini adalah bos dari para penjahat yang melakukan pesta tembak semalam?" pikir Nirmala curiga.

"Nyonya, maafkan saya! Ampuni saya! Saya tidak sengaja menembak anak buah Nyonya," ucap Nirmala dengan suara gemetar, memohon ampun. Air mata kembali membasahi pipinya.

"Ampuni saya, Nyonya! Lepaskan saya! Tolong... saya tidak ingin mati," Nirmala terus memohon, menggenggam erat tangan Nyonya Griffin dengan harapan wanita itu akan mengasihani dirinya.

Mendengar rintihan dan tangisan Nirmala, Saga kembali tidak bisa menahan tawanya. "Hahhaha..." Ia terbahak-bahak, membuat Nyonya Griffin melotot tajam ke arahnya.

Saga langsung terdiam, berusaha mengendalikan diri. Namun, bibirnya masih berkedut menahan tawa. Ia merasa kasihan pada Nirmala yang begitu ketakutan, namun di saat yang sama, ia juga merasa geli dengan kesalahpahaman yang terjadi.

"Tidak, Nak. Kamu bicara apa?" Nyonya Griffin bertanya dengan suara lembut. "Saya bukan bos dari pria yang kamu tembak. Saya tidak tahu apa-apa tentang mereka."

Ia mengusap lembut tangan Nirmala, mencoba meyakinkan wanita itu bahwa ia tidak perlu takut padanya. "Saya hanya ingin berterima kasih padamu karena sudah menyelamatkan cucu saya," lanjutnya dengan tulus.

Melihat tatapan tulus dan kelembutan yang terpancar dari mata Nyonya Griffin, perlahan Nirmala mulai luluh.

Tak terasa, sudah seminggu Nirmala dirawat di rumah sakit. Selama itu, ia tak henti-hentinya merengek minta pulang, merasa dirinya sudah sehat dan baik-baik saja. Namun, Nyonya Griffin bersikeras menahannya, memastikan Nirmala tetap di sana sampai dokter memberikan izin resmi.

Saga, di sisi lain, mulai merasa jengah dan jengkel dengan kehadiran Nirmala. Terlebih lagi, Nyonya Griffin selalu membelanya, membuat Saga semakin kesal.

"Nyonya, izinkan saya pulang. Saya sudah baik-baik saja," Nirmala memohon pada Nyonya Griffin dengan suara lirih.

Saga langsung melotot ke arah Nirmala, tatapannya setajam pisau, seolah ingin mencekik wanita itu saat itu juga.

Melihat situasi yang semakin memanas, Nyonya Griffin dengan sigap memukul kepala Saga dengan keras, membuat pria itu meringis kesakitan. Tuk....

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba. Nirmala diizinkan pulang dari rumah sakit. Namun, di dalam perjalanan, Nirmala mulai merasa heran. Pemandangan di luar jendela mobil sama sekali tidak familiar. Jalan yang mereka lalui bukan menuju rumahnya yang sederhana.

Ada yang tahu Nirmala mau di bawa kemana?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!