Di jebak oleh sahabatnya sendiri?
Setelah melewati malam panas dengan Jenderal Hang, Jie Xieye mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri —Hang Tianyu.
***
Tak kunjung hamil, membuat Le Chieli frustasi, karena selalu mendapat tekanan dari keluarga Hang. Hingga, kemudian ia menjebak suami dan sahabatnya sendiri.
Namun, yang tidak Le Chieli ketahui, jika dia telah menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Ini bukan hanya tentang menjadi selir terabaikan, tapi juga tentang cinta dari musuh suaminya.
Lantas, bagaimana kehidupan Jie Xieye sebagai selir tak di anggap?
Follow akun Author.
ig: bella_bungloon
fb : XCheryy Bella
TIDAK SUKA BISA DI SKIP YA KAKAK-KAKAK ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Bungloon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 002
Di atas tanah kekaisaran yang luas dan menjulang, berdiri kokoh istana megah dengan lambang naga langit. Di bawah naungan kekuasaan Kaisar, dua jenderal agung menjadi tiang penyangga kerajaan. Keduanya dikenal sebagai legenda hidup di medan perang—disegani kawan, ditakuti lawan.
Salah satunya adalah Jenderal Hang Tianyu.
Namanya berkibar hingga ke perbatasan utara dan selatan. Di medan perang, ia dikenal sebagai Dewa Perang tanpa ampun—pedangnya tajam, tak pernah ragu untuk membabat siapa pun yang mengancam negeri. Namun, di dalam kediaman nya, ia adalah pria bermartabat, bijaksana, tampan, dan setia pada satu wanita, yaitu istrinya, Le Chieli.
Namun… kesetiaan itu hari ini diuji.
...
Angin pagi berembus pelan di Kediaman Phoenix. Kediaman yang di tempati Le Chieli, kediaman yang berdiri anggun dengan atap lengkung berhias ukiran phoenix emas. Dengan gazebo kecil meneduh di atas kolam ikan yang tenang, di sekelilingnya, bunga-bunga musim semi bermekaran seolah tak tahu ada badai yang mendekat.
Meski angin bertiup lembut, tapi suasana di kediaman Phoenix itu tidak setenang hembusan nya.
Di aula dalam, seorang wanita paruh baya berdiri tegak dengan raut tegas dan sorot mata menusuk. Meski tidak lagi muda, auranya tetap tegas dan tampak bijaksana dengan jubah merah tua dengan bordiran naga emas di ujung lengannya. Dialah Ibu dari Jenderal Agung Hang Tianyu — Nyonya Hang Suyue.
"Berapa kali harus ibu katakan, Le Chieli," suaranya dingin, nyaris tanpa emosi. "Kau sudah menikah hampir lima tahun dengan Jenderal Hang, tapi masih juga belum bisa memberikan keturunan pada keluarga Hang. Apa kau ingin Ibu mencarikan selir untuk menggantikan mu?"
Le Chieli duduk bersimpuh di hadapan Hang Suyue. Kepalanya tertunduk dalam-dalam. "Ibu mertua ... Hamba sudah mencoba segalanya, ramuan, pengobatan... Bahkan jamu yang Ibu mertua berikan untukku—"
"Jangan berbicara omong kosong," potong Hang Suyue tajam. "Le Chieli, apa kau pikir jabatan istri sah bisa di pertahankan hanya dengan paras dan kesetiaan?"
Le Chieli menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia juga ingin memiliki keturunan dengan Hang Tianyu— suaminya tercinta. Tapi, Dewa benar-benar belum mengabulkan nya.
"Keturunan adalah garis darah... Bahkan Kaisar pun, sudah mulai bertanya, mengapa Jenderal Agung seperti Tianyu belum memiliki ahli waris."
Tak menunggu jawaban dari menantunya, Hang Suyue melangkah pergi. Tapi saat di ambang pintu, dia kembali berkata.
"Jika musim depan kau masih tak kunjung hamil... Tidak ada salahnya Hang Fei Rei menjadi selir Tianyu."
Setelah berkata seperti itu tanpa menatap menantu nya, Hang Suyue melenggang pergi di ikuti dayang dan pengawalnya.
Setelah pelayan menutup pintu aula, Le Chieli bangkit dengan gemetar. Lalu berjalan tergesa ke taman belakang– ke arah gazebo di tepi kolam. Kemudian ia menatap pantulan dirinya di permukaan air.
Wajahnya pucat, riasannya tampak luntur. Dengan satu gerakan tajam, ia meraih cangkir di tengah gazebo, dan melemparnya asal. Cangkir itu menghantam batu di tepi kolam dan pecah menjadi serpihan.
Dadanya naik turun seiring nafasnya yang memburu. "Qiaoyu," suaranya terdengar lirih, tapi dingin.
Qiaoyu —dayang pribadi yang mengikuti nya di belakang, melangkah mendekat dan membungkuk. "Saya di sini, Nyonyaku."
