 
                            Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung  jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai  kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat  hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 32
Ayra kini berada di rungan bersalin, ia sedang membantu pasien untuk melahirkan,tatapan beberapa suster kepadanya sedikit berbeda, terutama suster Salwa, namun Ayra tidak terlalu memedulikannya, ia hanya fokus pada pasien.
" atur nafas yaa bu, jangan ngeden dulu pembukaanya belom lengkap" ujar Ayra.
Ayra kemudian menyiapkan segala keperluannya, ia menatap ke arah Suster Salwa yang tatapannya tampak beda.
" Aduh dok sakit banget dok, udah pengen ngeden ini" keluh pasien tersebut.
" Sebentar bu saya cek dulu" ujar Ayra kemudian mengecek pembukaan pasien tersebut.
" Wahh Alhamdulillah, pembukaannya sudah lengkap, atur nafas yaa bu,ikuti aba- aba saya, satu.. dua... tiga... push bu, push" ujar Ayra membantu persalinan.
Setelah beberapa saat bayi itupun lahir "oek oek oek" terdengar suara tangis bayi di rungan bersalin.
Alfarezeel yang sedari tadi menunggu di luar ruangan sedikit lega mendengar suara tangisan bayi, ia sedari tadi juga ikut tegang, padahal ia tidak memiliki hubungan apapun dengan pasien.
Setelah urusannya beres Ayra membersihkan diri dan keluar dari rungan bersalin, di depan ruangan ia mendapati sang suami sedang duduk sambil menahan kantuk.
Ayra melihat sekitar tampak sepi, Ayra kemudian menghampiri suaminya, Ayra menyentuh lembut kepala sang suami, entah kenapa Ayra refleks melakukan itu.
" Mas" panggil Ayra.
Alfarezeel yang membuka matanya melihat sang istri sudah ada di depannya, ia kemudian
memeluk sang istri yang berdiri di depannya.
" Mas ini masih di rumah sakit " peringat Ayra melepas pelukan suaminya.
" ngantuk sayang" ucap Alfarezeel dengan nada manjanya yang baru di dengar oleh Ayra.
Jantung Ayra semakin berdekup kencang,kala Alfarezeel memanggilnya sayang, Ayra kemudian sedikit menjauh dari sang suami.
" Ayo mas, keburu ada yang lihat, kalau kamu mau disini, ya sudah akh dukuan" ujar Ayra berjalan terlebih dahulu,takut jika akan menjadi gosip yang tidak- tidak.
Alfarezeel kemudian mendengus kesal, yah ia hanya berpura- pura ngantuk untuk melihat ekspresi sang istri dan mengerjainnya, namun di luar dugaan sepertinya sang istri lebih takut dengan gosip orang- orang, Alfarezeel kemudian segera menyusul sang istri sebelum masuk ke dalam lift.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menguping percakapan mereka sedari tadi, "wahh memang benar ternyata mereka punya hubungan spesial, pantas saja Dokter Ayra tiba- tiba pakai jilbab "gumam seseorang tersebut.
...****************...
Jam menunjukan pukul sepuluh malam,kini Ayra dan Alfarezeel sudah perjalanan pesantren As- Salam, atas perintah Nyai Siti.
" Mas nanti kalau misal di sana aku tidur dimana dong?" tanya Ayra kala melihat sekitar mobil suaminya sudah memasuki pesantren.
" Tidur kamar ku lah, emang kamu mau tidur dimana?" sahut Alfarezeel.
Ayra kemudian menundukan kepalanya, walau hubungannya dengan suaminya sudah membaik tapi ia masih takut jika harus sekamar dengan sang suami.
" Sayang" panggil Alfarezeel dengan nada sangat amat lembut, membuat jantung Ayra berdebar tak karuan.
" Dengar mulai sekarang aku akan berusaha untuk menjadi suami buat kamu, aku mau memperbaiki hubungan kita, dan mulai sekarang kita akan satu kamar, bantu aku untuk jatuh cinta sama kamu, aku juga enggak akan memaksak kamu untuk berhubungan jika kamu belum siap" ujar Alfarezeel yang memarkirkan mobilnya tepat di depan ndalem.
