NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: tamat
Genre:Slice of Life / Cerai / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Selingkuh / Konflik etika / Tamat
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

DISCLAIMER : Ini bukan kisah tentang sweet romance tetapi DARK ROMANCE...
Jadi bersiap-siap menjadi tegang dan gemas

Berawal dari kisah cinta semanis madu, pasangan Aris-Ana menikah. Dengan berjalannya waktu kisah manis cinta mereka berubah menjadi semakin pahit dan mencekam.

Ana dibuat hancur berkeping-keping karena pernikahannya. Semakin hari semakin mencekam dan tidak masuk akal.

Apakah yang harus Ana lakukan? Bertahan dia akan hancur. Berpisah ibu dan anaknya lah yang hancur. Adakah pilihan lain baginya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 - Datang ke Mess

Christiana Marie Soedibyo turun dari mobil Toyota Avanza berwarna putih. Pada kedua sisi mobil tertulis logo kotak berwarna biru muda dan coret garis lengkung kecil berwarna oranye. Sedangkan di sebelah logo tersebut bertuliskan Atlantic.

Tangannya mengangkat bagasinya yang berupa stroller bag berwarna biru muda. Setelah bagasinya menyentuh lantai, dia segera menyeret mengikuti Pak Huda.

“Itu mess nya, Miss.” 

Huda yang merupakan staff Personalia Hotel Atlantic melangkahkan kaki sambil membawa 2 buah anak kunci di tangannya. 

Dia memimpin memasuki sebuah ruko berlantai 3, melewati pintu belakang. Ana, nama panggilan dari Christiana mengikuti sambil menyeret bagasinya. 

Setelah melewati beberapa ruangan yang berpintu, Huda berhenti di sebuah kamar lalu memasukkan kuncinya untuk membuka ruangan tersebut. 

“Saat ini baru kamar ini yang siap untuk dipakai Miss. Memang agak kecil. Ada ruangan yang lebih besar di lantai 2 tapi sedang ada perbaikan. Nanti jika kamar di atas sudah siap, Miss boleh pindah ke atas.”

Ana maju sambil menggelindingkan bagasinya memasuki kamarnya, Ana menebarkan pandangannya ke sekeliling ruangan berukuran 4 x 4 meter persegi itu. Dilihatnya ada single bed menempel salah satu dinding, lalu ada lemari dari kayu sederhana dua pintu. Salah satu pintunya terdapat cermin besar di depannya. 

“Ini hanya kamar sementara, Miss,” sambung Huda buru buru ketika melihat tatapan Ana pada kipas angin besar yang ada di dinding atas setengah meter dari pintu masuk. “Untuk level B seperti Miss seharusnya memang mendapatkan kamar yang lebih luas. Tapi ya begitulah, mohon maaf, mungkin butuh sekitar 1 Minggu lagi agar kamar di atas siap.”

Ana tersenyum, “Baik Pak. Ada lagi yang harus saya ketahui tentang peraturan di mess ini. Maklum Pak, ini saya pertama kali merantau. Sebelumnya saya selalu kerja di Yogya.”

Huda tersenyum ramah, “Mari saya tunjukkan beberapa fasilitas di sini.”

“Di sini tempat untuk mencuci baju.” Huda menunjukkan sebuah mesin cuci. Lalu ia berjalan tak jauh dari mesin cuci, “Di sini tempat menjemur pakaiannya. Setiap lantai akan difasilitasi 2 mesin cuci di sebelah kanan dan kiri tangga. Tapi jemurnya ya di sini untuk lantai satu ini.”

Ana agak terkejut. “Kok cuma sedikit tempat jemurnya Pak? Satu lantai ada berapa penghuni ini?”

“Empat Miss yang di sisi kiri  ini. Lantai 2 ada 3 kamar. Ada 1 mesin cuci dan tempat jemurnya sendiri di tiap sisi. Di lantai 3 hanya 2 kamar di setiap sisi. Di sisi kiri adalah kamar untuk Ass. Chief Engineer dan Housekeeping Manager. Mereka juga ada 1 mesin cuci dan tempat jemur untuk mereka berdua. Di sisi kanan juga sama seperti sisi kiri.”

“Disediakan televisi untuk bersama dengan jaringan indovision di depan, ruangan tempat kita masuk pertama kali ke dorm ini.”

“Tapi tak ada yang menonton ya,” sahut Ana karena dia tadi sudah melihat ketika baru masuk mess tadi.

“Saat ini masih jam kerja. Jam 9 malam biasanya akan ada satu dua yang menonton. Rame jika ada pertandingan bola,” cerita Huda. “Kalau tidak ada pertandingan bola memang sepi. Karena kebanyakan mereka mempunyai tv di kamar masing-masing.”

“Kok kamar saya tidak ada tv-nya,” sahut Ana otomatis.

