Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pelayan yang bermasalah
Zio, Zenith dan ayrea sebenarnya sudah lelah. tapi begitu melihat anak dari roni dan norald yaitu azea dan rio yang berlari menghampiri mereka dengan semangat. Raut wajah mereka kembali segar seperti tak pernah lelah, mereka pun berlarian memasuki rumah. Pelayan mereka membuntuti dari belakang.
Roni yang melihatnya memalingkan wajahnya ke aletta dan mendesah, "anak-anak!"
Aletta tersenyum lalu memutarkan bola matanya ikut mendesah, kemudian mereka terkekeh-kekeh bersama.
Begitu melangkah masuk ke ruang yang tamu, riuh suara sudah terdengar membuat aletta tersenyum. Sesaat aletta hanya berdiri diam melihat teman-teman nya. Kenangan bersama mereka menghantamnya membuat hatinya sedih karena sudah lama mereka tidak bertemu. Arkan tersenyum, menggenggam erat-erat tangan aletta. Arkan tahu perasaan aletta.
Salah satu dari mereka memekik gembira begitu menyadari keberadaan aletta dan keluarganya. Aletta berlari kecil menuju mereka, ikut memekik bahagia bersama. Arkan tersenyum tipis melihatnya.
Roni merasa bahunya naik tiga kali lipat melihat para sahabatnya bahagia bertemu satu sama lain. itu karena aku, karena aku, karena akulah kalian berada disini, pikirannya dengan sombong bahagia. Jerih payah usahanya tidak sia-sia.
Disisi lain anak-anak yang sedang berkumpul saling memamerkan apa yang telah mereka mainkan, ketempat dimana mereka telah sampai, permainan berbahaya yang telah diam-diam mereka mainkan, dan bagaiman mereka berani melakukannya, mereka saling berebut berbicara.
Seorang pelayan perempuan mendekati Rio azard lalu berbisik "halaman belakang sudah siap tuan muda!" Lalu pelayan itu menunduk sambil berjalan mundur.
Rio mendekati ayahnya lalu menarik tangan ayahnya agar ia mendapati perhatian Ronald, Ronald memalingkan wajahnya kepada rio dan bertanya, "ada apa?"
"Bolehkah kami bermain di belakang?" Tanya Rio penuh harap, "aku ingin menunjukkan labirin kita dibelakang!" Terang Rio, "bolehkan?" Tanya Rio lagi.
Ronald menyipitkan matanya menatap putranya, tapi Rio tak gentar ditatap seperti itu, ia malah makin berharap dengan binar dan raut wajah yang menggemaskan. Ronald menyerah, ia kemudian mengiyakan. Rio berlari kearah temannya, berseru sambil mengangkat tangan mengacungkan jempol, disambut dengan antusias oleh para temannya.
Ayrea, zea dan teman perempuannya, mereka berjalan membuntuti mereka dibelakang. Tujuannya? mereka akan melihat bunga dan hewan peliharaan yang banyak bulu dan gemuk-gemuk yang juga berada di taman belakang. diam-diam pelayan perempuan tadi tersenyum puas melihatnya, melihat mereka yang digiring olehnya, sesuai dengan rencananya.
Anak-anak sampai dibelakang dimana pagar labirin raksasa berada. mereka terkagum-kagum melihatnya, "labirin ini sangat sulit untuk dilewati. hanya orang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi yang bisa melewatinya." Ucap Rio sombong
"Ini hanya labirin biasa memangnya apa yang istimewa?" Tanya zio meremehkan.
"Labirin ini bisa membelok arahnya sendiri!" Ucap Rio serius.
Zenith mengernyit dahinya, "jadi bagaimana kita bisa melewati nya jika labirin ini membelok sendiri?"
"Kamu harus cukup pintar untuk melewatinya!" Ledek Rio membuat mereka tertawa. "Tenang, jika kamu ingin menyerah, kamu hanya perlu berkata menyerah maka labirin itu akan mengeluarkan kamu dengan sendirinya."
Zenith menatap kesal kepada rio, "seakan diriku menyerah sebelum memulainya!"
"Kalau begitu masuklahh!" Tantang Rio.
Zenith kemudian menyerbu masuk labirin itu, membuat zio menepuk jidatnya sendiri melihat kelakuan Zenith yang tak hati-hati. Karena Zenith masuk ia juga harus masuk juga. Ia harus menjaga adik bodohnya itu.
Para perempuan melihat mereka penasaran dan juga was-was. Satu persatu anak lelaki memasuki labirin itu, pelayan perempuan tadi mendekati para anak perempuan, "kalian tidak ingin mencoba memasuki?"