"Bagaimana dengan Jie Xieye?" Suaranya nyaris terdengar saat bertanya.
Qiaoyu menunduk lebih dalam. "Hamba melihat tabib Jie keluar dari kehidupan Luozhe pagi-pagi buta. Bajunya kusut, dan penampilannya berantakan. Sepertinya rencana semalam berjalan sesuai dengan keinginan Anda, Nyonya."
Le Chieli tersenyum tipis, tapi tak lama wajahnya berubah suram.
Benar, kejadian panas yang terjadi di kediaman suaminya, adalah ulahnya sendiri. Dia sengaja menyuruh Qiaoyu memanggil Jie Xieye, sahabatnya sendiri untuk datang ke kediaman Luozhe, dengan alasan dirinya sakit.
"Xieye, aku benar-benar meminta maaf. Aku tidak tahu harus bertahan dengan cara apalagi. Aku tidak bisa berbagi suamiku dengan yang lain, apalagi sepupunya. Tapi, jika itu kamu— aku harap kamu mengerti dan segera hamil."
"Nyonyaku, hamba sedikit khawatir dengan semua ini. Bagaimana jika Tuan mengetahuinya?"
Le Chieli berbalik, mengusap bahu dayang mudanya. "Jangan khawatir, Qiaoyu, kita sudah membersihkan barang bukti."
Qiaoyu mengangguk pelan, meski rasa khawatir tentang semua ini tak hilang sepenuhnya.
"... Dan semoga saja Xieye hamil setelah ini."
"Hamil?"
Seperti tertikam petir, Le Chieli dan Qiaoyu tersentak dan menoleh. Darah mereka seolah berhenti mengalir melihat siapa yang datang.
Manik elang itu menatap lurus pada Le Chieli sang istri. Langkahnya menghampiri sosok wanita yang sejak tadi ia pikirkan, akan bagaimana perasaannya mengetahui dirinya dan sahabatnya bergelut panas?
Namun...
"Le Chieli, katakan apa yang kau maksud tabib Jie Xieye hamil?" Suara berat Hang Tianyu menggema seperti guntur yang menampar kesunyian.
"S-suamiku...." Tenggorokan Le Chieli seperti di tekan, begitu sulit menjelaskan. Bahkan kakinya sudah tidak bisa menopang berat tubuhnya. Hingga, ia dan dayang pribadi nya bersimpuh di hadapan Hang Tianyu.
Sorot mata itu terkunci pada wanita yang selama ini ia junjung sebagai pendamping hidup, wanita yang selalu ia lindungi, wanita yang tidak ingin ia kecewakan.
Namun— wanita itu justru menyusun rencana kotor ini? Hatinya benar-benar kecewa.
"Chieli'er... Apa aku terlalu memanjakan mu? Hingga kau berani bertindak di belakang ku? Apa kau tidak memandang ku lagi?!!"
Le Chieli memejamkan matanya kuat, tubuhnya bergetar seiring dengan air matanya keluar.
Ini adalah kali pertama ia melihat sang suami berbicara dengan nada tinggi dan menunjukkan ekspresi marah.
"Aku tidak bermaksud seperti itu... Aku—"
Hang Tianyu berjongkok, mengguncang bahu Le Chieli. Sorot matanya benar-benar menunjukkan seberapa ia kecewa.
"Apa kau tidak tahu? Saat aku terbangun di samping Xieye, aku langsung ingin membunvhnya! Aku berpikir dia dengan sengaja menjebakku, tapi ternyata—"
Hang Tianyu kembali berdiri, langkahnya mundur ke belakang. Ia tidak ingin ini semua terjadi, bisakah ini semua menjadi mimpi saja?
"Yang aku pikirkan hanya dirimu, Le Chieli, bahkan setelah aku menghina Xieye, karena aku hanya memikirkan perasaan mu!"
Le Chieli semakin terisak. Bahunya bergetar hebat, tapi kali ini ia berani mengangkat wajahnya.
"Kamu tidak mengerti perasaan ku! Apa kau tahu? Hampir lima tahun kita menikah, dan aku tak kunjung hamil... Ibumu, semua orang menghina ku! Mereka menekanku Tianyu!"
Le Chieli tidak bisa lagi menahan hal yang mengganjal di hatinya. Memendam semua sendiri, ia sudah sangat lelah menghadapi tuntutan semua orang.
"Aku juga tidak ingin melakukan hal bod0h ini... Tapi, aku takut kehilanganmu, jadi aku—"
Hang Tianyu kembali berjongkok, lalu tangannya bergerak mendekap tubuh istrinya yang bergetar.
"Aku juga ingin memiliki anak denganmu, tapi Dewa benar-benar belum mengabulkan. Mereka ingin mengambil selir untukmu, daripada aku harus berbagi dengan mereka, ku pikir, Jie Xieye adalah yang tepat."
