Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Api di dalam Surga
Suar sinyal dari Guild Vanguard menggantung di benak kami seperti awan badai yang mendekat. Perjalanan kembali ke '24/7 Mart' terasa berbeda. Tidak ada lagi rasa lega karena kembali ke tempat aman, yang ada hanya rasa urgensi yang membara. Setiap detik yang kami habiskan, setiap langkah yang kami ambil, kini terasa seperti berada di bawah sorotan lampu yang tak terlihat. Waktu kami untuk menjadi kuat dalam kesunyian hampir habis.
"Mereka akan datang," kataku saat kami akhirnya membarikade pintu di belakang kami. "Entah hari ini atau besok. Seseorang akan datang untuk menyelidiki keheningan di Sektor 7. Kita harus berasumsi bahwa tempat ini akan ditemukan."
Ryo menelan ludah, kegembiraan dari perburuan kami yang sukses dengan cepat memudar menjadi kecemasan. "Dan... apa yang kita lakukan?"
"Kita bersiap," jawabku, tatapanku tertuju pada tumpukan [Lempengan Logam Keras] dan [Kulit Ogre Keras] yang kami letakkan di lantai. "Kita menggunakan setiap detik yang kita punya untuk menjadi lebih kuat. Ryo, zirahmu adalah prioritas nomor satu. Seorang pengrajin yang mati tidak bisa membuat apa-apa. Lupakan rencanaku yang lain. Kita mulai sekarang."
Anya mengangguk setuju, menyimpan busur barunya dan berdiri siap membantu. Tekanan dari luar telah memperkuat ikatan kami, mengubah kami menjadi unit yang lebih fokus.
Ryo menatap tumpukan material Rare itu, lalu pada meja kerja daruratnya yang terbuat dari peti-peti kayu. "Aku tidak bisa," katanya frustrasi. "Untuk bekerja dengan material sekeras ini, aku butuh panas yang ekstrem. Aku butuh tungku tempa."
Tentu saja. Aku seharusnya sudah tahu itu. Tapi di mana kami bisa menemukan tungku di tengah kota yang hancur?
Kemudian, sebuah ingatan dari masa laluku sebagai pemain solo yang terobsesi muncul ke permukaan. Sebuah resep kerajinan tersembunyi yang kupelajari dari sebuah NPC pandai besi tua di sebuah desa terpencil yang hampir tidak pernah dikunjungi siapa pun. Resep untuk [Tungku Mana Darurat].
"Kita tidak perlu menemukannya," kataku. "Kita akan membuatnya."
Aku menjelaskan rencananya. Kami butuh wadah tahan api—brankas kecil dari kantor manajer akan sempurna. Kami butuh bahan bakar berkualitas tinggi—tumpukan arang dari lorong barbekyu akan menjadi dasar. Dan kami butuh inti tenaga magis yang kuat.
Mataku tertuju pada [Inti Golem] yang berdenyut lembut di antara tumpukan loot kami.
Selama satu jam berikutnya, kantor belakang kami berubah menjadi bengkel improvisasi yang sibuk. Di bawah instruksiku yang tepat, Ryo mulai bekerja. Ia membongkar brankas, melapisi bagian dalamnya dengan sisa-sisa rak logam untuk menahan panas. Anya menghancurkan arang menjadi bongkahan-bongkahan yang lebih kecil. Aku sendiri mengambil peran sebagai alkemis, mencampurkan arang itu dengan [Getah Kental] dari monster tanaman. Campuran itu akan terbakar lebih panas dan lebih lama daripada arang biasa.
Langkah terakhir adalah memasang Inti Golem. Ryo, dengan keahlian seorang [Teknisi Mana], dengan hati-hati membuat sirkuit kecil di sekitar inti itu, menghubungkannya ke dasar brankas. Tujuannya adalah untuk menggunakan mana dari inti itu untuk menyulut dan memperkuat panas dari arang, menciptakan tungku yang ditenagai oleh sihir.
"Mundur," kata Ryo, wajahnya tegang karena konsentrasi.
Ia menyalurkan sedikit mananya ke dalam sirkuit itu. Inti Golem mulai berdenyut dengan cahaya merah yang semakin terang. Arang yang telah kami olah mulai berasap, lalu menyala dengan whoosh pelan. Api yang dihasilkan tidak berwarna oranye atau kuning, melainkan biru pucat—tanda dari panas yang luar biasa.
[Anda telah berhasil membuat: Tungku Mana Darurat (Kualitas Baik)]
Kami telah menciptakan jantung dari bengkel kami.
Sekarang, pekerjaan yang sebenarnya dimulai. Ryo mengenakan kacamata pelindungnya, wajahnya diterangi oleh cahaya biru dari tungku. Ia tampak seperti dewa pandai besi dalam mitologi kuno. Dengan sepasang tang besar yang kami temukan, ia memasukkan [Lempengan Logam Keras] pertama ke dalam api.
Prosesnya sangat memukau. Ryo tidak lagi tampak seperti mahasiswa teknik yang gugup. Ia adalah seorang seniman. Ia memukul logam panas itu dengan palu, setiap pukulannya penuh tujuan. Antarmuka sistemnya pasti menampilkan cetak biru tiga dimensi, membimbing setiap gerakannya. Ia membentuk lempengan-lempengan itu menjadi pelindung dada yang melengkung, lalu dengan hati-hati melapisi bagian dalamnya dengan [Kulit Ogre Keras] yang telah ia potong.
