Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Kejutan
Sebelum meninggalkan balai desa, Alan memerintahkan orang-orangnya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Alan juga menanyakan itu kepada Arga.
Di villa tempat Arga dan Alan menginap diadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan pesta ulang tahun Arga yang ke 17 bersama keluarganya. Arga menemukan amplop putih di atas nakas kamarnya. Arga membaca kertas putih yang bertuliskan 'Datang ke belakang villa, kamu akan mendapatkan hadiah kejutan'.
Arga yang penasaran langsung ke belakang villa. Di sana Arga kembali menemukan kertas putih di bawah botol minuman mineral. Arga disuruh memakan kue tart yang ada di atas meja.
Arga melihat di atas meja ada kue tart black forest bertuliskan 'Sweet Seventeen Arga'. Begitu senangnya Arga memotong sedikit kue tartnya dan langsung melahapnya.
Arga masih menunggu kejutan selanjutnya. Arga berharap, kejutan itu adalah kedatangan mamanya. Arga sejak kecil tidak pernah bertemu mamanya. Menurut opa dan omanya, papa dan mamanya bercerai ketika Arga berusia 1 tahun dan mamanya tidak diketahui berada di mana.
Arga kemudian merasakan kantuk yang amat sangat. Arga tertidur di kursi panjang taman.
Entah apa yang terjadi, setelah Arga mendengar seseorang berteriak menyebut nama Zoya, Arga terbangun. Arga mendapati dirinya bersama gadis yang bernama Zoya di atas tempat tidur. Arga sama sekali tidak pernah berharap kejutan seperti ini di hari ulang tahunnya.
"Papa yakin ada orang yang benci di antara kalian berdua. Mungkin saja orang itu ingin menjebak kamu," kata Alan.
"Untuk apa?" Arga mengernyitkan keningnya.
"Papa sedang menyelidikinya. Ingat, kamu sudah menikah. Zoya besok ikut bersama kita."
"Tapi Arga gak kenal dia. Arga masih SMA. Arga malu Pa!" Arga melipat kedua tangannya.
"Pernikahan kalian dirahasiakan. Tidak ada yang tau selain kamu, Papa, pengawal dan keluarga Zoya. Papa istirahat dulu," Alan beranjak ke kamarnya.
"Gue yakin, Zoya sengaja menjebak gue. Zoya tau gue anak orang kaya!" Arga melempar bantal sofa dengan keras ke lantai.
🌑 Di sisi lain villa Pantai Keong Desa Kerang.
CRAAANG!
Seorang pemuda yang memakai masker, melempar gelas ke cermin besar yang ada di sampingnya. Cermin tak berdosa itu hancur berkeping-keping.
"Kenapa! Kenapa harus diaaaaaaa!" Teriaknya.
"Maaf Bos, kami salah. Maaf," salah satu pria yang membawa Zoya berlutut di hadapannya.
"Apa mereka berdua sudah menikah?"
"I ... iya Bos. Kepala desa dan warga yang memaksa mereka menikah di balai desa."
"AAAAAAAAAA!" Pemuda itu berteriak sambil mengacak-acak rambutnya.
Pemuda itu dengan motornya pergi meninggalkan villa. Dia menuju rumah kakek dan nenek Zoya. Dia memarkirkan motornya jauh di bawah pohon besar. Dengan perlahan dia mendekati rumah kakek dan mengintip ke jendela kamar Zoya.
Zoya meneteskan air mata saat menatap foto kedua orang tua dan kakaknya. Ini pertemuan pertama mereka setelah sekian lama tidak berjumpa. Tidak terlihat kerinduan saat mereka bertemu Zoya. Mereka lebih memilih Elika daripada dirinya. Mereka juga tidak percaya dengan penjelasan Zoya.
Sakit hati Zoya di kala itu. Keluarga yang selama ini dirindukannya, diharapkan kehadirannya, tak disangka tidak peduli lagi padanya.
"Mengapa mereka membuangku? Aku juga anak mereka!" Tangisan Icha terdengar jelas oleh pemuda itu.
Pemuda itu mengepalkan tangan. Dia perlahan meninggalkan rumah kakek dan nenek Zoya. Pemuda itu perlahan menarik gas motornya berkendara melintasi jalan.
Pemuda itu tadi siang memperhatikan mobil yang parkir di depan rumah kakek Zoya. Pemuda itu dari jauh melihat Zoya sangat senang saat bertemu tamunya. Dia masih ingat warna dan juga plat mobilnya.