Hang Tianyu mengusap punggung istrinya yang bergetar. Meski dia sangat marah, tapi, Le Chieli adalah kelemahannya.
Namun, di antara drama itu. Seseorang tersenyum tipis dari luar pintu.
"Tabin Jie, ya? Awasi dan cari tahu tentang nya.
...***...
Jie Xieye, satu-satunya keturunan Jie yang tersisa. Baik Ibu, ayah, dan para saudara Jie lainnya, semua sudah gugur. Entah gugur di Medan perang sebagai tenaga medis, atau yang lainnya.
Yang jelas, banyak keluarga Jie yang mengabdi pada istana yang berakhir dengan gugur. Itulah mengapa ibu Jie Xieye melarang putrinya mengabdi pada keluarga kerajaan. Karena tempat itu, penuh dengan siasat dan permainan politik.
"Anda tenang saja, Nyonya Ji hanya butuh istirahat."
"Terima kasih, tabib Jie."
Sepuluh hari telah berlalu sejak malam kelam itu. Jie Xieye memilih pindah ke desa lain meninggalkan ibu kota. Berharap kenangan kelam yang merenggut kehormatan nya segera hilang dalam ingatannya.
Namun, yang terjadi justru, ia selalu di hantui kejadian itu setiap malamnya.
Saya melewati hutan kecil menuju penginapan, pandangan Jie Xieye mulai kabur. Langkahnya goyah, dan dunia seperti berputar.
Bruk!
Tubuhnya jatuh di atas tanah. "Perutku... Sakit —"
Sebelum tubuh kecil itu jatuh sepenuhnya di atas tanah, seseorang muncul seperti kabut menahan tubuh Jie Xieye.
"Tabib Jie, apa Anda baik-baik saja?"
Tidak ada responan, pria berbaju hitam itu membopong tubuh Jie Xieye untuk mencari pertolongan.
"Apa yang terjadi, Tuan? Tenanglah, saya seorang tabib."
Pria yang membopong Jie Xieye segera berhenti melangkah. Seorang kakek tua menghampirinya dan memeriksa denyut nadi Jie Xieye.
Alis kakek itu berkerut, lalu sorot matanya menatap pria di depannya. "Selamat ya, Tuan. Istri Anda sedang mengandung. Mungkin dia hanya lelah dan banyak pikiran."
Wuxi— pengawal pribadi Hang Tianyu, yang di utus untuk mencari keberadaan Jie Xieye terlihat terkejut dengan mulut terbuka bod0h. Saat akan menyangkal jika Jie Xieye bukankah istrinya, kakek tabuh sudah pergi.
Wuxi masih syok dengan penjelasan tabib tua tadi. "A-apa? Tabib Jie sedang mengandung? Mungkinkah— anak Jenderal?"
Di tengah keterkejutannya itu, Wuxi merasakan tubuh Jie Xieye menggeliat. Dan benar saja, wanita itu dengan perlahan membuka kelopak matanya.
"KAU!?"
Jie Xieye mendorong dada Wuxi, lalu bangun berdiri dan menjauh dari Wuxi. Dia tahu, jika Wuxi adalah orang Jenderal Hang Tianyu.
"Apa yang kau lakukan di sini?! Pergi!" Teriak Jie Xieye.
Wuxi ingin mendekat, tapi Jie Xieye terus melangkah mundur dan mengancamnya agar tidak mendekat.
"Tabib Jie, tolong jangan lagi marah. Saya dengan khawatir bayi dalam kandungan Anda."
Jie Xieye terdiam sejenak. Bayi? Kandungan nya?
Tangannya terangkat, perlahan ia sentuh nadinya sendiri. Lalu mencoba berenang agar bisa membaca denyut nadinya.
Deg... deg... deg...
Pupil matanya melebar tak percaya. Bibirnya terasa kelu mengeluarkan kata. Kenyataan pahit kembali menghantamnya saat merasakan nadi kehidupan lain di perutnya.
"TIDAKK!!"
Jie Xieye berteriak keras. Air matanya sudah basah membasahi pipinya. Tangannya gemetar meraba perutnya. Bagaimana bisa ia mengandung anak dari suami sahabat nya? Bagaimana bisa tabib sepertinya hamil sebelum menikah?!
Tubuh Jie Xieye perlahan mundur.
"Ini tidak boleh terjadi!" Jie Xieye mengeluarkan sebuah bel4ti kecil dari lengan bajunya. Dan menempelkan ujungnya pada bagian perutnya.
"AKU BENCI INI!!"
Zrang!
"TABIB JIE!!"
dan jika sekarang suaminya membuka hati untuk tabib jie apakah itu juga salah tabib jie??
jendral Hang khawatir pada anaknya atau ibunya
hanya author yg tau..🤔
aq malah ngeri membayangkan kehidupan xieye di sana bahkan nyawanya dan bayi yang dalam kandungannya pun jadi target 😩
aku kok gemesss😡😡
kira2 siapa pembunuh bayar itu ya?!🤔