Anya dan aku hanya bisa menonton dengan kagum. Kami sedang menyaksikan kelahiran seorang master pengrajin.
Setelah berjam-jam kerja tanpa henti, Ryo akhirnya mundur dari meja kerjanya, basah oleh keringat tetapi dengan senyum kemenangan di wajahnya. Di atas meja kerja, tergeletak sebuah zirah dada yang tampak luar biasa kuat dan kokoh. Warnanya abu-abu gelap dari logam golem, dengan lapisan kulit tebal di bagian dalam dan tali pengikat yang kuat.
[Zirah Dada Kulit Ogre yang Diperkuat]
Jenis: Zirah Berat (Dada)
Tingkat: Rare
Pertahanan: 120
Efek: VIT +10, STR +5, Resistensi Kerusakan Fisik +15%
Syarat: Level 5.
Itu adalah sebuah mahakarya. Sebuah equipment yang bisa membuat pemain manapun di Lapangan Utama itu iri setengah mati. Dari jerih payahnya, Ryo sendiri mendapatkan hadiahnya.
[Skill Kerajinan [Pandai Besi] Anda telah naik ke Level 3!]
[Anda telah naik LEVEL! Anda sekarang Level 2!]
Ryo mengenakan zirah itu. Seketika, penampilannya berubah. Ia tidak lagi terlihat seperti warga sipil yang rapuh. Zirah itu pas di tubuhnya, memberinya postur yang kokoh dan aura yang dapat diandalkan. Ia adalah seorang Artificer sejati sekarang, siap untuk mendukung party-nya dari lini belakang.
"Sekarang giliranku," kataku.
Dengan levelku yang kini mencapai 9, STR-ku akhirnya menyentuh angka 50. Aku memanggil [Gada Tiang Lampu Ogre] dari [Void Storage]-ku. Saat aku menggenggamnya, rasanya sangat berbeda. Tidak ada lagi kecanggungan atau rasa berat yang berlebihan. Senjata raksasa itu kini terasa seimbang, seolah-olah memang dibuat untukku. Aku bisa merasakan kekuatan yang terkandung di dalamnya, skill [Earthshaker] yang menunggu untuk dilepaskan.
Kami bertiga berdiri di sana sejenak, mengagumi peningkatan kekuatan kami. Kenji dengan gada raksasanya yang brutal. Anya dengan busur dan belati peraknya yang mematikan. Ryo dengan zirah barunya yang tak tertembus. Kami tidak lagi terlihat seperti penyintas yang beruntung. Kami terlihat seperti sebuah party petualang yang berpengalaman.
Tepat saat perasaan puas itu mulai meresap, sebuah suara yang tajam dan keras memecah keheningan.
CLANG-CLANG-CLANG!
Salah satu [Jebakan Alarm Bunyi] kami di ujung jalan telah aktif.
Kami bertiga langsung tegang. Senjata terangkat. Kami bergegas ke barikade depan, jantungku berdebar kencang. Aku mengharapkan suara geraman monster atau jeritan. Tapi yang kudengar selanjutnya adalah suara manusia.
"Apa-apaan ini?! Jebakan?"
"Sial, hampir kena kakiku! Hati-hati!"
"Area ini... bersih. Terlalu bersih. Seseorang pasti sudah membersihkannya."
Aku mengintip melalui celah kecil. Di bawah cahaya senja yang memudar, empat orang mendekati toko kami. Mereka mengenakan set zirah kulit yang seragam, bergerak dengan formasi yang terkoordinasi. Mereka bukan penyintas biasa. Mereka adalah sebuah tim. Pemimpin mereka, yang berjalan di depan, adalah wajah yang kukenal. Ken, si prajurit yang kuselamatkan dari Ogre.
[Mata Sang Penamat]-ku memberiku konfirmasi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Nama: Ken (Anggota Guild Vanguard)
Level: 9
Class: Swordsman
Status: Waspada, Mencari, Sedikit Gugup.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Mereka telah menemukan kami. Jauh lebih cepat dari yang kuperkirakan. Mereka pasti mengikuti jejak pertempuran Ogre itu langsung ke sini.
Tim Ken berhenti sekitar dua puluh meter dari toko kami. Mereka melihat barikade kami yang kokoh, dan cahaya [Lentera Mana] yang bersinar dari dalam. Mereka tahu tempat ini berpenghuni.
Ken melangkah maju, tangannya tidak memegang senjata, sebuah isyarat damai.
"Kami tahu kau di dalam!" teriaknya, suaranya bergema di jalanan yang sunyi. "Kami dari Guild Vanguard! Kami tidak datang untuk bertarung!"
Ia berhenti sejenak, mungkin menunggu reaksi. Saat kami tetap diam, ia melanjutkan.
"Pemimpin kami, Kaito, ingin bicara dengan orang yang membunuh Ogre di Sektor 7! Kami datang dengan damai!"
Aku menatap Anya dan Ryo. Wajah mereka tegang, menunggu perintahku. Bersembunyi bukan lagi pilihan. Mereka sudah tahu kami di sini. Bertarung adalah bodoh; mereka tampak kuat dan terorganisir. Hanya ada satu pilihan yang tersisa.
Dunia luar telah datang mengetuk. Dan sepertinya, sudah waktunya bagi kami untuk menjawab.