Huda tersenyum sopan, “Tv disediakan hanya bagi yang level A saja, Miss. Tapi bagi yang level B dan C, biasanya mereka membeli televisi sendiri lalu ditaruh di dalam kamarnya. Makanya yang sering menonton di depan adalah karyawan level D ke bawah karena mereka sekamar  berdua, berempat, dan bahkan berenam. Jadi tidak ada dari mereka yang berniat membeli televisi sendiri.”

Ana merasa tertarik dengan penjelasan Huda. “Lalu dimana letak kamar mereka, Pak? Maksud saya buat yang level D ke bawah.”

“Lewat ke lorong itu, Miss.”

Saat itu kebetulan dua orang laki-laki masuk lewat pintu masuk mess. Mata mereka langsung merasa tertarik dengan kehadiran seorang wanita baru. 

“Hud, ini sekretarisnya Duncan ya?” 

“Iya,” jawab Huda sambil memutar badannya menghadap Ana. “Perkenalkan ini Hendra bagian engineering. Kalau ada masalah tentang segala hal tentang listrik atau mesin cuci ngadat gitu, bisa minta tolong pada dia. Mereka tinggal di lantai 2 sayap kanan.” Lalu Huda menambahkan, “Di mess ini ada istilah sayap kiri buat golongan karyawan level A, B dan C. Sedang sayap kanan untuk golongan D, E, dan F.”

Kedua laki-laki itu jalan mendekat.

“Kenalan Kak. Aku Hendra.” Pemuda dengan perawakan tinggi, ceking dan berkulit sawo matang mengajak untuk bersalaman.

“Kalau aku Riadi. Aku di bagian butler.” Pemuda yang tinggi besar dan sedikit berisi itu ikut menyodorkan tangannya. 

“Ana. Saya baru saja datang dari Yogyakarta. Salam kenal.”

“Kalian masuk sore, ya?” tanya Huda.

“Aku libur,” jawab Hendra. “Riadi yang masuk sore.”

Sambil melihat hpnya, “Aku ada training jam 2 nanti. Hen, kamu free nggak sekarang? Aku nitip Miss Ana ya. Sekalian bantu bantulah dia, karena dia masih baru di Batam.”

“Bolehlah.”

Huda menganggukkan sopan ke arah Ana sebelum melangkahkan kakinya keluar melewati pintu dorm yang berwarna abu abu muda.

Riadi terlihat menyesal sambil berkata, “Sebetulnya aku masih ingin lebih mengenal Miss. Sayang aku harus segera mandi dan bersiap-siap. Udah di WA sedari tadi, karena ada inventory.” Riadi memalingkan badannya sambil mendelikkan matanya  menghadap Hendra. 

“Kamu jangan ganggu lho, Hen!” Lalu  berbalik kepada Ana. “Miss, hati-hati ya sama Hendra.”

“Ah sirik lah, kamu.” Hendra terkekeh sementara tangannya bergerak-gerak seolah olah mengusir Riadi agar segera pergi. “Hush, hush!! Sana, sana pergi. Mandi sana,  cepet, siap siap!”

“Mentang-mentang cakep.” Riadi memajukan bibir bawahnya sambil mulai melangkah menjauh. Tangannya dilambaikan ke arah Ana.

Ana tersenyum sambil ikut melambaikan tangannya. Setelah Riadi menghilang ke lorong dorm, Ana melemparkan senyum ke arah Hendra. Ia tak tahu harus membuka percakapan apa lagi pada Hendra, sebab ia adalah seorang introvert yang sangat sulit untuk memulai perkenalan kepada orang baru.

Tetapi untungnya, Hendra adalah pribadi yang supel. Dengan wajah ramahnya, dia segera akrab dengan Ana. “ Miss mana kamarnya, biar sekalian saya bantu bersihkan dan cek apakah semua listrik sudah berfungsi.”

“Di sini.” Ana jalan mendahului ke kamar yang telah ditunjukkan Huda tadi.

“Wah, kok dapatnya di sini, Miss. Ini kamarnya kecil lho. Miss sekretaris Duncan kan. Level B harusnya di lantai 2.” Hendra mendecak kesal. “Mana kamar buat cewek lagi. Huda ini gimana sih.”

“Ah, tak apalah. Cukup kok buat aku. Eh, Hendra, panggil aku Ana saja. Jangan Miss miss gitulah.”

Hendra nyengir. “Yah kan baru kenal.”

“Tapi bener lho, minta ganti sama Huda, jangan mau dapat kamar ini. Udah kecil dekat tangga lagi. Maklum pasti banyak yang akan iseng mau intip orang ganti baju dari tangga.”

Ana memperhatikan kertas lebar berwarna coklat yang tertempel di dinding atas. Sepertinya kertas coklat itu ditempel untuk menghalangi agar orang orang yang naik turun tangga tak bisa mengintip orang yang di dalam kamar.

 “Iya juga ya… ventilasi itu bisa buat ngintip orang yang lagi tidur dan ganti baju. Betul juga ucapan kamu, Bang  Hendra.”

