Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Cinta Lama
Kinara membuka kunci dengan tenaga yang tersisa. Ia terpekik melihat rumahnya yang berantakan, bahkan beberapa perabot seperti sofa, kulkas dan mesin cuci ikut raib diangkut Sheila ke apartemen barunya. "Haaah, Sheila teganya dirimu," sungut Kinara. Ia akui perabot itu memang milik Sheila, wajar kalau ia membawanya pergi. Tapi setidaknya beri kesempatan ia membeli yang baru sebelum pindah. Kinara berjalan lunglai menuju kamarnya. Ia melempar diri ke atas kasur empuknya. "Biarlah dulu aku tidur sebentar," gumamnya lirih. Kinara sudah terlelap dengan pakaian kerja yang masih menempel di badannya.
Handphone Aldo berdering, saat itu ia sudah kembali ke hotel. "Halo Bas, ada apa?" sapanya. "Aldo, kamar yang akan kamu tempati sudah dikosongkan. Tapi masih ada beberapa barang penghuni lain disana. Ia akan membantu membersihkan kamar yang akan kamu pakai" ujar Bastian rekan sejawatnya melalui telpon. "Oke, besok siang aku akan pindah ke sana, aku baru kembali ke Jayra besok penerbangan pertama" sahut Aldo. " Baiklah akan aku sampaikan pada penghuni yang lain. Nanti aku info lagi dimana ia akan meletakkan kunci rumahnya" ujar bastian. "oke bro, thanks ya." Aldo menutup telponnya.
Suara notifikasi pesan masuk ke handphone Aldo. Ia membuka peta beserta alamat rumah sewa yang akan ditempatinya, sementara menunggu apartemennya di renovasi. Karena ia butuh cepat ia pun bersedia membayar lebih mahal dalam pembagian biaya sewa dengan penghuni lain. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dengan kantornya.
Handphone Kinara berdering keras. Ia bangun dengan malas merogoh tasnya mencari handphone yang terus berbunyi. "Halo Sheila" sapanya sambil mengusap matanya. "Kamu sudah dirumah say? sori aku ga sempat bersih-bersih, kamu bisa bantu aku bersihkan kamarku sebelum ditempati penghuni baru?" mintanya sedikit memohon. "Hemm..oke" jawabnya malas. "Penghuni baru akan pindah besok siang, karena kamu harus bekerja kamu letakkan saja kuncinya ditempat biasa. Oh ya, sofa dan beberapa barang lain aku bawa ke apartemenku. Penghuni baru akan membawa miliknya ke rumah sewa. Kamu tidak harus membeli baru, numpang pakai saja dengannya" jelas Sheila.
Sheila tak mendengar respon Kinara sepanjang dia berbicara. "Apa kamu baru bangun? Ini baru jam berapa kenapa sudah tertidur? Ah kebiasaan tidur berjalanmu bakal kambuh kalau kamu tidur larut. Bangunlah sekarang" minta Sheila dengan sedikit berteriak. "Iya aku mendengarmu ga perlu teriak," jawab Kinara kesal. "Baiklah Hari Minggu nanti aku jemput. Kamu lihat-lihat apartemen baru ku ya. Jangan lupa yang ku bilang tadi, bye Kinkin sayang " Sheila mematikan teleponnya. Kinara bangkit dengan malas, "kruccuuuk" perutnya berbunyi dia langsung tertidur saat sampai tadi belum sempat makan malam. Kinara memesan seporsi nasi goreng melalui online. Ia membersihkan diri dan berganti pakaian.
Sambil menunggu pesanan makanannya, ia membersihkan kamar yang ditempati Sheila. Ruangan itu nampak luas dibanding kamarnya. Ada balkon kecil, dan kamar mandi di dalamnya. Tentu saja Sheila yang menempati kamar ini karena dia yang membayar lebih banyak. Sheila berasal dari keluarga berada, kebiasaan mabuknya sudah dia lakukan sejak kuliah. Hanya kinara yang tahan dengan mulut cerewetnya itu. Oh iya Jesika rekan modelnya juga termasuk yang tahan mendengar mulut pedas Sheila. Ia memang sangat cantik, parasnya bak boneka membuat ia cocok menjadi model. Hanya satu yang kurang dari dirinya dia terlalu gegabah soal hubungan. semoga saja kali ini ia bertemu orang yang lebih baik dan tulus mencintainya.
