NovelToon NovelToon
Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Santriwati Tengil Untuk Gus Zindan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riyaya Ntaap

menceritakan kisah cinta antara seorang santriwati dengan seorang Gus yang berawal dari permusuhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riyaya Ntaap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertengkaran kecil

**

Di sebuah lapangan yang terdapat di salah satu pondok pesantren ternama, terdapat seorang santriwati yang tengah duduk beristirahat, dari sekian banyak santriwati lainnya yang masih sibuk berlari mengelilingi lapangan.

Gadis itu menyeka keringatnya yang sudah membanjiri keningnya, matahari hari ini terlihat cukup terik, seperti berada di atas kepala. Ia menggunakan ujung hijabnya untuk mengipasi wajahnya yang terasa kepanasan dengan mengibas ngibaskannya.

" Diva! Siapa yang mengijinkan kamu duduk haa! "

Diva Az-Zahra, seorang gadis berusia tujuh belas tahun, mendongakkan kepalanya. Ia tampak menghela nafas dengan kasar begitu mendapatkan teguran dari salah satu Gus.

" Duduk butuh izin kah? " Ujarnya dengan entengnya.

Mata pria itu tampak melotot tajam, ia kelihatan begitu marah karena diva menjawab perkataan nya dengan entengnya Tampa takut sedikitpun. Ia sudah begitu kesal selama ini di buat diva, di antara banyaknya santri putri yang sulit di atur, mungkin diva berada di posisi paling atas.

" Saya malas berdebat, sekarang kamu berdiri dan lanjutkan pemanasan!! " Perintahnya dengan tampang galaknya, tak bisa di bantah ataupun terelakkan.

Tapi bukan diva namanya, jika ia bisa luluh dan nurut begitu saja. Diva masih tetap duduk, dengan tampang santainya.

" Kamu ga dengar? "

" Dengar kok Gus, tapi di dunia ini yang harus di patuhi itu perintah Allah sama orang tua doang, Gus ga boleh ikut ngasih perintah. Musyrik namanya. " Celetuknya.

Dengan santainya diva merebahkan tubuhnya di atas rerumputan Tampa memperdulikan keberadaan Gus tersebut. Ia sudah cukup muak berada di pondok pesantren itu, ingin rasanya cepat cepat tamat dan pergi jauh dari pondok pesantren.

Selama tiga tahun ini di pesantren, diva sudah cukup menahan diri, apalagi orang tuanya sama sekali tidak pernah melakukan penjengukkan, karena takut diva merengek meminta keluar dari pondok pesantren.

" Yaudah besok saya nikahin bunda kamu, biar saya jadi orang tua kamu dan bisa memberikan perintah! Sekarang bangkit dan lanjutkan pemanasan sebelum memulai praktek push up dan teman temannya. "

" Ganteng ganteng selera nya janda, mana paten! "

Diva mengacungkan jari jempolnya, seraya menjulurkan lidahnya. Ia paling senang membuat pria di dekatnya jengkel dengan ulahnya, karena semakin ia banyak membuat masalah, semakin besar peluang nya untuk di DO.

" Biarin, janda nya bunda kamu kan berkualitas. "

" Gini ya Gus...Agus.... Coba Gus ngacahan, nilai positif apa yang bisa membuat bunda diva mau sama Gus? " Diva Menaik turunkan alisnya, menatap Gus Zindan dari atas hingga bawah dengan tatapan meremehkan.

Sebenarnya diva tidak ingin meremehkan sosok Gus Zindan, karena dari segi ketampanan, ia juga cukup tampan. Tapi masalahnya pria itu bukan type bundanya.

Diva dan bundanya tidak beda jauh, sama sama pecinta pria kaya dan tampan.

" Saya tampan "

" Iya, ganteng. Tapi kalo Gus berdiri di atas gunung seorang diri Tampa ada populasi pria lainnya. "

" Maksud kamu apa? "

" Ga tau, malas menjelaskan. Minta dulu sejuta, baru diva jelaskan. "

Gus Zindan melengos, kesal sendiri menghadapi tingkah diva yang begitu menjengkelkan.

" Nanti saya kasih sejuta, sekalian seperangkat alat shalat. "

" Idih! Najong!! "

Diva langsung bangkit dari rebahan nya, ia langsung menatap sangar Gus Zindan yang menyeringai kecil, tampak begitu menyeramkan.

Tiba tiba saja Gus Zindan memiliki ide, ia langsung mengetahui kelemahan diva. Ternyata diva yang begitu bandal, ternyata paling anti jika di goda sedemikian rupa.

" Oke, sekarang kamu pilih, mau lanjut lari atau saya ajak lari ke KUA? "

Diva tersenyum lebar, hingga matanya menyipit. Namun senyumannya bukanlah sebuah senyuman tulus, melainkan senyuman meremehkan.

" Kalo diva ga milih satupun gimana? " Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, alisnya naik turun menatap Zindan dengan ekspresi santainya.

" Saya pilihkan. Ayo, ke KUA!! "

" Ngapain? Jaga parkir? "

Gus Zindan geleng geleng kepala, entah dari mana datangnya ide gila diva. Ia begitu random, absurt dan sangat tidak bisa di tebak.