1
strawberry 27
yahhh,,,,kok tamat, selalu di tunggu malah tamat/Cry//Cry/
strawberry 27
Ana tidak usah khawatir soal baby Keenan, pasti terurus dgn baik, soal Aris & Sulis daripada punya pikiran aneh² klo mrk begini begitu , lebih baik Ana fokus kerja , spy dpt uang yg banyak dan bisa bikin kos² an buat mami nya Ana
strawberry 27
Ana yg sabar ya ,,,,, baby Keenan masih kecil, kalau sudah agak besar pasti tau kalau Ana mama nya Keenan
strawberry 27
Rio kaget mgkn krn Ana nikah di kua
Frans Lizzie
terima kasih doanya
strawberry 27
cepat sembuh baby Keenan, jangan bikin mama Ana takut ya
strawberry 27
Waduh, kalau Ana nelpon Aris, sudah dapat di pastikan Aris marah² ni , orang seperti Aris yg royal sama orang lain tapi sama istrinya sendiri super pelit, pasti Ana akan kena marah ni, sebaiknya Ana atasi sendiri soal baby Keenan, berharap baby Keenan baik² saja, harusnya Ana tidak bilang kalau sisa sufor di buang, biar bgmn pun si Sulis pasti akan ngadu ke Aris gini gitu, lha wong Sulis suka / cinta ke Aris, & SDH pasti Sulis akan senang melihat Ana di marah i Aris
strawberry 27
seandainya harus pisah, Aris tentu tidak mau baby Keenan ikut Ana, dilema buat Ana, berat memang, ya seperti nya Ana harus merelakan baby Keenan dengan Aris, dan Ana lanjut bekerja spy bisa makan , mencukupi kebutuhan Ana juga Sherly mama Ana, karena si Aris ini royal hanya kpd teman² nya bukan kpd istri nya, karena niat awal si Aris hanya menaklukkan hati Ana, setelah Ana tekuk lutut ya sudah selesai, Aris kembali ke setelah pabrik yg mau menang dan enaknya sendiri, suka main perempuan dan masih banyak lagi, kini tinggallah Ana yg menyesal, Ana sebaiknya bangkit, jangan pernah menyerah, toh Ana kpn pun masih bisa ketemu baby Keenan
Frans Lizzie: Keren komentar Kakak👍
total 1 replies
strawberry 27
Wah ternyata si Sulis selain bantu momong baby Keenan , pingin merebut ayah Keenan juga rupanya , pertanyaannya apa Ana masih mencintai Aris, tentu kadar cinta Ana ke Aris tinggal,,,mgkn 60 persen saja, Ana harus siap² pisah nich ,,,
Frans Lizzie
Terima kasih pendapatnya, Kakak😍
strawberry 27
Ana sebaiknya tidak usah cerita ke Aris klo turun jabatan, gue yakin Aris tidak akan perduli, mau Ana turun jabatan atau nggak, Aris hanya perduli diri nya sendiri dan keluarga nya, sedangkan Ana tetap Aris anggap orang lain / orang luar meski sudah sah jadi istri Aris, dan mau apa yg Ana lakukan selalu salah ,gak ada bener nya di mata Aris, yg sabar ya Ana, mending cerai saja dari Aris , sebelum terlambat, KLO perlu cari kejar Mario
strawberry 27
kewajiban suami blum di laksanakan ngasih nafkah istri / ngasih uang , tapi istri nya harus ngasih nafkah batin ke suami nya, rugi donk
Frans Lizzie: 🤭 terima kasih supportnya kakak
total 1 replies
strawberry 27
Yudi kepingin Ana jadi langsing lagi e malah di kasih donat wkwkwk
strawberry 27: GPP juga sich, donat e enak🤭🤭🤣🤣
total 2 replies
strawberry 27
Ana beruntung punya kk ipar spt mbak Yati yg baik hati , biasanya kk ipar perempuan rata² pd jht
strawberry 27
seharusnya Ana jujur saja soal Aris tidak ngasih nafkah setahunan ini ke mbak Yati, bukan mau mempermalukan atau merendah kan Aris tapi kenyataan seperti itu, soal nanti mbak Yati menyanggah membela Aris adik nya begini begitu urusan blakang, yg penting Ana sudah jujur katakan apa ada nya ke mbak Yati
strawberry 27
Aris mulai kelihatan sifat asli nya, yg sabar ya Ana
Frans Lizzie
sendirian lagi. Makanya para lansia harus jaga kondisi agar tetap fit dan lincah di masa tua💪
strawberry 27
Jadi penasaran kisah selanjutnya Ana & Aris bgmn, mama Sherly pulang ke Jogja nya bgmn ya sendiri an lagi atau ada teman nya
strawberry 27
Mario orang baik, knp Ana ngga sama Mario saja
strawberry 27: sebetulnya masih ada waktu, hanya pihak Aris pasti marah besar, dan misal itu terjadi, Ana jadi tau bgmn sifat Aris yg sesungguhnya sebelum menikah, sebetulnya tanda dari Dita pun tidak Ana abaikan
total 2 replies
strawberry 27
lanjut author,seru nich
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!