Ayra perlahan menatap ke arah sang suami yang kini juga sedang menatap ke arahnya,Ayra mencari kebenaran dari ucapan suaminya, jujur ia masih takut untuk membuka hati lagi untuk orang lain, selain ia masih menyayangi Lucas, ia juga takut nantinya akan kecewa, namun tak bisa di bohongi Alfarezeel kini telah menjadi suaminya, yang wajib ia cintai bukan lagi Lucas.
Ayra tampak membungan nafas berat, ia kemudian menatap sang suami "apa aku bisa pegang ucapan kamu barusan?" tanya Ayra.
"aku tidak mau berjanji, tapi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi suami untuk kamu" sahut Alfarezeel.
Ayra mengangguk pelan "tolong juga ajari aku untuk melupakan masa lalu ku, kita sama- sama belajar ".
Alfarezeel tersenyum mendengar jawaban sang istri, ia berjanji pada dirinya sendiri sekarang cintanya hanya untuk Ayra bukan lagi Hafa apalagi Naura.
"Iya kita belajar sama- sama ya..., saling mengingatkan yaa... saling jaga, saling percaya" ujar Alfarezeel menatap ke arah Ayra.
" Tapi tolong jangan umumin dulu pernikahan kita di rumah sakit, jujur aku belom siap mendapatkan tatapan tajam dari para cegil kamu" ujar Ayra.
" lah bukannya bagus kalau kita umumin, jadi enggak ada yang berani ganggu kamu" sahut Alfarezeel.
" pokoknya enggak dulu, nanti kalau aku sudah siap kita baru umumin " .
" Yaa.. okey aku ngikut kamu aja, padahalkan aku juga mau romatis- romantisan sama kamu" ujar Alfarezeel dengan memayunkan bibirnya kedepan.
" Dih.. emang kamu bisa romantis? bukannya kamu kaku kayak kanebo kering yaa?" tanya Ayra.
Alfarezeel semakin kesal dengan ejekan sang istri, ia semakin memanyunkan bibirnya dan melipat tangannya di depan dadanya.
Ayra yang melihat tingkah suaminya hanya tertawa, sulit di percaya jika dokter gagah itu bisa juga merajuk.
tok...
tok...
Ketukan dari jendela mobil,menampilkan Zahira dengan mukenannya dan di belakangnya terdapat suaminya.
Alfarezeel membuka kaca jendela " ada apa?"tanyanya pada sang adik.
" lama banget di dalam nya, kalian ngapain sih? " tanya balik Zahira.
" kepo kamu, udah sana masuk " usir Alfarezeel.
" Dih ngusir, ya udah yuk kita masuk aja yuk yang" ujar Zahira lalu menggandeng suaminya kemudian masuk ke ndalem.
Rencananya besok keluarga Alfarezeel akan mengadakan acara Syukuran kecil- kecilan untuk menyambut keindahan Althaf di pesantren As - Salam untuk menggantikan Abah yang sudah mulai tua.
" Ayo ah masuk, enggak enak aku, masak aku enggak bantu- bantu" ajak Ayra sambil membereskan barangnya.
"Kamu enggak capek emang? kamu belom sempet istirahat loh, habis dari rumah sakit kamu langsung masak tadi ".
"ahh udah biasa aku mah, biasanya juga habis jaga langsung jaga toko "
Alfarezeel mengusap kepala sang istri yang tertutup hijab, Ayra nampak anggun mengenakan hijab, walau tak di pungkiri Alfarezeel suka jika Ayra tanpa hijab, namun jika boleh egois ia tak rela jika rambut sang istri juga di lihat orang lain selain dia.
Alfarezeel juga cukup bersyukur Ayra mau belajar berhijab dari hatinya, jujur ia tidak memaksa Ayra sama sekali.
" Yuk turun kalau gitu" ajak Alfarezeel.
Ayra dan Alfarezeel berjalan beriringan menuju ke ndalem, di dalam ndalem lebih tepatnya di dapur masih banyak orang yang sedang memasak untuk acara besok, untuk saja tadi Ayra dan Alfarezeel mampir ke toko Ayra.
" Mas bukannya Syukuran kecil- kecilan yaa?" tanya Ayra kala melihat banyak sanak saudara dari sang suami.
" Sekalian selamatan minimarket santri sayang, sama santunan anak yatim, Jiddahkan kalau bikin acara suka di gabung- gabung, sama Syukuran pernikahan kita soalnya kemarin enggak ada resepsi " ujar Alfarezeel sedikit terjeda.