Dia lewat jalan pintas menuju jalan besar. Dia terus mengawasi jalan mencari mobil keluarga Zoya. Jalanan licin, hujan masih membasahi bumi. Di depan jalan ada sebuah mobil yang berhenti di persimpangan. Pemuda itu berjalan perlahan.
Zeki melihat sebuah motor di belakang mobilnya. Zeki membuka kaca mobilnya. Zeki dengan sopan melambaikan tangannya ke pengemudi motor.
"Permisi, maaf Mas numpang nanya. Jalan menuju kota lewat mana ya?" tanya Zeki.
"Uhuk, uhuk, lewat kiri Mas," tunjuk pemuda itu.
"Oh iya, terima kasih," Zeki menyalakan kembali mesin mobilnya.
Pemuda itu melihat ke dalam mobil. Ada gadis seusia Zoya tidur bersender di bahu yang pemuda itu yakini mamanya Zoya. Pemuda itu juga melaju di jalan mengambil jalur sebelah kanan.
Pemuda itu kemudian berhenti di bawah pohon dan menelpon seseorang.
"Udin, sebentar lagi ada ayam menuju kandang. Ambil semua hartanya, sisakan mobilnya untuk mereka pulang," pemuda itu mematikan ponselnya.
Sementara itu, Zeki terus masuk ke dalam hutan. Okan rasa mereka tersesat. Okan meminta Zeki memeriksa GPS.
"Sial, gak ada jaringan Pa," Zeki menepikan mobilnya.
"Putar balik, kayaknya kita tersesat," kata Okan.
Dari arah belakang mobil terdengar suara benda besar jatuh. Zeki dan Okan memeriksa ke belakang mobil. Ternyata batu besar tiba-tiba ada di belakang roda mobil mereka. Zeki berniat untuk memindahkan batu besar itu tapi dari arah belakang punggungnya di pukul seseorang.
"AAAAAAAAAA!" Zeki memekik.
Okan memperhatikan sekelilingnya. Beberapa orang preman bertato, wajahnya ditutupi sarung ala ninja dengan golok di tangan berjalan ke arahnya.
"Serahkan harta kalian atau gadis itu kami bunuh!" Salah satu preman menarik Elika keluar dari mobil.
"Paaaa, Maaaaaaa!" Teriak Elika.
"Jangan, sakiti dia. Ambil berapapun yang kalian mau," Ilma mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya.
Zeki mengambil kembali dompet Ilma. Zeki mencoba melawan preman tapi Zeki tidak ada apa-apanya, salah seorang preman dengan mudahnya membuat Zeki babak belur.
Preman-preman yang lain memecahkan kaca mobil Zeki. Mereka juga menancapkan pisau ke ban depan akibatnya ban mobil Zeki bocor. Ilma mengeluarkan semua isi dompetnya.
Tidak hanya uang, preman-preman itu juga mengambil ponsel, gelang, cincin dan kalung. Preman-preman itu meninggalkan Okan dan keluarganya di tengah hutan.
🌑 Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali nenek menyiapkan sarapan dan membantu membereskan pakaian Zoya ke dalam koper. Alan dan Arga menjemput Zoya. Nenek dan kakek melepas kepergian Zoya dan mempercayakan kepada Alan dan Arga untuk menjaganya.
Zoya melambaikan tangannya kepada kakek dan nenek dari balik kaca mobil. Zoya akan menjalani hidup baru bersama suaminya yang baru tadi malam bertemu. Sepanjang jalan Zoya menatap setiap kenangan yang ada di desa itu.
Mereka melewati pantai Keong. Zoya memperhatikan seseorang yang berdiri di bawah pohon besar. Zoya tidak melepaskan pandangannya, entah mengapa Zoya sangat penasaran dengan cowok yang berdiri di sana.
Zoya terus memandangi cowok itu sampai akhirnya saat mobil berjalan pelan di sampingnya, cowok itu menolehkan wajahnya ke arah Zoya. Zoya membuka lebar kedua matanya. Zoya kemudian menoleh ke sebelah kanannya di mana Arga tertidur lelap.
Zoya yang semakin penasaran melihat ke arah belakang kaca mobil. Dan cowok itu dalam sekejap menghilang dari pandangan.
"Siapa dia? Wajahnya mirip Arga?" Zoya kembali memandangi Arga yang masih terlelap.
Zoya bergidik seluruh badan. Zoya sudah membayangkan hal-hal yang di luar nalar. Zoya memejamkan matanya berusaha melupakan penglihatannya. Mobil yang ditumpangi Zoya keluar jauh meninggalkan Desa Kerang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...