Orang bodoh mana yang datang ke KUA hanya untuk jaga parkir? Bahkan orang gila pun tidak akan memikirkan hal aneh seperti itu.

" Gini ya diva Azzahra, kamu ini sebenarnya masih waras atau pura pura waras?. Orang gila aja ga pernah kepikiran ke KUA buat jaga parkir. "

" Ya lagian ngapain Gus Zindan ajak diva ke KUA coba? Kurker "

" Apaan tuh? "

" Kurang kerjaan, udah ah diva mau makan. "

Dengan entengnya diva melangkah pergi meninggalkan Gus Zindan dan mengutarakan niatnya yang mau makan di jam pelajaran seperti ini.

Belum sempat diva jauh, bahkan masih jalan dua langkah, Zindan sudah menarik jilbabnya hingga membuat diva reflek berhenti.

" Heh Zindan sialan!!! Lepasin heh!! "

" Ma syaa Allah.... mulutnya ya calon istri.... Pantang "

" Calon istri lambene! "

Diva berbalik badan, ia menghempaskan tangan Gus Zindan dari jilbabnya dengan kasar tanpa memperdulikan larangan di pondok pesantren yang mengharuskan laki laki dan perempuan dilarang bersentuhan sedikit saja, apalagi lawannya adalah Gus Zindan.

" Udah jangan ngelawan! Lanjut lari cepatt!!! " Ujar Gus Zindan ia sedikit meninggikan suaranya, membuat diva refleks menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.

Ia begitu terkejut mendengar suara Gus Zindan yang sangat memekakkan telinga, bisa bisa ia langsung tuli jika terus menerus mendengar Gus Zindan berteriak seperti itu di depannya.

" Is! Ngatur aja pun taunya. Diva doain jodohnya orang gila!! "

" Gapapa gila, asal bukan kamu! "

" Idih, siapa juga yang mau sama situ, panas ni telinga tiap hari kalo jodohnya kayak Gus Zindan!! "

" Ayoo taruhan "

Di jarak yang lumayan jauh, dengan pandangan yang tertuju pada diva dan Gus Zindan, terdapat tiga gadis yang saling menatap.

" Taruhan apaan? " Sahut yang lainnya.

" Taruhan, pasti ni dua orang bakalan jodoh. "

" Kenapa kamu bisa mikir gitu? "

" Kamu pernah denger pepatah gak? Benci sama cinta itu beda tipis. Nahh kita bertiga kan tau nii seberapa benci diva sama Gus Zindan. Mereka tuh udah kayak musuh bebuyutan, nahh pasti suatu saat mereka jadi jodoh. "

" Ih kamu mah, ngapain coba percaya yang kayak gitu. "

" Ya karna udah banyak buktinya dilaaaa "

Dila memajukan bibirnya ke depan, mereka bertiga kembali menatap lurus ke depan, memperhatikan Gus Zindan dan diva yang masih sibuk bertengkar.

" Mustahil banget ga sii kalo jodohnya Gus Zindan itu diva? Kalian kan tau sendiri, Gus Zindan itu di jodohkan sama Ning Laura " celetuk sisi yang kembali menatap kedua temannya.

Mereka kembali saling pandang satu sama lainnya, mereka baru ingat bahwa Gus Zindan memang sudah di jodohkan dengan seorang Ning dari pondok pesantren lain.

" Ga ada yang mustahil di dunia ini, si. Pohon yang udah hampir mati aja bisa tumbuh subur lagi, bahkan bisa berbuah dengan manis. Walaupun seisi dunia menjodohkan Gus Zindan sama Ning Laura, kalo takdirnya Gus Zindan itu adanya di diva, bisa apa? " Celetuk Kayla dengan begitu bijaknya.

Kayla yang biasanya tampak seperti orang bodoh di antara teman-temannya, tiba-tiba saja bisa mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat temannya terdiam, bungkam.

Dila dan sisi sekompak bertepuk tangan, menatap Kayla dengan tatapan takjub. Siapa sangka, Kayla bisa berpikiran dewasa dan mengeluarkan kata kata mutiara di mulutnya yang selalu pedas biasanya.

" Kenapa tepuk tangan? Ga ada yang lagi konser " sungut Kayla, ia langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan membuang wajahnya ke arah lain.

" Mamenes mamenes " Dila masih tampak heboh bertepuk tangan, bahkan sampai mengacungkan jari jempolnya dengan mata berbinar bangga menatap Kayla.

Terdengar dengusan kecil dari Kayla, ini salah satu alasan mengapa ia tidak ingin tampil dengan kepintaran di otaknya, karena ia salah teman. Lebih baik ia tampak bodoh, karena ketika tampil bijak, teman temannya akan langsung heboh.

" Tumben kay bijak gitu omongannya. Lagi ngincer ustadz mana? " Sisi menyenggol punggung lengan Kayla dengan kuat, membuat Kayla menatapnya dengan tajam.

" Ustadz mana? Kagak ada! Semua akan prettt pada waktunya. " Kayla langsung melangkahkan kakinya dengan santainya, kemudian kembali berlari lari kecil melanjutkan pemanasan dari pada nanti kena Omelan Gus Zindan, sama seperti diva.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!