" Lah ngapain mas, yang pentingkan keluarga tau"
" mungkin bagi kamu enggak penting sayang, tapi bagi Jiddah dan Umma itu sangat penting, menyambut mantunya yang paling cantik" jawab Alfarezeel sambil menggoda sang isti, dengan mencolek dagu Ayra.
" Dihh genit, udah ah Ayo masuk" ujar Ayra .
" Assalamualaikum " Salam Ayra dan Alfarezeel ketika memasuki ndalem.
" Waalaikumsalam " jawab Semua orang yang ada di ndalem.
Di sana ada Kiyai Idris, Kiyia Ibrahim, Kiyai Rauf ( adik Kiyai Ibrahim) , sepupu- sepupu kiyai Ibrahim.
Ayra dan Alfarezeel menyalami seluruh orang di sana, kecuali Ayra hanya menyalami Abah Idris dan juga Aba mertuannya.
" Keliatan capek banget kamu Nak?" tanya Kiyia Ibrahim dengan menantunya.
" Enggak ba, cuma karena enggak pakai make up saja, jadi keliatan pucet" jawab Ayra.
" Ya sudah bah,Ba,om semuanya Al sama Ayra masuk dulu" pamit Alfarezeel pada semuanya.
" Ya sudah sana, biarkan istri mu istirahat Al, jangan langsung di Gas" goda Adik dari Aba nya.
" Apa sih om" sarkas Alfarezeel.
Alfarezeel dan Ayra menuju ke rungan keluarga, Ndalem Kiyai Idris memang sangat amat mewah, begitu pula dengan bangunan pesantren, jadi tak salah jika biaya di sini begitu mahal.
" wedeh pengantin baru nich... lama banget di dalam mobilnya, kenapa enggak di kamar aja sih, kan lebih enak iya enggak Sayang?" goda Zahira pada kakaknya dan sahabatnya.
" mikir loe kejauhan Ra, Nih" sahut Ayra sambil memberi pesanan Zahira yang memasang Cookies di toko Ayra.
" Auhh kalau gini kan makin sayang sama kakak ipar" Ujar Zahira membuka plastik yang di bawa Ayra.
Syifa, Hasna, Salsa dan Nadira mendekat ke arah Zahira dan berebut Cookies yang di bawa Ayra.
" Sabar woyy....sabar gue dulu yang paling tua" teriak Zahira.
Ayra hanya menggelengkan kepalanya, sedang Alfarezeel mengajak Ayra untuk ke dapur,menemui Umma Annisa dan Jiddah.
Di dapur tampak ramai ada beberapa tetangga dan juga mbak dapur yang membantu memasak untuk besok, Pondok As- Salam ini termasuk podok modern, dan di khususkan untuk pendidikan, jadi tidak ada abdi ndalem, yang ada hanya Mb dapur, dan mbak yang jadi tukang bersih- bersih, tidak ada santri yang membersihkan rumah kiyai.
"Wah... ramai banget ini mah, kayak mau hajatan" ujar Alfarezeel saat memasuki dapur.
" wehh ada pengantin baru nih, bawa apa itu?" tanya Nyai Siti yang sedang ikut memotong bawang dan duduk di meja makan.
Alfarezeel dan Ayra menyalami Nyai Siti, umma Annisa dan yang lainnya.
" Ini Jiddah Ayra bawa kue dari toko" ujar Ayra menyerahkan beberapa plastik yang di bawanya dan Alfarezeel.
"Wahh kesukaan bude itu Ra" ujar Umi Hilya adik ipar Umma Annisa, kala melihat Nyai Siti mengeluarkan brownies .
" Iyaa budhe di cicip budhe, semoga suka" Ujar Ayra.
" Mah, jiddah Al sama Ayra naik dulu ya..., mau taruh tas dulu" pamit Alfarezeel lalu menarik sang istri.
Saat di tangga, Alfarezeel berpapasan dengan seseorang yang selama ini ia hindari, Ayra tampak bingung kala seorang perempuan menyapa sang suami, namun suaminya hanya diam.
Saat Ayra menepuk bahu sang suami baru suaminya menyapa balik, namun dengan senyum terpaksa.
"Iya Ning Hafa"
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    