Para anak perempuan dengan kompak menggelengkan kepala.
"bukankah kalian akan memasuki akademi tahun ini?"
Para anak perempuan saling melirik satu sama lain.
"Dan bukankah keberanian menjadi salah satu dasar aturannya? Bukankah ini hanya labirin?!" Ucap pelayan perempuan itu dengan tersenyum.
Zea mengedik bahunya cuek, " benar, ini hanya labirin!" Zea menatap mereka satu, lalu tersenyum, "jadi... Kenapa nggak?" Lalu mereka dengan gembira memasuki labirin itu.
Dengan sorot mata yang kosong, Pelayan itu tersenyum puas dan berbisik "misi sukses!" Katanya dan kemudian pelayan itu melesat pergi dan menghilang meninggalkan anak-anak itu dalam labirin.
Seorang pelayan laki-laki menghampiri aletta dengan tergesa-gesa lalu membungkuk berbisik, "nyonya anak anda saat ini sedang ada dalam masalah kecil!
Aletta langsung berdiri, "masalah kecil?"
"Iya, tuan mudah yang terkecil..."
"Zenith?" Potong aletta.
"Benar, tuan muda Zenith bermasalah dengan celananya, kotor!"
"Kotor?"
"Benar, dia terkencing di celana!"
Aletta mendengus kan tawanya, "mengapa bisa?"
"Entahlah nyonya, anda bisa melihat dan bertanya sendiri!"
"Pelayan pribadi ku ada dimana?"
"Dia masih menata barang anda dikamar nyonya."
"Baiklah, pimpin jalan!" Perintahkan aletta.
Pelayan itu tersenyum, "baik nyonya!"
Para nyonya yang lain bertanya mau kemana, aletta hanya mengibaskan tangannya dengan ringan, "biasa anak-anak."
Aletta menggendong Seraphina di depan dadanya, ia mengikuti pelayan itu sambil menepuk-nepuk bokong Seraphina lembut. Saat sudah cukup jauh dari tempat para tamu tadi. di lorong, dimana suara saat itu tiba-tiba menjadi senyap, tiba-tiba pelayan tadi berhenti. Aletta melihat pelayan itu dengan bingung, "mengapa berhenti? Lanjutkan jalan mu!"
Pelayan pria itu seketika berbalik dan tersenyum dengan licik, aletta heran melihatnya. Tiba-tiba pelayan itu meloncat kearah dirinya, aletta kurang sigap menghindari pelayan itu karena Seraphina yang digendongnya.
Pelayan pria itu menyergap aletta. Aletta tidak bisa berkutik saat pelayan itu mendorongnya ke dinding, dengan cepat menyumbat hidungnya dengan kain, membiusnya hingga aletta pingsan. Pelayan itu langsung menangkap aletta.
Dari gelapnya bayangan tiba-tiba ada pelayan lain yang muncul. dia langsung mengambil alih Seraphina dari rengkuhan aletta.
Di halaman jalan yang indah dan magis di dalam labirin yang sangat dalam. pagar tinggi menjulang, ada suatu tempat yang hampir mungkin tak dirasakan ada tempat lain disana. tempat itu masih baru dibuat. Di dalamnya terdapat anak-anak. Lelaki maupun perempuan.
Mereka tertidur sangat lelap, tak tahu jika mereka sudah dibius sedang disembunyikan.
Di lain tempat, Arkan memang sudah tidak nyaman firasatnya tapi firasatnya kini makin menjadi-jadi, hati tidak tenang ia tak tahu apa yang akan terjadi.
Suzan yang memang gampang khawatir terhadap anak-anak nya "anak-anak sedang bermain apa sebenarnya?"
"Mereka dibelakang, mereka paling bermain labirin magis!"
"Labirin magis? Dirumah mu mempunyai labirin?"
"Oh tentu, labirin itu bahkan magis!"
Suzan menaikan alisnya penasaran, "bisakah kita kesana? Aku penasaran dengan labirin itu! Apakah tidak bahaya?"
"Tentu saja tidak, aman kok jika ada yang menyerah, labirin dengan sendirinya akan mengeluarkan orang itu!" Kata Roni.
Suzan mengangguk, "bisakah kita kesana aku ingin melihatnya!"
Roni mengangkat bahunya, "baiklah, mengapa tidak!"
Para nyonya kompak ikut berdiri ingin melihat juga, labirin yang magis katanya, semagis apa itu?