"Tingtong" suara bel dari luar pagar berbunyi. Kinara keluar menghampiri kurir yang membawa nasi goreng pesanannya. Setengah pekerjaan sudah selesai. Untung saja kamar mandinya tidak terlalu kotor karena Sheila jarang mandi. Tinggal membersihkan ruang tengah. Kinara memilih makan sebelum mengerjakannya. Sebuah notif pesan masuk ke handphone nya.
Handphone Aldo berbunyi, notifikasi pesan masuk ke handphonenya
Kinara bangun terburu -buru, handphonenya kehabisan baterai karena terus memutar video Aldo semalaman. Akhirnya alarm handphonenya tak berbunyi. Kinara berlari menuju halte bus. Dengan tersengal, ia akhirnya berhasil mengejar bus yang akan berangkat. Saat itu kursi sudah penuh, ia akhirnya harus berdiri sambil berpegangan di lorong bus. Saat bus melaju tiba -tiba ada nenek tua yang menyebrang jalan padahal lampu lalu lintas belum merah. Akhirnya Bus mendadak berhenti. Kinara yang menggunakan high heel tidak bisa menjaga keseimbangan kakinya saat bus mengerem.
Sesosok tangan menahan pinggangnya hingga ia tak jadi jatuh. "Ah terima kasih" ujar Kinara seraya tersenyum pada orang itu. "Ben" ujar Kinara terkejut. Laki-laki yang disebut namanya itu hanya membalas Kinara dengan senyuman. Lesung pipi nampak muncul di kedua pipinya saat ia tersenyum. "Kamu sudah lama kembali ke Jayra?" tanya Kinara. Ben menggeleng, "Baru seminggu yang lalu" jawabnya. Ben adalah senior Kinara dikampus namun dari beda fakultas. Mereka bertemu di komunitas penulis kampus, nasib mereka sama dari keluarga menengah, hanya saja Ben lebih beruntung bisa mendapat beasiswa pasca sarjana diluar negeri.
Saat ini ia sudah kembali ke Jayra kampung halamannya. berarti dia sudah lulus kuliah. "Kamu sudah dapat pekerjaan?" Ben mengangguk, "Aku direkrut menjadi dosen di fakultasku". Kinara mengangguk mengerti. Bus ini memang mengarah ke kampus kami dulu. Kinara melambai pada Ben karena ia sudah berhenti di halte depan kantornya. Sedangkan Ben harus melewati satu halte lagi baru sampai ke kampus. Ben menatap Kinara dari kejauhan, 'Kinara makin cantik,' benaknya. Ben tiba-tiba menepuk jidatnya sendiri, 'kenapa aku tidak menanyakan nomer kontaknya? semoga saja masih yang dulu,' benaknya lagi.
Kinara menatap Bus yang ia naiki tadi sambil tersenyum, terlintas memori saat ia masih kuliah dulu. Ben memberikannya sebuah surat saat mereka di sekretariat komunitas. Surat pengakuan cinta dari Ben. Tapi Kinara tidak berpikir sama sekali saat itu untuk menjalin sebuah hubungan karena ia ingin fokus menyelesaikan kuliahnya. Ditambah lagi, Ben sendiri akan segera pergi kuliah pasca sarjana. Ia bukannya tidak tertarik pada Ben, ia hanya tidak mau menjalin hubungan jarak jauh. Kinara akhirnya menolak Ben dengan sopan dengan alasan ingin fokus menyelesaikan kuliah, dan mendoakan Ben bisa bertemu dengan orang yang lebih baik disana. Kinara ingin hubungan mereka tetap baik meski ada hati yang harus direlakan.